Kota Blitar memang telah masyhur dengan sebutan kota sang proklamator karena Bung Karno dimakamkan di sana, namun terdapat ikon lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja dari Blitar, yakni kompleks Candi Penataran. Satu fakta menarik tentang Candi Penataran yakni kompleks ini merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Jawa Timur dan terbesar kedua di Indonesia setelah kompleks Candi Prambanan.
Kompleks Candi Penataran terletak di Desa Penataran, Nglegok, Kabupaten Blitar. Untuk memasuki kompleks candi pengunjung dikenakan biaya perawatan sebesar Rp3.000 pada hari kerja. Sementara saat akhir pekan, pengunjung dikenakan biaya Rp5.000 per orang. Kompleks Candi Penataran ini dibuka setiap hari, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Setiap candi selalu punya cerita istimewa karena tak ada sejarah yang biasa-biasa saja, namun ada dua hal unik dari kompleks candi Penataran ini. Yang pertama yaitu keberadaan relief bergambar hewan dan kedua yaitu keberadaan sumber mata air yang sangat jernih—yang konon tak pernah sekalipun mengalami kekeringan.
Bulan September lalu, saya diberikan kesempatan untuk menapakkan kaki ke Candi Penataran bersama enam sahabat, tentunya setelah berziarah ke tempat peristirahatan terakhir Bapak Ir. Soekarno.
Belajar Menebak Hewan di Candi Penataran
Sebagian besar candi di Jawa kerap dilengkapi dengan ukiran relief pada dinding-dinding candinya (seperti Prambanan dan beberapa candi lainnya). Uniknya, di lantai dasar candi induk kompleks Penataran, terdapat relief yang berupa medalion hewan.
Perlu diketahui bahwa medalion menurut Sahid Teguh Widodo dalam karyanya yang berjudul Medalion: Ragam Hias Relief Candi Jawa adalah ukiran batu yang berbentuk bulat pipih (seperti medali) dan terbuat dari batu purba. Ukiran ini terdapat pada bagian dinding candi sebagai ornamen relief candi.
Jenis-jenis hewan yang menjadi ‘model’ medalion candi Penataran cukup bervariasi. Sebut saja seperti naga, anjing, angsa, ayam jantan, babi hutan, buaya, burung merak, burung bangau, burung hantu, itik, kadal, kerbau, landak, kuda, kucing, komodo, sapi, rusa, tikus, musang, dan harimau.
Pada akhirnya, medalion hewan di candi Penataran merupakan wujud upaya candi Penataran dalam “mengawetkan” hewan sejak abad ke-12 (ratusan tahun lalu). Jadi, hewan-hewan yang terdapat dalam medalion adalah hewan-hewan yang telah ada sejak abad ke-12 dan beberapa masih ada hingga saat ini.
Beberapa pakar sejarah mengungkapkan bahwa latar belakang “pengawetan” adalah simbolisasi dari kekuasaan Dewa Siwa yang menguasai segala jenis hewan. Dalam agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa yang paling pertama ada sekaligus sebagai pemimpin dari dewa-dewa yang lain. Oleh sebab itu, wajar jika di candi-candi Hindu ditampilkan sebuah perlambang tentang kehebatan Dewa Siwa.
Asyiknya lagi, pengunjung bisa bermain tebak-menebak hewan apa yang tergambar dalam medalion (sebab secara sekilas, bentuk babi seakan mirip dengan badak atau bentuk kadal yang seakan mirip dengan komodo). Atas dasar ketidakpastian tersebut, tebak-tebakan jenis hewan akan menjadi permainan yang menyenangkan sekaligus penambahan wawasan dengan tanpa menyentuh buku pelajaran.
Kejernihan dan kepercayaan di sumber mata air Candi Penataran
Tak jauh dari candi, hanya sekitar 100 meter di belakang, terdapat sebuah sumber mata air yang dihuni oleh pelbagai ikan dengan ukuran yang cukup besar. Sumber mata air ini sangat jernih, sehingga tampak berwarna biru dari jauh. Sumber mata air ini juga dipercaya sebagai tempat mengambil air suci yang akan digunakan dalam upacara dewa gunung—keterangan ini agaknya sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan kesakralan sumber mata air ini
Konon, sumber mata air ini selama ribuan tahun tak pernah mengalami kekeringan. Mitos yang beredar tentang sumber mata air ini adalah keberadaan tulang belulang lele di dasar sumber yang dipercaya dapat menjanjikan kekayaan, pengabulan permintaan, dan wajah yang awet muda (harapan khas manusia Indonesia).
Kini, tulang belulang ikan lele memang tak lagi terlihat, sehingga beberapa pengunjung biasa menggunakan air sumber ini untuk membasuh wajah dengan harapan awet muda. Sementara beberapa pengunjung sisanya melemparkan koin dengan cara memunggungi kolam. Jika koin berhasil masuk ke kolam, maka—menurut kepercayaan masyarakat setempat—permintaannya akan dikabulkan. Tak jarang ditemui beberapa bekas sesajen berserakan, tanda bahwa tempat ini masih dipercaya menyimpan kekuatan tak kasat mata.
Ada pemandangan unik di area sekitar kolam, yakni sebuah relief yang berbentuk seseorang dengan tangan yang memegang kemaluan. Awalnya terkesan jorok, namun setelah direnungi dengan hati-hati agaknya relief ini merupakan isyarat tentang imbauan kepada pengunjung agar berhati-hati dalam menjaga kemaluannya di area kolam (tidak boleh kencing sembarangan).
Akhir kata, untuk kamu yang hatinya dirundung penasaran akan Candi Penataran, silakan berkunjung ke sana.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Dosen dan penulis buku "Wasiat Nabi Khidir untuk Rakyat Indonesia."