TRAVELOG

Menguji Adrenalin di Sungai Bahorok Bukit Lawang

Perjalanan sekitar 90 kilometer dalam waktu hampir tiga jam dari Medan menuju Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat akhirnya berujung di Bukit Lawang. Kawasan hutan tropis ini menjadi salah satu pintu gerbang Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), tepatnya di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah V Bahorok. Tapi yang paling menarik, Bukit Lawang dikenal sebagai ‘rumah’ orangutan sumatra.

Bukit Lawang menjadi lokasi konservasi orangutan sejak tahun 1973, menurut laman resmi Balai Besar TNGL. Sebanyak 228 ekor orangutan sumatra telah menjalani rehabilitasi di kawasan ini. Mereka dilepasliarkan ke hutan, yang membuat banyak orang rela trekking berjam-jam untuk melihatnya. Sejak itulah Bukit Lawang jadi salah satu destinasi pariwisata Sumatra Utara, sebagai objek ekowisata dunia. 

Daya tarik Bukit Lawang dan konservasi orangutan selama puluhan tahun memikat banyak pelancong, termasuk dari luar negeri. Namun, Bukit Lawang ternyata bukan hanya soal orangutan dan hutan tropis. Selain trekking, salah satu aktivitas fisik yang tidak boleh dilupakan saat berkunjung ke Bukit Lawang adalah tubing di Sungai Bahorok, yang berhulu di Gunung Leuser dan membelah kawasan ini.

Menuju Bukit Lawang

Sebenarnya ini bukan perjalanan pertama kali ke Bukit Lawang. Sebab, pada akhir periode 2000-an, ketika masih mahasiswa, saya sudah beberapa kali berkunjung, baik untuk kegiatan pecinta alam dalam rangka orientasi mahasiswa baru atau jadi tour guide (pemandu tur) dadakan. Namun, kali ini, setelah hampir 15 tahun tak pernah lagi ke sana, saya datang bersama keluarga: istri dan dua anak laki-laki.

Beberapa hari sebelumnya, saya sudah memesan penginapan di Garden Inn & Restaurant melalui salah satu aplikasi reservasi hotel. Riko dari pengelola cottage tersebut juga sudah menghubungi saya untuk mengonfirmasi kedatangan. Begitu saya dan keluarga sampai di Bukit Lawang, dua orang petugas dari Garden Inn menjemput kami dengan masing-masing menggunakan sepeda motor.

Baik menyetir sendiri maupun naik transportasi umum, pengunjung tidak bisa langsung sampai di depan cottage karena semua berlokasi di sepanjang Sungai Bahorok. Tamu harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor untuk menuju cottage di Bukit Lawang. Rutenya masuk ke pasar wisata, lalu melewati jalan setapak di sepanjang pinggir sungai. Kami berkendara hampir satu kilometer.

Sesampai di Garden Inn dan beristirahat sejenak, tanpa membuang banyak waktu kami langsung menyusuri hingga ujung jalan setapak di pinggir Sungai Bahorok. Di lokasi itu sudah ramai wisatawan yang main di tepian sungai. Saya dan anak-anak juga tak ketinggalan menceburkan diri. Meski arus Sungai Bahorok cukup deras, tapi di sejumlah titik masih bisa main air dan berenang dengan aman.

  • Menguji Adrenalin di Sungai Bahorok Bukit Lawang
  • Menguji Adrenalin di Sungai Bahorok Bukit Lawang
  • Menguji Adrenalin di Sungai Bahorok Bukit Lawang

River Tubing

Selain bermain dan berenang di sungai, aktivitas tubing juga bisa menjadi pengalaman seru dan menyenangkan dari Bukit Lawang. Jika beruntung, bisa pula bertemu dengan orangutan sumatra. Menggunakan ban dalam bekas truk, kamu dapat menguji adrenalin dengan mengarungi jeram Sungai Bahorok sambil menikmati hutan tropis. Inilah agenda kami pada hari kedua di Bukit Lawang.

Malam sebelumnya, saya menemui Bang Abut, salah seorang warga lokal yang menyewakan ban dan pemandu untuk aktivitas tubing di kawasan Bukit Lawang. Kami menyepakati biaya 350 ribu rupiah untuk dua orang dewasa dan dua anak-anak dipandu dua orang pemandu. Sebenarnya, biayanya Rp150.000 per orang jika memesan di cottage. Namun, Riko menyarankan untuk langsung ke Bang Abut.

Setelah sarapan, kami memulai agenda tubing dengan trekking sejauh hampir 2,5 kilometer ke hulu Sungai Bahorok. Saya dan istri serta anak-anak sudah memakai life jacket. Di depan, ada Bang Mawi dan Pak Toles yang memandu jalan, sambil memanggul masing-masing satu ban besar dan satu ban kecil, serta sebilah tongkat dari dahan pohon. Treknya cukup ekstrem, tapi masih aman bagi pemula.

Bahkan anak-anak kami tampak bersemangat. Sesekali kami berhenti, sempat berenang di pinggir sungai, atau membasuh muka di air terjun yang ditemukan dalam perjalanan. Kata Bang Abut, rute ke Batu Gajah, lokasi paling hulu untuk tubing ini biasanya dapat ditempuh dalam 30 menit. Tapi, kami hampir satu jam baru sampai di lokasi, di depan cottage terakhir, Back to Nature Ecotourism.

Setelah melepas lelah sebentar dan kedua pemandu selesai merakit semua ban, kami segera memulai petualangan tubing di Bukit Lawang. Adrenalin dipacu saat kami melewati jeram di Sungai Bahorok. Beberapa jeram cukup menantang dengan batu-batu besar dan hempasan arus sungai yang deras. Di pengujung tahun, arus Sungai Bahorok bisa jauh lebih deras karena memasuki musim penghujan.

  • Menguji Adrenalin di Sungai Bahorok Bukit Lawang
  • Menguji Adrenalin di Sungai Bahorok Bukit Lawang

Melihat Orangutan

Kami cukup beruntung karena sempat menemukan orangutan saat tubing di Sungai Bahorok. Pak Toles yang pertama melihatnya. Menurutnya, orangutan itu bernama Pesek, salah satu orangutan tertua di kawasan Bukit Lawang. Pesek rupanya turun ke pinggir hutan untuk menemani anaknya bermain. Kata Pak Toles, kami sangat beruntung, karena jarang sekali orangutan keluar dari hutan.

Saya sempat memotretnya beberapa kali sambil tetap terayun-ayun oleh arus Sungai Bahorok. Sedangkan di seberang sungai, sudah mulai ramai pula pengunjung lainnya yang ingin menyaksikan orangutan, tanpa perlu trekking berjam-jam ke tengah hutan. Setelahnya, kami melanjutkan tubing lagi. Hampir setengah jam kami menguji adrenalin dengan menerjang jeram sungai di tengah hutan tropis itu.

Petualangan pun berakhir. Namun, tubing di Bukit Lawang benar-benar berkesan. Bahkan, anak-anak kami masih antusias dan ingin kembali lagi ke sana. Semoga juga kesempatan berikutnya bisa bertemu kembali dengan Pesek, si orangutan sumatera yang langka itu. Sebelum pulang, tidak lupa kami membeli oleh-oleh gantungan kunci orangutan, hasil kerajinan tangan masyarakat Bukit Lawang. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Adela Eka Putra Marza

Seorang anak kampung dari pesisir selatan Sumatera Barat. Mencintai perjalanan, dan menyimpannya dalam tulisan dan foto.

Adela Eka Putra Marza

Seorang anak kampung dari pesisir selatan Sumatera Barat. Mencintai perjalanan, dan menyimpannya dalam tulisan dan foto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Benteng Terakhir Leuser