Itinerary

Kartini Akan Tersenyum Bahagia kalau…

Selamat Hari Kartini untuk semua perempuan Indonesia! Seperti yang kita tahu, setiap tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini, hari kelahiran sosok yang telah berjuang untuk kesetaraan hak perempuan dengan laki-laki di masa lalu. Sosok pejuang emansipasi perempuan dengan karakter cerdas, berani, optimis, dan sederhana.

Sebagai perempuan, tentunya kita juga ingin menjadi sosok yang sama. Menjadi teman berkarya untuk para perempuan lain, berkolaborasi, dan mendorong perempuan-perempuan lain untuk lebih maju serta bisa menemukan value di dirinya masing-masing.

Nah, lalu apa, sih, makna Hari Kartini dan emansipasi wanita untuk para perempuan yang beberapa waktu lalu menjadi narasumber “Ngobrol Bareng” di Instagram Live TelusuRI? Simak di bawah ini ya!

Patricia Ranieta, Penyiar Radio

Untuk Patricia Ranieta, Kartini adalah pengingat untuk para perempuan yang dianggap lemah. Nggak harus perempuan, ini berlaku untuk semua orang yang ngerasa dirinya nggak berdaya dan nggak punya kuasa. Katanya, “Kartini jadi pengingat yang sangat baik kalau dengan kemauan keras, tekad dan kegigihan, setiap orang bisa melakukan perubahan.”

Rani menekankan, emansipasi wanita yang menjadi perjuangan di mana perempuan bisa menjadi setara bukanlah perlombaan gender mana yang lebih baik. Namun, kondisi di mana perempuan harus sadar betul dengan value-nya sendiri dan berani bergerak untuk sesuatu yang ia yakini.

Inggit Ganarsih yang merupakan istri presiden pertama RI, Sukarno, sebelum Ibu Fatmawati, menjadi sosok perempuan inspiratif untuk Rani. Menurutnya, beliau adalah orang yang super kuat dan setia. Dan yang paling Rani suka dari beliau adalah pendirian yang kuat dan tahu betul value dirinya sendiri. Katanya, nggak ada Inggit Ganarsih, nggak ada Sukarno yang bisa jadi presiden.

Rani pun ingin sesama perempuan saling support. Katanya, “[Saya] selalu akan ngingetin (perempuan-perempuan) lewat platform apa pun itu kalau industri pariwisata ini bener-bener sangat terbuka untuk para perempuan, nggak perlu takut nyoba dan nggak perlu ragu.”

Trinity Traveler, Penulis Buku

Karena Trinity seorang penulis, emansipasi wanita buatnya adalah bagaimana kita sebagai perempuan mau lebih lebih banyak membaca dan berkarya dengan  menulis. Katanya, “Ibu Kartini itu membaca dan pengetahuannya sangat luas, dia juga open minded dan punya temen-temen banyak di luar negeri, dan terpenting tentunya karena dia menulis kita jadi tau tentang pemikiran dia yang kala itu tentang Indonesia yang dibandingkan dengan Belanda.”

Ya, coba kalau beliau nggak nulis, sampai sekarang mungkin nggak akan ada pemikiran dan nggak ada gerakan emansipasi wanita. Trinity menekankan, kalau kita nggak menulis, nggak akan ada orang yang mengubah sejarah. “Penulis-penulis lain banyak yang bisa mengubah dunia, dan Kartini adalah salah satunya,” imbuhnya.

Menurutnya, emansipasi wanita adalah persamaan hak antara pria dan wanita. Trinity sendiri merasa beruntung hidup dan tinggal di Indonesia pada zaman modern ketika ia bisa bersekolah dan melakukan apapun yang ia mau. Berbeda jika hidup di negara seperti Pakistan, di sana perempuan nggak boleh keluar rumah, apalagi sekolah.

Untuk Trinity, sosok perempuan yang menjadi inspirasinya adalah sang ibu.

“Nyokap gue adalah wanita karier dengan tiga anak. Beliau bisa bekerja sekaligus mengurus anak. Ketika suaminya meninggal duluan, beliau bisa memberikan nafkah untuk anak-anaknya dan tetap belajar. Ijazah S2-nya beliau dapatkan ketika usia 50 tahunan,” ungkapnya.

Sang ibu, menurut Trinity, mengerti value dirinya sebagai seorang perempuan, dan ia berhasil karena dirinya sendiri. Ia tidak menggantungkan kebahagiaan dirinya mapun finansialnya pada orang lain. “Makanya, kita sebagai perempuan harus punya modal untuk itu semua,” sambungnya.

Trinity pun berharap perempuan yang terjun di industri apa pun nggak dibeda-bedakan. Menurutnya, tantangan dan kekuatan perempuan sama, entah di industri apa. Yang terpenting, katanya, nggak usah takut untuk bergerak. Seperti yang ia tekankan ke followers dan pembacanya: “Kita sebagai cewek jangan takut buat traveling sendiri, apalagi sekarang pengetahuan begitu mudah didapatkan, jadi nggak perlu membedakan cewek dengan cowok untuk traveling ke dunia. Pokoknya kita sebagai cewek mau traveling ke mana pun, dan dengan siapa pun, kita bisa”.

Satya Winnie, Travel Blogger

“Emansipasi wanita adalah mendobrak batasan dan halangan [bagi] wanita [untuk] berkembang dan maju,” ujar Satya Winnie.

Untuk Satya, Hari Kartini menjadi hari perayaan bagi perempuan Indonesia, ketika kita mengakui bahwa perempuan juga bisa berdaya, bukan manusia kelas dua, dan bisa turut membantu dalam memajukan dunia.

Nah, saat ditanya siapa perempuan yang menjadi role model, ia menjawab, “Ya, pasti akan menjawab ibu mereka masing-masing. Buatku, mamaku emang keren. Mamaku salah satu yang menjadi contoh dari kecil bahwa perempuan bisa melakukan apa pun yang biasa dilakukan oleh laki-laki.”

Selain itu, Satya juga mengidolakan Ibu Susi Pudjiastuti. Ia buat kagum dengan kegigihan dan perjuangan beliau yang menginspirasinya bahwa perempuan Indonesia juga bisa jadi menteri seperti dia, yang berani mendobrak batasan-batasan dalam artian yang baik dan untuk tujuan yang baik.

Katanya, ia akan selalu teringat bahwa semua yang Bu Susi lakukan untuk negeri ini adalah untuk kesejahteraan orang-orang kecil, nelayan-nelayan. Dia nggak mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain. Itulah Kartini untuk Satya.

Satya sendiri punya keinginan untuk bisa terus melakukan pelatihan untuk para perempuan di beberapa daerah yang susah mendapatkan akses untuk pendidikan, melanjutkan apa yang sudah ia lakukan beberapa waktu sebelumnya, misalnya saat melakukan pelatihan di Raja Ampat.

“Jadi kami memberdayakan perempuan untuk lebih bisa kreatif, bahwa perempuan di sana juga bisa menghasilkan sesuatu dan punya penghasilan sendiri. Aku pribadi berharap itu akan menjadi salah satu alasan buat mereka untuk semakin punya keinginan untuk berdiri di kaki sendiri. Karena rata-rata kekerasan hubungan dan masalah dalam rumah tangga terjadi karena mereka nggak berani untuk [berdiri] di kaki sendiri. Dan ternyata hasilnya memuaskan; mereka bisa berdaya,” tutupnya.

Githa Anathasia, Pelaku Usaha

“Wanita layak berpartisipasi dan ikut memajukan kesejahteraan suatu kaum tanpa lupa jati dirinya sebagai wanita,” begitu ketika ia ditanya tentang emansipasi wanita. Buatnya, emansipasi wanita adalah di mana perempuan layak menjadi pemimpin bagi semua orang tanpa melupakan jati dirinya sebagai perempuan.

Untuk Githa, Ibu Kartini dan Christina Martha Tiahahu adalah sosok yang menjadi role model-nya.

“Kalau Christina Martha Tiahahu ‘kan memimpin perang. Tapi yang perang adalah laki-laki sedangkan dia ada di garis depan. Sedangkan, Ibu Kartini, dengan kelembutan hatinya, dia bisa menjadi pelopor pendidikan dan dia seorang perempuan. Misinya sederhana: Ibu Kartini ingin perempuan nggak terbelakang secara pendidikan. Saya juga nggak pengen orang-orang yang ada di tempat saya terus terbelakang. Pokoknya, mereka berdua itu buat saya itu, ‘ini gue nih!’” jelas Githa panjang lebar.

Di Hari Kartini ini, Githa ingin lebih banyak melibatkan dan memberdayakan perempuan dalam setiap aspek kemasyarakatan. Menurutnya, perempuan menjadi lebih kuat ketika mendapatkan dukungan dari wanita-wanita kuat lainnya. Saling dukung dan bekerja sama.

Marischka Prudence, Travel Blogger

Nah, kalau menurut Kak Prue, Hari Kartini biasa aja. Karena buat dia nggak perlu hari tertentu untuk mengangkat, menginspirasi, atau memajukan hak-hak perempuan. Buatnya, setiap hari adalah hari ketika teman-teman perempuan bisa menginspirasi dan melakukan banyak hal positif yang berdampak.

Ia pun memberikan pendapatnya terkait dengan emansipasi wanita. Ia bilang, “Sebenarnya gue lebih ingin emansipasi itu untuk mengenal ke dalam. Biasanya ‘kan untuk menuntut kesetaraan ke yang berbeda gender—dalam hal ini laki-laki atau budaya patriarki, tapi juga penting untuk perempuan mengetahui, menyadari kalau mereka punya hak dan kesempatan yang luas pula di berbagai bidang supayaperempuan sadar kalau mereka punya value yang sama dengan laki-laki.”

“Karena kadang dari pihak perempuannya sendiri yang suka tidak menghargai diri mereka sendiri, mungkin karena konstruksi sosial yang udah lama mereka terima atau kebiasaan di lingkungan atau keluarga,” lanjut Kak Prue. Menurutnya, kalau perempuan bisa menghargai dirinya sendiri dengan baik, ia tidak akan mau “diinjak-injak” dan akan lebih suportif pada perempuan lainnya.

Made Tiara Maharani, Pelaku Usaha

Masih banyak wanita nggak berani ambil keputusan dalam hidupnya untuk melakukan apa yang dia suka karena masih takut dinilai orang lain,” ungkap Made Tiara Maharani.

Emansipasi wanita, menurut perempuan yang akrab disapa Rara ini, adalah ketika wanita itu berani menentukan pilihan hidupnya tanpa ada rasa beban/paksaan dan menjalaninya dengan bahagia juga bertanggung jawab. Katanya, yang penting bisa merasakan bahagia dengan diri sendiri dulu kalau mau menjadi sosok seperti Kartini.

“Kita, sebagai perempuan, harus saling mendukung dan gimana caranya kita bisa bahagia untuk terus berkembang,” begitu pendapatnya.

Perempuan inspiratif yang jadi menginspirasi Rara adalah Novita Theresia. Rara bercerita bahwa Novita Theresia adalah sosok yang membantu perempuan di Poso untuk berkembang dengan memanfaatkan SDA yang ada. Novita sekarang mendirikan Cinta Bumi Artisans yang menghasilkan produk lokal seperti pakaian dan tas menggunakan bahan dari pewarna alami.

Di Hari Kartini ini, Rara punya keinginan untuk membantu teman-teman perempuan yang ada di Labuan Bajo, khususnya di Indahnesia dan Bajo Rental, agar mereka bisa meningkatkan skill dan bisa bekerja di segala bidang pekerjaan pariwisata di Labuan Bajo.

Nah, itulah makna makna Hari Kartini untuk para sobat perempuan TelusuRI. Kalau dulu Kartini membaca, belajar, menulis surat, dan berjuang untuk memajukan perempuan Indonesia dari rumah, sekarang kamu pun jangan patah semangat meski harus #dirumahaja. Tetap bekerja, tetap berkarya, meski lagi #dirumahaja.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *