Kalau berkesempatan ke Ciwidey, jangan lupa mampir ke Desa Wisata Rawabogo. Di ujung desa, di perbatasan dengan Desa Buninagara, ada sebuah gunung yang dikenal sebagai Gunung Nagara Padang. Daya tarik gunung ini adalah batu-batu besar yang terserak dari lereng sampai puncak.
Pintu jalur pendakian Gunung Nagara Padang bisa dicapai dari dua arah, bisa lewat Alun-alun Ciwidey atau Pasirjambu. Saya sendiri lebih senang lewat Jalan Panyocokan Pasirjambu, masuk dari Terminal/Pasar Pasir Jambu. Jika bingung dengan persimpangan jalan, tanyakan saja pada warga setempat akses termudah menuju Desa Nengkelan dan Rawabogo. Sepanjang jalan banyak pula plang sekolah, kantor desa, atau nama jalan yang bisa dijadikan patokan.
Setiba di Desa Rawabogo, di seberang Kantor Desa Rawabogo, bisa tekuk kanan menuju Jalan Simpang Tiga yang akan bermuara di Jalan Ciwidey Buninagara. Setelah itu tinggal ikuti jalan ke Desa Buninagara. Dua kilometer kemudian akan ada plang kecil yang menginformasikan arah menuju Gunung Nagara Padang. Jarak dari plang petunjuk ke lokasi itu hanya sekitar satu kilometer. Medannya naik-turun, licin, dan hanya cukup dilewati satu bus kecil.
Tiket masuk Gunung Nagara Padang hanya Rp8000. Lepas loket tiket masuk, akan kelihatan Monumen Gunung Nagara Padang yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Sebelum pemekaran wilayah, gunung ini sepenuhnya di Kabupaten Bandung. Sekarang, sebagian gunung ini masuk Kabupaten Bandung Barat.
Ada sebuah pintu setelah monumen. Tapi jangan tergoda untuk memasukinya, sebab itu pintu turun. Pintu naik berada sekitar setengah kilometer dari pintu turun itu. Petugas dan warga sekitar akan selalu mengingatkan pengunjung untuk masuk lewat pintu itu. Wakil Ketua Desa Wisata Rawabogo, Bang Ayes, yang menemani saya mendaki, bercerita bahwa pernah ada pendaki yang tak bisa pulang karena naik dari pintu turun.
Meskipun nama tempat ini mirip dengan Gunung Padang di Cianjur, lanskapnya tidak sama dengan gunung itu. Batu-batu di Gunung Nagara Padang pun cenderung besar dengan bentuk yang beragam.
Selain menarik secara fisik (misalnya batu berbentuk L terbalik yang bisa dijadikan tempat berteduh kala hujan), batu-batu itu juga menyimpan mitos. Ada sebongkah batu yang dinamakan Batu Wedak, sebab ketika digosok akan muncul serbuk putiih yang halusnya sama dengan bedak. Menurut mitos, jika memupur wajah dengan serbuk Batu Wedak, aura kecantikan akan terpancar. Ada pula sebuah batu yang dinamakan Batu Gamelan. Konon, setelah memukul batu itu dan merangkai nada tertentu, orang-orang yang hendak berkarir di dunia seni akan sukses.
Vegetasi kawasan Gunung Nagara Padang cukup lebat. Jika dilihat dari Google Maps dengan mode satelit, akan susah melihat batu-batu yang terserak di gunung ini karena tertutup pepohonan lebat. Tapi, ini tentu menyenangkan buat para pendaki karena sepanjang jalur mereka akan terlindung dari sengatan matahari.
Dari puncak, Waduk Saguling di utara dan gunung-gunung di wilayah Cililin sampai Sindangkerta akan tampak, misalnya Gunung Bonjot yang diduga sebagai bangunan semacam piramida itu.
Untuk naik ke puncak Gunung Nagara Padang sampai turun lagi hanya perlu waktu dua sampai tiga jam. Jadi jangan lupa bawa bekal minum yang mencukupi.
'Senior broadcaster' di Bandung dan konsultan komunikasi.