Travelog

Ini Gua Hawang, Bukan Gua Jon Snow dalam “Game of Thrones”

Di Kepulauan Kei, orang-orang biasa menumpang mobil bak terbuka ke mana-mana. Ke pasar, mereka naik bak terbuka. Liburan, mereka juga menumpang bak terbuka. Panas yang menyengat tidak diambil pusing. Selain harus jumpalitan secara berkala saat supir mengerem mendadak atau bermanuver menghindari anjing, hewan yang sangat dilindungi di Kepulauan Kei, mereka anteng saja di belakang.

Kalau dilihat-lihat, rasanya menyenangkan. Tapi, setelah saya mencobanya sendiri, ternyata mengerikan.

Siang itu, ketika matahari kian meninggi dan sinarnya memanggang kulit saya dan kawan-kawan tanpa ampun, saya mencoba sendiri betapa tidak enaknya menumpang mobil bak terbuka. Saya merasa seperti isian sandwich yang terjepit di antara panas matahari dan panas besi bak mobil. Bisa membayangkan? Atau, kalau belum, coba bayangkan perasaan daging sate Madura yang sedang dipanggang.

Maka, rasanya lega sekali ketika akhirnya mobil itu berhenti dan kami diturunkan di Gua Hawang, Desa Letvuan, Langgur. Dari perhentian, kami mesti menelusuri jalan berbatu dan menuruni anak-anak tangga untuk tiba di “kolam” alami yang jadi atraksi utama Gua Hawang.

gua hawang
Pemandangan Gua Hawang via TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Mirip tempat Jon Snow dan Ygritte memadu kasih

Setiba di dalam gua, saya mendapati sebuah kolam alami yang airnya berwarna biru jernih. Tak berlama-lama, kami segera menceburkan diri. Ternyata air biru jernih itu segar sekali. Berenang-renang di kolam itu membuat kami lupa bahwa kami baru saja meloloskan diri dari sengatan matahari.

Saat sedang asyik berenang, saya tiba-tiba mengalami deja vu. Rasa-rasanya saya sudah pernah ke tempat ini—atau melihat tempat ini. Ah, tak mungkin. Tapi, kenapa tempat ini terasa begitu familiar?

Setelah konsentrasi agak lama, saya baru insaf bahwa tempat ini mirip dengan salah satu latar serial Game of Thrones. Itu, lho, gua di balik The Wall tempat Jon Snow (Kit Harington) dan Ygritte (Rose Leslie) memadu kasih. Tapi, setelah diamati lebih teliti, memang agak beda, sih. Wajar saja beda. Gua Hawang terletak di wilayah tropis, sementara Gua Termal Grjótagjá yang jadi saksi bisu kisah cinta Jon Snow dan Ygritte itu berada di Islandia, selemparan batu dari Kutub Utara.

Tak seperti Jon Snow dan Ygritte di Grjótagjá, saya tak memadu kasih di Gua Hawang, hanya berenang-renang saja di antara stalaktit dan stalagmit dari zaman purba.

gua hawang
Berenang di Gua Hawang/Dewi Rachmanita Syiam

Mitos-mitos tentang khasiat air Gua Hawang

Entah sekadar berseloroh atau serius, teman-teman saya yang asli sini menyuruh saya mencuci muka dengan air gua. Mitosnya, raup dengan air gua ini akan bikin saya awet muda. Air Gua Hawang yang bersumber dari Mata Air Evu itu akan bikin wajah saya—dan wajah orang-orang lain yang cuci muka di sana—memancarkan semacam aura.

Konon, masih ada beberapa khasiat lain, seperti mempermudah urusan asmara (alias enteng jodoh) dan mempercepat orang mendapatkan keturunan.

Cuma, agak deg-degan juga memasukkan kepala ke dalam kolam Gua Hawang. Saat surut begini saja, kedalaman airnya antara 1-2 meter. Saat pasang, airnya akan naik menjadi 3 meter.

Saya agak merinding begitu diberi tahu bahwa arti kata “hawang” ternyata “arwah.” Konon, selain jadi tempat main-main air, Gua Hawang juga sudah sejak lama, sejak masyarakat setempat masih menganut animisme dan dinamisme, jadi lokasi persemadian orang-orang dari berbagai wilayah.

Menurut legenda setempat, dahulu ada seorang pria yang berburu babi. Babi itu bersembunyi di dalam gua dan dicari oleh sang pria. Namun, buruan itu tak kunjung ditemukan. Akhirnya, sang pria meminum air Gua Hawang. Mendapati bahwa rasanya pahit, makian pun terlontar dari mulut pria itu. Lalu, seketika saja sang pria menjadi batu. Sampai sekarang masyarakat setempat percaya bahwa itulah batu yang berada di tengah-tengah gua.

Yang bikin saya makin bergidik, sampai sekarang Gua Hawang masih dipercaya masyarakat setempat sebagai tempat persemayaman roh jahat. Jadi, tertarik buat mampir?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Menggemari perjalanan, musik, dan cerita.

Menggemari perjalanan, musik, dan cerita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *