Sebagian dari kita barangkali terpancing buat naik gunung setelah menonton film GIE (2005). Dalam film itu ada beberapa montase Soe Hok Gie sedang naik gunung. Tapi, keterbatasan mengakibatkan film itu hanya mengangkat adegan Soe Hok Gie mendaki Gunung Pangrango. Padahal, semasa hidupnya Gie nggak cuma ke Pangrango saja. Dia juga nanjak ke gunung-gunung lain. Mau tahu gunung-gunung yang pernah didaki Soe Hok Gie? Geser ke bawah!
Gede dan Pangrango
Gunung Gede dan Pangrango seperti arena bermain bagi Soe Hok Gie. Kadang dia cuma ke Pangrango, di lain waktu dia hanya ke Gede, ada pula masanya dia maraton dari Gede ke Pangrango. Dalam Catatan Seorang Demonstran (CAS) lumayan banyak cerita tentang pendakian Gie ke Gunung Gede dan Pangrango.
Tahun baru 1968 Gie ke Pangrango. Kenangannya tentang pendakian tahun baru itu diabadikannya dalam CAS pada entri perjalanan ke Ciremai 1969: “Akhirnya saya putuskan untuk membuka biskuit mengingat pengalaman di [Gunung] Pangrango tanggal 31 Desember 1967.” Beberapa bulan setelahnya, 9 Maret 1968, Soe Hok Gie mendaki Gunung Gede dan Pangrango secara maraton bareng kawan-kawannya di Mapala UI untuk melantik ketua baru. Dia bercerita: “Jam 7.30 pergi ke kawah. Bersama Don dan David menaiki lereng terjal dari kawah ke puncak. Berangkat ke Pangrango bersama Maria dan Jaju, [r]elax tidur dengan selimut bersama Rina, Rudi, Jaju, Rusdi, Wolly, Sjafei.”
Slamet
Kisah Soe Hok Gie mendaki Gunung Slamet diterbitkan di Kompas tanggal 14, 15, 16, dan 18 September 1967. Soe Hok Gie sendiri yang memimpin ekspedisi itu. Dulu, Slamet masih sepi dan pendakian ke puncak terbilang sulit. Dalam karangannya, Gie menceritakan: “Gunung itu tingginya 3.422 m, gunung nomor dua di Pulau Jawa. Dan menurut Junghu[h]n, ia mendaki gunung itu dengan merangkak. Di puncaknya pada musim-musim tertentu suhu dapat turun sampai nol derajat.”
Jalur yang mereka pilih adalah Kedaung. Terbayang, pasti di masa itu hutan Slamet masih rapat sekali, tidak ada yang bisa dilihat kecuali pepohonan, sampai-sampai Gie mengatakan Slamet “… membosankan sekali. Tidak indah seperti Gunung Pangrango atau pun menakjubkan seperti Gunung Merapi. Jalannya panjang dan berliku-liku.” Tapi setiba di puncak, Gie akhirnya dibuat terpana juga oleh keindahan kawah Slamet. Dia menulis, “… kawah gunung yang bagus sekali. Kawahnya jauh lebih besar dari Ceremai dan benar-benar mengagumkan.”
Ciremai
Perjalanan Soe Hok Gie mendaki Gunung Ciremai lewat Linggarjati berlangsung dari 30 Mei hingga 2 Juni 1969. Gie bersama Mapala UI berangkat sore-sore dari Jakarta. “Perjalanan amat bagus. Udara sore yang segar, bulan yang hampir penuh dan suasana yang sangat intim,” begitu tulisnya di buku harian. Mereka telat tiba di Cirebon sehingga pendakian dimulai agak sore.
Setiba di puncak, sekitar jam 14.00, 1 Juni 1969, Gie dan kawan-kawannya melakukan tradisi menyanyikan lagu Padamu Negeri. “Semuanya bersuara fals tapi sedap juga,” tulis Gie. Sore itu juga mereka turun lagi. Namun mereka terjebak malam di jalan dan terpaksa mendirikan tenda jam 2 dini hari. “Perjalanan pulang sangat enak,” ujar Gie. Mereka pulang dari Cirebon naik kereta dan tiba di Stasiun Jatinegara pukul 19.30, 2 Juni 1969.
Sindoro
Soe Hok Gie mendaki Gunung Sindoro hari Minggu, 8 Juni 1969. Tidak seperti sekarang ketika sebagian besar pendaki naik dari Kledung, Temanggung, Soe Hok Gie mendaki Gunung Sindoro lewat Jalur Tambi, Wonosobo—tektok! Dia dan temannya menyewa guide lokal, dua orang, yang dibayarnya Rp 300.
Tapi dia nggak begitu terkesan dengan Gunung Sindoro. Dalam buku hariannya dia menulis, “Gunung Sindoro tidak terlalu indah. Hutan-hutannya botak karena kayu-kayunya banyak diambil. Setelah jalan empat jam, sampai di puncak.” Meskipun dia prihatin sama kehidupan para pemandu, dia juga kesal karena merasa diperas kedua guide lokal itu. Sang petualang menulis, ”Saya agak kesal karena guide ini menuntut uang lebih dengan alasan waktu. Ia rupa-rupanya mau ‘memeras.’ Saya tegaskan bahwa saya tidak mau diperas. Akhirnya dia minta maaf.”
Gunung Sela
Di Jawa Barat, ada dua Gunung Sela. Satu di kaki Gunung Ciremai di Kuningan, satu lagi di sebelah utara puncak Gunung Gede, Cibodas. Minggu, 20 Juli 1969, Soe Hok Gie mendaki Gunung Sela yang di Cibodas bersama Aristides Katoppo. Mereka kemping di batas air di hutan Gunung Sela.
Gie sebenarnya nggak berniat buat muncak. Tapi dia dibujuk Tides (panggilan akrab Aristides Katoppo) untuk ikut naik ke puncak yang cuma sekitar dua jam perjalanan. “Saya ikut untuk gerak badan,” katanya dalam CAS. Tengah hari mereka sudah tiba kembali di Cibodas. “Lalu pulang ke Jakarta setelah makan dan shopping di Cipanas.”
Galunggung
Cerita perjalanan Soe Hok Gie mendaki Gunung Galunggung tidak diabadikan dalam catatan hariannya. Tapi, dalam entrinya tentang pendakian Gunung Sindoro, dia menyebutkan Telaga Bodas, “Bagi saya yang pernah melihat kawah-kawah [Gunung] Slamet, Gede, Merapi, Ciremai dan Telaga Bodas; Dieng tak punya arti apa-apa.”
Di halaman lampiran CAS, ada sebuah foto Gie sedang berada di Telaga Bodas, Gunung Galunggung, bersama rekan-rekannya. Soe Hok Gie mendaki Gunung Galunggung bersama Artistides Katoppo, Perdamaian Jones Hutabarat, Rudy Badil, dan Oei Tik Bie.
Merapi
Soe Hok Gie ternyata juga pernah mendaki Gunung Merapi di Jawa Tengah. Tapi, dalam catatan-catatannya, dia nggak cerita soal pendakiannya ke salah satu gunung paling aktif di Indonesia itu.
Barangkali kamu tahu soal pendakian Gie ke Gunung Merapi? Kapan dia ke sana, dulu ke sana barang siapa, lewat mana, kisah pendakiannya seperti apa?
Semeru
Gunung Semeru menjadi gunung terakhir yang didaki oleh Soe Hok Gie. Berniat merayakan ulang tahun di Semeru, Soe Hok Gie (dan Idhan Lubis, mahasiswa Universitas Tarumanegara) malah tutup usia di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu tanggal 16 Desember 1969, beberapa jam sebelum dia benar-benar memasuki usia 27 tahun.
Kepergian Soe Hok Gie sang aktivis humanis diratapi oleh rekan-rekannya dan masyarakat luas yang kerap membaca tulisan-tulisan tajamnya di media. Gie memang telah 48 tahun pergi, tapi dia masih tetap hidup dalam pikiran kita semua, para pendaki Indonesia.
Itulah gunung-gunung yang dicatat Gie dalam buku harian dan karangan yang dia kirim ke media. Itu saja gunung-gunung yang pernah didaki Soe Hok Gie? Entahlah. Barangkali kamu punya informasi tentang gunung-gunung lain yang pernah didaki Soe Hok Gie?
Pembaca realisme magis dan catatan perjalanan.