Kisah sukses Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Indonesia belum begitu nyaring terdengar. Padahal, kiprahnya mampu membuat orang kota kagum dan penasaran.
BUMDes Arya Kamuning, salah satu BUMDes di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bahkan dapat menahan pemuda lokal untuk tak bergegas ke kota: melupakan sama sekali istilah urbanisasi, memilih menetap di kampung halaman, dan turut serta dalam pengembangan sektor pariwisata di desanya.
BUMDes Arya Kamuning mengelola Telaga Cicerem dan Side Land—area perkemahan plus kolam renang—di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan. Sebuah wilayah di kaki Gunung Ciremai, bisa ditempuh 45 menit dengan motor dari Kota Cirebon. Atau sekitar satu jam pakai mobil karena di beberapa titik cenderung macet.
Saya mengunjungi Side Land, Kamis (9/1/2025). Saya menyurvei lokasi tersebut untuk rencana kegiatan camping sekolah. Penjaga loketnya Hilda, seorang wanita berkerudung. Dia menyebutkan harga tiket masuk kawasan Rp30.000, untuk durasi kunjungan dua hari satu malam. “Bisa berkemah di tempat yang disediakan, dan renang sepuasnya,” katanya ramah.
Kalau hanya berenang, orang dewasa dikenakan tarif Rp15.000, anak-anak Rp10.000. Ada lima pilihan kolam renang dengan masing-masing kedalaman 50 cm, 50–80 cm, 100 cm, 80–120 cm dan 1–1,5 meter. “Kalau renang datang rombongan minimal 50 peserta, kami diskon 10 persen,” bebernya.
Nah, buat penikmat alam terbuka, area berkemah di kawasan Side Land ada di dua titik: sisi barat yang satu kompleks dengan kolam renang, dan sebelah timur dengan kontur tanah berbukit, yang mampu menampung 200 tenda dome. Pemandangan dari sisi timur lebih lepas ke segala arah. Termasuk saat malam hari, pengunjung dapat menikmati lampu-lampu kota nun jauh di bawah.
Hilda menerangkan, kalau hujan deras pas camping tamu bisa berlindung ke pendopo. Tersedia colokan listrik dan dispenser yang air panasnya bisa untuk menyeduh kopi atau teh. Meja-meja panjang berikut kursinya bebas dipakai. Bisa santai sambil menikmati aneka camilan dan berbincang hangat bareng keluarga atau teman dekat.
Aktif Sejak 2017
Pada kunjungan perdana itu, saya beruntung berjumpa Direktur BUMDes Arya Kamuning Iim Ibrahim. Sosoknya bersahaja dengan penampilan sederhana. Pertama kali melihatnya, saya tak menyangka lelaki 49 tahun itu adalah orang di balik kesuksesan pengelolaan Telaga Cicerem dan Side Land, hingga mampu menyetor untuk Pendapatan Asli Desa (PADes) sebesar lebih dari setengah miliar pada 2022 dan 2023.
Kalau saja Hilda tak memberi tahu, awalnya saya mengira Iim adalah mandor yang sedang mengawasi para pekerja. Jauh dari kesan perlente. “Saya mah, ya, begini,” kata Iim menjelaskan alasan tak berpenampilan formal layaknya petinggi perusahaan. Dia mengaku tak ingin kehilangan jati diri sebagai orang desa, sehingga memilih berpakaian seperti warga desa umumnya. “Buat apa tampil mencolok, tapi tak berbuat apa-apa,” tegasnya.
Terlahir di Dusun Binaloka, Desa Kaduela, Iim awalnya berprofesi sebagai pedagang. Ia tergerak mengembangkan potensi alam desanya, setelah melihat objek wisata Telaga Cicerem punya daya tarik bagi wisatawan. “BUMDes Arya Kamuning mulai aktif 2017. Kami coba memaksimalkan (pengelolaan) Telaga Cicerem. Alhamdulillah, responsnya positif,” ungkap ayah tiga anak itu.

Sukses menata Telaga Cicerem, naluri kemandirian Iim menangkap peluang lainnya. Ia melihat lahan luas di blok Sidelan yang merupakan tanah bengkok milik perangkat desa. Dua lokasi berseberangan yang dipisahkan jalan desa itu, kemudian dibangun kolam renang dan bumi perkemahan pada 2021–2022. “Kami memanfaatkan lahan kritis, yang view-nya punya nilai jual,” kata Iim mengungkap awal ‘babat alas’ objek wisata Side Land.
Kiranya pilihan Iim dan anggota BUMDes Arya Kamuning jitu. Kini pengunjung Side Land sambil berenang bisa menikmati pemandangan persawahan hijau yang berundak, Gunung Ciremai yang menjulang di sisi utara dan gunung batu kapur di sebelah barat. Tambah lagi, udara sejuk khas perdesaan dijamin bakal membuat pelancong betah berlama-lama.
Iim membeberkan modal pembangunan Side Land memakai laba pengelolaan Telaga Cicerem plus pinjaman dari beberapa pihak. Di salah satu kolam renang, ditempel plakat peresmian Side Land pada 29 Maret 2022, yang ditandatangani oleh Iim. Perlahan tapi pasti, lanjut Iim, begitu dikenalkan ke publik, wisatawan dari Kuningan dan Cirebon langsung menyerbu. Terbukti pada libur panjang seperti Lebaran, pengunjung bisa mencapai 800–1.000 orang per hari. Termasuk libur anak sekolah dan momen akhir tahun. Di hari biasa, Side Land mampu menyedot rata-rata sehari 300 turis domestik.
“Alhamdulillah, sudah bisa bayar pinjaman dan memberdayakan perekonomian warga desa,” ucap Iim semringah.
Terkait pilihan nama Side Land, terang Iim, pengurus BUMDes Arya Kamuning sempat berembuk menghimpun ide dan masukan. Kira-kira nama apa yang mengundang penasaran wisatawan, mudah diingat, dan pastinya punya nilai jual. “Karena ada di blok Sidelan, tercetuslah Side Land,” ungkapnya.
Iim melengkapi pula keseruan rekreasi di Side Land dengan mendatangkan delapan unit motor empat roda alias all-terrain vehicle (ATV). Pengunjung akan melewati medan berlumpur dan trek menantang lainnya selama 25 menit, dengan harga sewa Rp25.000 per unit.
Pihaknya menawarkan pula petualangan off-road, melibatkan komunitas jip dengan harga mulai 400–500 ribu rupiah durasi satu jam, menempuh jarak enam kilometer. Wisatawan dibawa keliling perdesaan menyaksikan aktivitas tanam padi di sawah, naik ke perbukitan, melintasi hutan dan kolam-kolam ikan milik warga. “Bakal menjadi pengalaman yang mengesankan bagi orang kota. Mudah-mudahan mereka mau datang lagi,” harap Iim.

Pemuda Desa Enggan ke Kota Lagi
Iim menyebutkan sampai sekarang ada 170 pengurus BUMDes Arya Kamuning. Terdiri dari pemuda dan pemudi anggota karang taruna, ibu rumah tangga, serta orang-orang tua. Ia menegaskan pengerjaan proyek Side Land, termasuk penataan Telaga Cicerem, murni dikerjakan penduduk lokal. “Kami tak pernah memakai konsultan. Berupaya menampung ide-ide warga desa, kemudian direalisasikan secara gotong-royong,” tuturnya bangga.
Sejauh ini pengembangan wisata alam Desa Kaduela mampu menarik perhatian anak muda setempat. Di antaranya Irman Nurahman, yang sejak 2016 aktif di karang taruna. Kepada penulis, lelaki 35 tahun itu menjelaskan, ketika pemerintah pusat mengharuskan sebuah desa memiliki BUMDes pada 2017, lantas terbentuklah BUMDes Arya Kamuning. “Mulanya karang taruna yang mengelola Telaga Cicerem. Kemudian beralih ke BUMdes, otomatis saya ikut gabung,” katanya.
Irman mengaku kehadiran BUMDes Arya Kamuning sangat berarti dalam perjalanan hidupnya. Sebelumnya usai tamat SMP, ia memilih merantau ke kota. Bekerja membantu perekonomian orang tua dan menambah pengalaman. Namun, begitu ada BUMDes, ia tak tertarik lagi ke kota. “Walau pendapatan di kota itu besar, tapi biaya hidup besar pula. Dihitung-hitung enak tinggal di kampung sendiri, sesuai antara pendapatan dan pengeluaran,” papar lelaki yang baru saja dikaruniai anak pertama itu. “Istilahnya kalau ada (pekerjaan) yang dekat, kenapa cari yang jauh,” imbuhnya.
Selain itu, sambung Irman, BUMDes Arya Kamuning kini menjadi wadah aktivitas positif generasi muda Desa Kaduela, karena kegiatan di karang taruna sedang tidak aktif. Dalam pengamatannya, pemuda dan pemudi Desa Kaduela tampak antusias ikut mengelola tempat wisata di kampung halaman. “Kami senang turut diberdayakan dan bisa berkiprah memajukan desa,” kata tenaga harian lepas (THL) penjaga wahana ayunan di Telaga Cicerem itu.

Pemuda lainnya, Opik Hidayat, memilih bergabung di BUMdes Arya Kamuning sejak 2021, sebab terkena pemutusan hubungan kerja ketika mengadu nasib di kota. “Waktu itu ada wabah COVID-19, saya kena pengurangan karyawan. Pulang ke desa, lalu tertarik gabung BUMdes,” ucap lajang 25 tahun itu.
Kini, Opik bertugas di loket tiket pintu masuk Side Land. Bergantian jaga selang sehari dengan Hilda. Baginya, menyibukkan diri di BUMDes Arya Kamuning lebih menyenangkan, ketimbang berjibaku dengan kerasnya kehidupan kota. “Lebih tenang di sini, banyak teman dan keluarga,” ujarnya seraya menyebut kawan lainnya dipercaya menjaga parkir kendaraan, mengurus pemeliharaan taman, dan mengawasi pengunjung yang berenang. “Apalagi kami diberi bayaran, ya, senang dong,” tambah bungsu dari empat bersaudara itu.
Senada dengan Hilda, yang memutuskan aktif di BUMDes sejak 2022. Ia menjadi petugas ticketing Side Land bergantian dengan Opik. Menurutnya, pemberdayaan masyarakat oleh BUMDes Arya Kamuning terasa nyata, bukan lagi sekadar omong-omong. “Selain dekat rumah, juga dekat dengan keluarga. Kalau kerja di kota kan jauh (dari keluarga),” tuturnya memberi alasan tertarik bekerja di Side Land.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.