Travelog

Berjumpa dengan Hiu Paus di Probolinggo

Pertengahan bulan beberapa tahun yang lalu, saya dan teman-teman SMA mengadakan tamasya kecil-kecilan. Niat kami saat itu hanyalah reuni alias menyambung tali silaturahmi. Tidak ada kriteria khusus untuk lokasi pertemuan itu. Yang ada hanyalah keinginan saling melepas rindu akibat dari kesibukan masing-masing, mulai dari berkuliah, bekerja hingga ada yang telah menimang buah hati. Alhasil tibalah pada hari yang dinanti, kami memutuskan berkunjung ke Pantai Bentar.

Saya yang sudah berkali-kali, tidak terhitung jumlahnya berkunjung ke Pantai Bentar. Tidak mengharapkan apa-apa dari sebuah pantai yang ada di sebelah utara Kabupaten Probolinggo itu. Seperti halnya pantai-pantai yang berada di kawasan Pantura, Pantai Bentar memiliki air laut berwarna kecoklatan, imbas dari tingginya tingkat industri di wilayah utara. Selain itu, Pantai Bentar tidak memiliki bibir pantai yang menyuguhkan pasir seperti pada umumnya sebuah pantai.

Tanpa disangka, saat salah satu teman mengajak menaiki kapal nelayan untuk melihat langsung dengan hiu paus. Walau saya sudah berkali-kali ke Pantai Bentar, jujur saja saya belum pernah melihat langsung hiu paus.

Melihat hiu paus di Pantai Bentar, Probolinggo

Penggambaran hiu paus hanya saya nikmati dari sebuah foto, video, atau materi perkuliahan. Selama berada di Pantai Bentar, saya hanya jalan-jalan di jembatan kayu atau menelusuri rimbunnya hutan mangrove. Apalagi saat itu, saya masih berstatus sebagai mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Begitu excited apabila harus berhadapan langsung dengan hiu paus.

Pantai Bentar Probolinggo
Pantai Bentar, Probolinggo/Melynda Dwi

Pantai Bentar adalah salah satu pantai di sebelah utara Pulau Jawa. Tepatnya di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo yang berjarak kurang lebih tujuh kilometer dari pusat Kota Probolinggo. Membahas kota kelahiran saya, Probolinggo, merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Kota kecil yang sering tertukar dengan nama kota di Jawa Tengah ini memiliki kawasan wisata alam yang patut diacungi jempol. 

Siapa yang tidak tau Gunung Bromo? Banyak yang mengira bahwa Gunung Bromo hanya terletak di Malang. Padahal Gunung Bromo juga termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Probolinggo. Eits, tapi kali ini saya tidak akan membahas wisata Gunung Bromo ya!

Wisata bahari ternyata tidak melulu soal jernihnya air laut ataupun putihnya pasir pantai. Probolinggo menyuguhkan pesona keunikan biota laut yakni salah satu mamalia besar di dunia, yaitu hiu paus (Rhincodon typus).

Hiu Paus Probolinggo
Hiu Paus di Pantai Bentar, Probolinggo/Melynda Dwi

Wilayah perairan laut Probolinggo bukanlah habitat bagi para hiu paus, atau yang kerap disebut hiu tutul ini. Namun, Probolinggo merupakan jalur migrasi yang selalu dilalui setiap tahunnya. Ironisnya hampir setiap tahun pula, hiu paus terperangkap masuk ke dalam saluran air PLTU Paiton, Probolinggo.

Sebagai hewan berbobot besar, ia tidak tergolong sebagai hewan buas atau berbahaya bagi manusia. Karena ia hanya memangsa plankton sebagai sumber makanan. Oleh karena itu, belakangan ini banyak sekali muncul penawaran wisata untuk bertatap muka bahkan menyelam bersama hiu paus. Tak hanya di wilayah Indonesia bagian timur, namun juga di Probolinggo. Agak disayangkan, ya? Karena tidak semua wisatawan paham bagaimana berinteraksi yang benar dengan spesies satu ini.

Hiu Paus Probolinggo
Hiu Paus di Pantai Bentar, Probolinggo/Melynda Dwi

Perlu diketahui, hiu paus merupakan salah satu spesies laut yang terus menurun populasinya dan termasuk ke dalam Red List IUCN berstatus rentan (vulnerable). Selain itu, hiu paus tergolong dalam Appendix II oleh CITES dan Annex I yang dinyatakan oleh UNCLOS.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menetapkan status perlindungan hiu paus berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18 tahun 2013. Hiu paus memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lambat, serta jumlah anak yang dilahirkan relatif sedikit. Hal inilah yang menjadikan hiu paus rentan mengalami kelangkaan bahkan kepunahan.

Meski hiu paus tergolong hewan liar yang tidak memangsa manusia, namun dikhawatirkan hiu paus merasa terganggu jika manusia berenang mendekatinya. Perlu diketahui, kibasan ekor hiu paus cukup kuat sehingga berisiko tinggi menghantam tubuh manusia yang berenang di dekatnya. Pun, sisik plakoid pada tubuhnya punya tekstur tajam, hal ini berisiko juga jika melukai jika tersentuh. Semestinya, kita sebagai manusia memang tidak perlu interaksi dengan hiu paus dari dekat, seperti berenang, menyentuh, apalagi sampai menungganginya.

Di sini, kita berinteraksi dengan hiu paus meski hanya dari jarak jauh. Perlu diingat kembali bahwa Probolinggo bukanlah tempat tinggal hiu paus, tetapi hanya jalur migrasi. Oleh karena itu, keberadaannya hanya terlihat di bulan-bulan tertentu.

Hiu paus muncul seiring dengan tingkat produktivitas yang tinggi di suatu perairan. Artinya kemunculannya saat zooplankton atau larva ikan sedang melimpah. Jika ingin melihat dari kejauhan, pengunjung perlu menumpang kapal bermotor milik masyarakat setempat dan mengeluarkan biaya sekitar Rp10 ribu.

Belakangan, nama hiu paus semakin menarik minat wisatawan dan penelitian. Namun, kembali perlu diingat bahwa mereka adalah makhluk hidup seperti halnya kita, manusia yang bisa saja terganggung dengan interaksi dari makhluk lain. Oleh karenanya, tetap jaga etika ya!

Melynda Dwi Puspita adalah sebutir pasir pantai asal Probolinggo, Jawa Timur.

Melynda Dwi Puspita adalah sebutir pasir pantai asal Probolinggo, Jawa Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *