Coba main ke forum-forum traveler. Pasti kamu bakal sering baca istilah “itinerary.” Mungkin kamu pun juga sering menggunakan istilah itu. Kalau ada yang posting ajakan perjalanan, misalnya, responnya pasti nggak jauh-jauh dari, “Boleh minta itin-nya?” atau “Kalau itin-nya menarik, ane ikutan.”
Begitulah. Istilah itinerary sudah jamak digunakan dan menjadi bagian dari kehidupan seorang pejalan. Kalau disuruh bikin itinerary, tentu sudah pada jago. Tapi, pasti nggak banyak yang tahu asal usul kata itinerary. Sebenernya istilah itinerary itu berasal dari bahasa mana, artinya apa, dan sejarahnya bagaimana, sih?
Itinerary berasal dari bahasa Latin
Meskipun sudah lama dimasukkan ke dalam kamus bahasa Inggris, kata “itinerary” ternyata berasal dari bahasa Latin, yakni itinerarium (jamak: itineraria). Itinerarium adalah peta jalan Romawi Kuno berupa daftar kota, desa, atau perhentian lain, yang dilengkapi dengan waktu tempuh.
Ternyata, kalau ditarik, akar asal usul kata itinerary panjang juga. Di era Romawi dulu, para pemimpin seperti Julius Caesar dan Mark Anthony (bukan mantan suami Jennifer Lopez itu, tapi petinggi di Kekaisaran Romawi, Marcus Antonius) memerintahkan para kartografer untuk membuat itinerary induk (master itinerary) dari seluruh sistem jalan milik Kerajaan Romawi.
Kerajaan kuno di Eropa itu memang bergantung banget sama perdagangan. Siapa yang punya ilmu paling banyak soal rute, dialah yang paling diuntungkan. Makanya para pemimpin Romawi ngebet banget buat bikin itinerarium.
Dari peta-jalan Kerajaan Romawi menjadi catatan peziarahan menuju kota suci
Salah satu itinerary paling awal yang tercatat dalam sejarah adalah Itinerarium Antonini (Antonine Itinerary). Tidak jelas siapa yang membuat peta jalan ini, begitu pula dengan waktu pasti pembuatannya. Tapi, sejarawan berpendapat kalau Antonine itinerary dibuat sekitar abad ke-3 Masehi. Isinya adalah titik-titik perhentian dan jaraknya (dalam satuan mil Romawi).
Ada pula Tabula Peutingeriana (Tabel Peutinger), sebuah itinerary yang berupa gambar atau ilustrasi. Tabel Peutinger yang diduga berasal dari abad ke-4 atau ke-5 Masehi berisi informasi tentang jaringan jalan Kekaisaran Romawi, meliputi Eropa (tanpa Semenanjung Iberia dan Kepulauan Britania), Afrika Utara, dan sebagian Asia (Timur Tengah, Persia, dan India.)
Tapi, lama kelamaan itinerary nggak cuma dibikin buat mencatat pos-pos di sistem jalan Imperium Romawi. Itinerary digunakan pula oleh para peziarah yang melakukan perjalanan dari Eropa ke Jerusalem, kota suci dari banyak agama monoteistik.
Di awal-awal Masehi, ada yang namanya Itinerarium Burdigalense, yang juga dikenal sebagai Itinerarium Hierosolymitanum (Jerusalem Itinerary). Itinerary ini ditulis berdasarkan pengalaman seorang peziarah dari Bordeaux yang melakukan perjalanan panjang dari Bordeaux di Prancis ke Tanah Suci, Jerusalem, tahun 333-334 Masehi.
Dalam perjalanan itu, sang peziarah dari Bordeaux melewati Italia bagian utara, Lembah Danube, sampai ke Konstantinopel. Kemudian ia terus ke Asia Minor, Suriah, dan berakhir di Jerusalem. Pada perjalanan pulang ia mengambil rute yang berbeda, melewati Macedonia, Otranto (sekarang sebuah kota di Provinsi Lecce, Italia), Roma, dan Milan.
Ada pula Itinerarium Alexandri dari abad ke-4, yang berisi daftar kota-kota, desa, dan perhentian-perhentian lain selama Alexander dari Macedonia melakukan perjalanan penaklukan ke timur. Buku itu menggambarkan perjalanan Alexander waktu menginvasi Kerajaan Persia dan India.
Tapi buku itu bukan ditulis oleh Iskandar Agung sendiri, melainkan oleh orang lain semasa kepemimpinan Kaisar Konstantin II. Ditulis tahun 340 Masehi, diduga penulisnya adalah Julius Valerius, penerjemah roman sejarah Alexander dari Macedonia dari bahasa Yunani ke Latin.
Itinerary di masa kini
Lahir di zaman Romawi, sampai sekarang manusia masih memanfaatkan konsep itinerary. (Memang susah untuk memungkiri bahwa Kekaisaran Romawi punya banyak jasa pada dunia.)
Di dunia penerbangan ada yang dinamakan “Flight Itinerary.” Isinya antara lain nama pesawat, kode penerbangan, waktu keberangkatan dan kedatangan, nama dan kode bandara, dan kode booking.
Kadang, sebelum mengurus visa ke negara tertentu, kamu mesti menunjukkan Flight Itinerary yang biasanya tertera di tiket yang sudah kamu booking/beli. Di pos imigrasi bandara, kadang-kadang kamu juga bakal disuruh menunjukkan Flight Itinerary. Terutama kalau muka kamu mencurigakan!
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.