Awas Rem Blong di Gekbrong

Sistem pengereman kendaraan yang prima, kehati-hatian pengemudi dan muatan kendaraan yang tidak melebihi kapasitas menjadi kunci keselamatan berkendara, lebih-lebih saat sedang melaju di jalur tengkorak Gekbrong.

Siang yang agak terik itu, bau kampas kopling tercium menyengat. Sebuah truk bermuatan pasir basah tampak terseok-seok tatkala mulai memasuki wilayah Gekbrong, Cianjur, Jawa Barat. Pengemudi sejumlah kendaraan lain yang ada di belakang truk itu terpaksa memperlambat laju kendaraan mereka karena jalur dari arah berlawanan belum benar-benar kosong sehingga terlalu riskan jika menyalip truk tersebut.

Awal tanjakan Gekbrong
Awal tanjakan Gekbrong/Djoko Subinarto

Sementara itu, beberapa ratus meter di depan truk yang tengah kepayahan merayap itu, tampak pecahan-pecahan halus kaca kendaraan berserakan. Sebuah pertanda telah terjadinya kecelakaan lalu-lintas—barangkali dua atau tiga hari sebelumnya.

Gekbrong adalah nama salah satu kecamatan di Cianjur. Kecamatan ini mencangkup delapan desa yakni Desa Cintaasih, Desa Cikancana, Desa  Sukaratu, Desa Cikahuripan, Desa Gekbrong, Desa Kebonpeuteuy, Desa Songgom dan Desa Bangbayang. 

Mereka yang akan menuju Kota Sukabumi dari arah Cianjur, harus melewati kawasan Gekbrong—dengan posisi jalan yang menanjak. Awal tanjakan Gekbrong berada setelah Indomaret Gunung Padang, Warungkondang. Beberapa meter ke arah barat dari minimarket itu, plang penanda jalan menanjak langsung terpampang di sisi kiri jalan.

Panjang tanjakan Gekbrong sekitar enam kilometer. Didominasi oleh tanjakan lurus, dengan awalan tanjakan tipis yang kemudian terus menebal. Puncak tanjakannya adalah Pasar Gekbrong. Adapun akhir tanjakannya berada persis beberapa meter sebelum tugu perbatasan Kabupaten Cianjur—Kabupaten Sukabumi. 

Tak jauh dari Pasar Gekbrong, terdapat jalan pedesaan ke arah utara, yang bisa tembus ke Jalan Raya Cugenang, Ciherang, Cianjur. Jalannya lumayan mulus. Hanya saja, tak bisa dilalui kendaraan besar. Kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat berukuran kecil dapat memanfaatkan jalan ini sebagai rute alternatif untuk menuju kawasan Cipanas atau Puncak dari arah Sukabumi.

Gunung Gede-Pangrango
Gunung Gede-Pangrango/Djoko Subinarto

GedePangrango

Saat udara cerah, dari beberapa titik di kawasan Gekbrong, kita dapat melihat dengan jelas Gunung Gede—Pangrango. Gunung ini, yang sering juga disingkat menjadi Gepang, masuk dalam daftar gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Gede memiliki ketinggian sekitar 2.958 meter di atas permukaan laut. Sedangkan ketinggian Pangrango sekitar 3.019 meter di atas permukaan laut. 

Gede—Pangrango senantiasa terlihat indah dan gagah. Banyak orang ingin mendakinya. Gunung ini masuk ke dalam tiga wilayah administrasi yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, dan telah ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO. Salah satu kebun raya tertua di Indonesia, yakni Kebun Raya Cibodas, berada persis di kaki Gede—Pangrango ini.

Jalan Raya Gekbrong sendiri berada di sisi tenggara dalam barisan kaki Gunung Gede—Pangrango. Saat musim penghujan, kabut tebal, yang identik dengan nuansa pegunungan, masih kerap datang menyelimuti kawasan Gekbrong, dan membuat pandangan para pengendara jadi sangat terbatas. Selain permukiman dan sejumlah tempat usaha, di sisi kanan dan kiri Jalan Raya Gekbrong masih terdapat pula sawah maupun ladang. Ketika melewati kawasan Gekbrong, tak jarang terlihat bangkai ular membujur di atas jalan, akibat terlindas kendaraan saat ular itu melintas hendak menyeberang jalan.

Tidak sedikit kalangan yang menyebut Jalan Raya Gekbrong sebagai jalur tengkorak. Pasalnya, di kawasan ini sering terjadi kecelakaan lalu lintas, yang umumnya melibatkan kendaraan yang datang dari arah Sukabumi, ketika tengah meluncur kencang karena posisinya menurun.

  • Jalur penyelamat
  • Perbatasan Cianjur-Sukabumi
  • Truk mogok di Gekbrong
  • Gekbrong di kaki Gunung Gede-Pangrango

Selain karena rem kendaraan blong, kecelakaan di Gekbrong kerap terjadi karena pengendara kurang hati-hati sehingga menyebabkan kendaraan hilang kendali. Oleh sebab itu, selain sistem pengereman harus berfungsi dengan baik, kehati-hatian sangat diperlukan ketika melaju dengan kendaraan di kawasan Gekbrong—mengingat posisi jalan yang menurun lurus serta bergelombang di beberapa ruasnya.

Yang juga perlu jadi bahan perhatian para pengemudi adalah kapasitas muatan. Jangan sampai kendaraan mengangkut muatan, baik barang maupun orang, melebihi kapasitas. Saat melaju dari arah Sukabumi melewati kawasan Gekbrong, kendaraan dengan muatan melebihi kapasitas bakal meluncur berkali-kali lipat lebih kencang, yang akhirnya dapat membuat sistem pengereman gagal berfungsi. Jika hal ini terjadi, kecelakaan pun akan sangat sulit dihindarkan.

Salah satu titik yang rawan kecelakaan di jalur Gekbrong adalah ruas jalan setelah SD Songgom. Tak sedikit kecelakaan sempat terjadi di wilayah ini. Beberapa di antaranya melibatkan truk tronton yang sarat muatan barang serta menimbulkan tabrakan beruntun dan juga merenggut korban jiwa.

Guna mengurangi tragedi kecelakaan di kawasan Gekbrong, sejak tahun 2019 lalu telah dibangun sebuah jalur penyelamat, yang lokasinya berada di sebelah timur dari SPBU Gekbrong. Menurut keterangan sejumlah warga, keberadaan jalur penyelamat ini cukup efektif mengurangi kecelakaan. Sudah banyak kendaraan besar yang mengalami masalah dengan sistem pengeremannya sewaktu melaju di kawasan Gekbrong memanfaatkan jalur penyelamat ini.

Kendatipun demikian, warga masih berharap dibangunnya jalur penyelamat lainnya mengingat di kawasan Gekbrong terdapat beberapa titik yang cukup rawan kecelakan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Leave a Comment