Travelog

Abhinaya Karya 2023: Membaca Peran Ibu dalam Kebudayaan Jawa

Dalam tradisi tutur kebudayaan Jawa, ibu kerap kali diasosiasikan sebagai pusat dari keteraturan dan keseimbangan jagat. Keteraturan dan keseimbangan itulah yang mendasari berlangsungnya kehidupan yang selaras dan sejahtera.

Maka tak heran banyak narasi bertebaran mengenai Nyai Roro Kidul yang telah menguasai wilayah laut selatan Jawa. Bahkan narasi tersebut terus diproduksi dan dihadirkan kembali, salah satunya dalam bentuk tarian Bedhaya. Kemudian terdapat pula kisah wuku yang mengangkat tabu inses antara Prabu Watugunung dengan ibu kandungnya sendiri. Alhasil sang prabu pun diangkat menjadi dewa penjaga waktu guna menjaga keseimbangan siklus kosmis.

Akan tetapi, pengistimewaan kaum perempuan—terkhusus ibu—juga tak luput dari upaya mendisiplinkan kaum perempuan itu sendiri. Keistimewaan mereka kerap kali tersudut dalam perannya menata beban domestik, sehingga banyak ketimpangan dan stigma yang cukup kejam terhadap perempuan. Cara kuasa arus utama telah langgeng memproduksi narasi semacam ini.

Sekilas tentang Abhinaya Karya 2023

Narasi tersebut merupakan catatan pengantar mengenai Abhinaya Karya 2023. Sebuah pameran temporer inisiasi Museum Sonobudoyo Yogyakarta yang mengangkat cerita sosok Ibu dan bertajuk “Kamala Padma: Laga dalam Hening, Pijar dalam Petang”.

Pameran ini terbuka untuk umum selama satu bulan lebih, dari tanggal 6 Juni sampai 28 Juli 2023 dengan waktu operasional mulai pukul sembilan pagi sampai delapan malam. Pameran berlangsung di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo, Jl. Pangurakan, Gondomanan, Yogyakarta. Tak jauh dari kawasan Titik Nol Yogyakarta.

Abhinaya Karya 2023 merupakan ragam koleksi dan artefak kebudayaan yang dimiliki Museum Sonobudoyo. Pameran ini berupaya mengangkat tema mengenai sosok ibu dalam ragam kisah. Dari kisah secara digdaya hingga sisi paling tidak sempurna, dari zaman prasejarah hingga masa penguasa Orde Baru.

Sejalan dengan itu, kisah ibu dan pegulatan batinnya menanggung stigma sejatinya telah hadir di banyak naskah hingga artefak arkeologis kuno. Maka beberapa kisah yang cukup memilukan, bahkan sering menampilkan kegemilangan tersusun rapi di sepanjang lobi pameran. 

Beberapa ketidaksempurnaan yang seorang ibu alami kerap menjadi stigma negatif. Lebih-lebih mirisnya, sampai saat ini masyarakat kita masih memegang lekat stigma tersebut terhadap seorang ibu. 

Sesungguhnya beberapa perempuan telah mendobrak habis-habisan beberapa upaya dan rangkaian stigma tersebut. Namun, aksi-aksi yang mereka lakukan tak jarang tersingkir melalui narasi sejarah. Abhinaya Karya 2023 berupaya menghadirkan kembali perlawanan para perempuan dan beragam narasi yang tak pernah sejarah ungkapkan terhadap mereka.

Abhinaya Karya 2023: Membaca Peran Ibu dalam Kebudayaan Jawa
Instalasi R.A. Kartini dalam Abhinaya Karya 2023/Mohamad Ichsanudin Adnan

Bertandang ke Setiap Biliknya

Bersama seorang kawan, saya berkesempatan menghadiri pameran tersebut pada 15 Juni 2023 lalu. Berbekal uang Rp10.000 per orang, kami sudah dapat menikmati pameran tersebut hingga lorong paling akhir.

Melalui informasi yang saya peroleh dari seorang penjaga, pameran tersebut terbagi menjadi delapan ruangan. Ruang pertama bercerita mengenai konsep ibu bumi serta berbagai kisah dan artefak di dalamnya. Ruang kedua dan ketiga berkisah tentang sosok ibu dalam berbagai mitologi Jawa, mulai dari Bali, Madura, hingga Kesultanan Mataram. Kemudian ruang keempat berisi mengenai narasi gender dan seksualitas.

Ruang kelima berupaya menghadirkan interaksi bilik intip yang membawa kisah mengenai Ken Dedes. Menuju ruang selanjutnya berisi tentang kehadiran ibu dalam pusaran politik. Ruang ketujuh merepresentasikan sosok ibu melalui beragam budaya yang melekat. Terakhir, ruang kedelapan, berupaya merefleksikan kembali peran ibu yang terjadi pada konteks hari ini.

Saya cukup takjub dengan beragam instalasi dan artefak yang hadir di pameran ini. Bahkan beberapa instalasi tersebut baru pertama kali saya temukan melalui pameran ini. Menariknya, setiap bilik di dalamnya telah memiliki pemandunya masing-masing yang bertugas menjaga dan menyampaikan narasinya kepada pengunjung. Sehingga siapa pun tidak perlu risau dan kebingungan, karena setiap pemandu akan dengan senang hati mengarahkan dan membantu memahami maksud dari setiap instalasinya.

  • Abhinaya Karya 2023: Membaca Peran Ibu dalam Kebudayaan Jawa
  • Abhinaya Karya 2023: Membaca Peran Ibu dalam Kebudayaan Jawa

Sejauh pengalaman saya, ruang kelima merupakan yang paling berkesan bagi saya. Sebab bilik tersebut menyuguhkan sebuah medium instalasi yang membuat saya hanya bisa melihatnya dengan cara mengintip. Melalui proyeksi layar serta sebilah kaca di dalamnya, saya bisa melihat aktivitas seksual yang berlangsung guna mengobjektifikasi Ken Dedes. 

Cara saya menatap aktivitas seksual itu sejatinya tak ada bedanya dengan cara laki-laki menatap dan memperlakukan perempuan. Melalui medium “mengintip”, perempuan menjadi sarana untuk memuaskan nafsu dari para pengunjung yang hadir di ruang tersebut.

Melalui berbagai macam ruangan yang sudah saya lewati, saya menjadi punya refleksi baru. Sosok perempuan, khususnya ibu, ternyata telah menanggung berbagai beban yang cukup kejam. Beban tersebut bisa bersumber dari kita sebagai masyarakat yang masih mengamini hadirnya patriarki, serta cara kekuasaan yang terus-menerus melanggengkan narasi tersebut melalui pelbagai jenis tradisi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Kerap dipanggil sebagai Suden, kini tinggal di Yoyakarta dan sedang menempuh pendidikan panjangnya di menfess Twitter.

Kerap dipanggil sebagai Suden, kini tinggal di Yoyakarta dan sedang menempuh pendidikan panjangnya di menfess Twitter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1)