Suatu pagi bersamaan dengan terbitnya fajar aku melewati sawah-sawah sambil bersepeda menggerakkan tubuh yang terasa kaku. Awal perjalanan menuju Wana Wisata Pokland disuguhi pemandangan cantiknya matahari terbit, yang menambah kehangatan pagi untuk memulai hari baru.
Sepanjang perjalanan aku sangat menikmati indahnya pagi dengan kayuhan sepeda. Sesekali aku berhenti sejenak untuk mengabadikan panorama dengan gawai, termasuk pemandangan sawah saat kondisi pascapanen.
Perjalanan dimulai dari rumah menuju Doktormangku, Bojongpicung, Cianjur. Tepat di pertigaan aku menepi terlebih dahulu karena menunggu teman yang sudah janji mau bersepeda juga. Aku menunggu sekitar 10 menit dengan membaca artikel di internet yang bisa dituntaskan dalam waktu singkat. Kemudian setelah temanku datang, kami bersama-sama melanjutkan perjalanan.
Pagi ini kami bersepeda cukup santai karena tidak berniat pergi terlalu jauh, hanya ke tempat wisata saja. Kalau ditempuh dengan motor, untuk sampai ke Wana Wisata Pokland bisa ditempuh sekitar 15–30 menit. Sementara jika menggunakan sepeda bisa memakan waktu kurang lebih 60 menit.
Perubahan Rute
Aku memerhatikan jalan yang cukup ramai dengan anak sekolah. Dari Doktormangku menuju Cipetir, kami memilih rute yang tidak banyak dilalui kendaraan, di antaranya lewat perumahan warga dan pesawahan. Sawah-sawah di wilayah ini sudah ditanami padi. Mungkin panennya lebih awal dari sawah yang pertama kami lewati sebelumnya.
Terpancar keindahan persawahan dengan latar belakang perbukitan hijau. Kami pun beristirahat sejenak sambil berswafoto. Di tempat ini banyak ditemukan burung kuntul yang sedang mencari makan, tetapi sayangnya tidak sempat dipotret.
Di tengah perjalanan kami mengubah rute bersepeda sedikit lebih jauh dari rencana. Namun, rute ini nantinya akan bertemu jalan yang sama di Haurwangi. Kami langsung belok ke perkebunan kapas milik warga di Kampung Sukatani. Kami jadi menemukan rute yang baru menuju Wana Wisata Pokland.
Pepohonan menjulang tinggi dengan daun yang cukup lebat memberikan kesan rindang. Selain kapas, kami juga melewati perkebunan warga yang ditanami berbagai sayuran dan bibit-bibit bunga untuk diperjualbelikan.
Tidak hanya itu. Kami juga melalui semak belukar dengan rumput dan ilalang yang tinggi. Sisa-sisa embun pagi masih menempel pada dedaunan sehingga udara pagi terasa segar. Tetesannya pun mengenai pakaian kami.
Saat jalanan menurun sempat ada tragedi kecil, yaitu salah satu teman terpeleset. Sebabnya ia mengerem hanya menggunakan rem depan saja, sehingga langsung tergelincir ditambah rumput-rumput yang licin. Kami harus tetap waspada. Jika menggunakan rem depan maka harus dibarengi juga dengan rem belakang agar seimbang, apalagi di jalanan yang menurun.Setelah trek tanaman semak, kami menemukan jalan berbatu yang menanjak. Oleh karena itu kayuhan pedal sepeda terasa lebih berat. Tidak lama kemudian kami hampir sampai di Wana Wisata Pokland. Saat hari kerja, wisata yang cocok untuk healing therapy ini cukup sepi pengunjung.
Wajah Baru Pokland
Tempat wisata ini sempat viral pada masanya. Namun, sekarang mungkin hanya sedikit yang berkunjung. Padahal sekarang lebih nyaman dengan beberapa fasilitas wisata, seperti gazebo kayu yang sebelumnya rusak dan lapuk karena rayap, kini telah diperbaiki. Wajah baru tersebut menarik untuk dinikmati kembali sembari merasakan kesejukan dari tegakan pohon pinus.
Wana Wisata Pokland terletak di Kampung Selakopi, Haurwangi, Cianjur, Jawa Barat. Di tempat ini banyak ditemui vegetasi pinus yang berjajar rapi serta pemandangan pegunungan wilayah Saguling yang menghadap ke arah utara. Kawasan wisata tersebut dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang bekerja sama dengan pihak Perhutani dan pemerintah desa setempat.
Waktu operasional Wana Wisata Pokland buka setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB. Khusus untuk hari Sabtu buka 24 jam. Tiket masuk juga cukup terjangkau, yaitu hanya Rp10.000 per orang dengan biaya parkir Rp2.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil. Jika pengunjung mau mencoba wahana di kawasan wisata dikenakan biaya tambahan Rp10.000 per wahana.
Sebelumnya memang banyak wahana yang bisa digunakan untuk berswafoto, tetapi sebagian di antaranya sekarang sudah tidak difungsikan lagi. Namun, justru jadi lebih ramah lingkungan dan lebih alami. Di sini kami hanya duduk-duduk sebentar menikmati kesegaran hutan pinus, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing.
Dalam perjalanan balik dari tempat wisata menuju Ciranjang, kami memilih jalan Cipeuyeum yang kemudian bertemu rute yang sama ke Doktormangku. Jalur alternatif yang sebenarnya lebih tepat untuk bersepeda santai dan tidak terburu-buru, daripada memilih jalan utama yang lebih ramai lalu lintas, berat, dan melelahkan. Jalan desa yang kami lalui biasanya berfungsi sebagai jalur alternatif bagi kendaraan yang terjebak macet menuju Ciranjang.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
An ordinary traveler who loved writing.