Itinerary

7 Museum Kekinian di Jawa-Bali yang Harus Kamu Kunjungi

Museum, bagi kebanyakan orang, biasanya identik dengan kuno, jadul, tidak terawat, atau sentimen-sentimen lainnya. Stigma tersebut kadang-kadang membuat kita enggan untuk berkunjung ke museum.

Namun, pandangan-pandangan miring itu belakangan kian terbantahkan. Saat ini makin banyak museum yang memoles diri menjadi lebih ramah pengunjung dan interaktif. Ditambah lagi dengan kehadiran museum-museum baru yang modern dan kekinian di beberapa daerah. 

Sebelum itu, TelusuRI mengingatkan kamu agar memerhatikan sejumlah etika berkunjung dan peraturan yang berlaku di museum. Misalnya, jangan membuat suara gaduh, tidak membawa makanan dan minuman dari luar, tidak menyentuh barang-barang koleksi di museum. Lalu jangan memotret sembarangan, karena berkaitan dengan hak cipta dan privasi. Pastikan terlebih dahulu kepada petugas mengenai ini.

Sudah berkemas dan siap main ke museum? TelusuRI merangkum 7 museum kekinian di Jawa-Bali yang menarik buat kamu masukkan daftar kunjungan saat liburan atau pergi ke kota-kota berikut ini: 

1. Museum MACAN, Jakarta

Museum MACAN, Jakarta via Instagram (museummacan)

MACAN adalah akronim dari Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum Seni Modern dan Kontemporer di Nusantara). Museum yang masuk dalam “100 Tempat Terbaik di Dunia 2018” versi TIME ini memiliki koleksi seni modern dan kontemporer dari Indonesia maupun internasional. Tidak hanya lukisan, Museum MACAN juga memiliki media atau seni instalasi lainnya, hingga agenda pertunjukan. 

Di sektor pendidikan, yang menjadi misi utama Museum MACAN, terdapat beberapa program yang memfasilitasi apresiasi seni dengan kegiatan interaktif dan menarik. Tujuannya agar seni dapat diakses masyarakat luas, terutama generasi muda dan anak-anak, serta bermitra dengan sekolah dengan menyediakan materi edukasi seni.

Museum seni ini terletak di AKR Gallery West Apartment, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Jika kamu menggunakan transportasi umum, halte dan stasiun terdekat yang bisa kamu capai antara lain:

  • Halte Kebon Jeruk (TransJakarta 8 Lebak Bulus—Pasar Baru)
  • Halte Gerbang Tol Kebon Jeruk (TransJakarta T11 GBK—Poris Plawad)
  • Stasiun Kebayoran Lama (KRL Commuter Line Tanah Abang—Serpong)

Jam berkunjung
Selasa–Minggu: 10.00–18.00 (akses terakhir 17.45)
Senin: tutup

Harga tiket

KategoriSelasa–JumatSabtu–Minggu
AnggotaGratis (reservasi slot)Gratis (reservasi slot)
DewasaRp70.000Rp90.000
Pelajar & MahasiswaRp63.000Rp81.000
Senior (usia 65+)Rp63.000Rp81.000
Anak-anak (usia 3-12 tahun)Rp56.000Rp72.000
Anak-anak (di bawah 3 tahun)GratisGratis

Informasi dan pemesanan tiket daring
www.museummacan.org

2. Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta

Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta via ullensentalu.com
Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta via ullensentalu.com

Ullen Sentalu adalah akronim dari falsafah Jawa “Ulating Blencong Sejatining Tataraning Lumaku”, yang bermakna “terang adalah penuntun jalan kehidupan”. Filosofi tersebut menjadi benang merah Museum Ullen Sentalu dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Jawa sebagai karakter bangsa. Museum ini menampilkan sejarah budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram beserta koleksi lukisan, serta batik-batik, baik bergaya Yogyakarta maupun Surakarta.

Meskipun bertema sejarah, konsep dan nuansa museum yang terletak di kawasan Kaliurang, Kecamatan Pakem, Sleman ini terbangun dengan baik. Museum ini cocok dikunjungi wisatawan lintas usia, bahkan generasi kekinian sekalipun. Pengunjung seperti tersedot memasuki lorong waktu dan kembali ke masa lampau.

Terdapat dua jenis tur museum yang masing-masing berdurasi 45 menit, yaitu Tur Adiluhung Mataram dan Tur Vorstenlanden. Di kedua tur tersebut, pemandu atau edukator Ullen Sentalu akan mengajak kamu menjelajahi dimensi waktu melalui berbagai macam koleksi seni dan memaknai filosofi di dalamnya.

Jam berkunjung
Selasa–Minggu: 08.30–16.00 (tur terakhir 15.15)
Senin: tutup

Harga tiket
Tur Adiluhung Mataram: Rp50.000
Tur Vorstenlanden: Rp100.000

Informasi dan pemesanan tiket daring
www.ullensentalu.com

3. Museum Tumurun, Surakarta

Museum Tumurun, Surakarta via Instagram (tumurunmuseum)
Museum Tumurun, Surakarta via Instagram (tumurunmuseum)

Museum Tumurun merupakan museum pribadi yang didirikan dan dikelola Iwan Kurniawan Lukminto, anak H.M. Lukminto. Lukminto adalah pendiri dan pemilik PT Sritex, perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. “Tumurun” berasal dari kata “turun-temurun”, yang berarti mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Museum ini menyimpan ratusan koleksi seni lokal maupun internasional. Di antaranya lukisan-lukisan terkenal karya Affandi, Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan banyak lagi. Tak hanya karya klasik, seni-seni modern dan kontemporer pun juga tersimpan di museum yang terletak di Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta tersebut.

Ketika pembukaan perdana pada Maret 2018, museum ini hanya bisa dikunjungi oleh keluarga dan kerabat terdekat. Namun, sebulan kemudian pengunjung umum sudah boleh masuk dengan reservasi terbatas. 

Informasi biaya, jam kunjungan, dan pemesanan tiket daring
Instagram @tumurunmuseum atau situs resmi www.tumurunmuseum.org

4. Blockbuster Museum, Surabaya

Blockbuster Museum, Surabaya via Google (Ikhsan Rosyid)
Blockbuster Museum, Surabaya via Google (Ikhsan Rosyid)

Museum Blockbuster adalah museum pertama di Indonesia yang bertema film dan game.  Awalnya museum ini menyimpan koleksi pribadi pendirinya, Anton Lomewa, yang gemar mengumpulkan mainan dan replika jagoan (action figure) film-film terkenal sejak kecil.

Sejak 2019, Anton membuka pintu bagi khalayak umum yang ingin melihat ribuan koleksi barang langka miliknya. Jika kamu berada di Surabaya, jangan lewatkan kesempatan buat mampir ke museum yang terletak di The Kitchenware Paradise, Jalan Kenjeran, Tambaksari, Surabaya. 

Segmentasi pengunjung museumnya antara lain para kolektor action figure dan mainan, pencinta film, generasi kekinian maupun komunitas-komunitas yang bergerak di dunia serupa. Anton juga bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya untuk mempromosikan ke jangkauan pasar yang lebih luas.

Jam berkunjung
Jumat–Minggu: 12.00–19.00

Harga tiket
Rp80.000

Informasi dan pemesanan tiket daring
Instagram @blockbustermuseumsurabaya

5. Museum Musik Indonesia, Malang

Museum Musik Indonesia, Malang via Google (Yuga Gumilang)
Museum Musik Indonesia, Malang via Google (Yuga Gumilang)

Dalam situs resminya, Museum Musik Indonesia (MMI) menyebut diri sebagai museum musik pertama yang melakukan pengumpulan, dokumentasi, dan konservasi segala jejak sejarah musik di Indonesia. Pendirian museum ini bermula dari inisiasi komunitas pencinta musik di Kota Malang membentuk Galeri Malang Bernyanyi (GMB) pada 2009. Tujuh tahun kemudian, GMB berubah menjadi MMI dan diresmikan oleh Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia bersama Pemerintah Kota Malang.

Sebagian besar koleksi di Museum Musik Indonesia antara lain media rekaman fisik berupa kaset, piringan hitam, hingga keping CD, VCD, atau DVD. Uniknya adalah koleksi tersebut berasal dari sumbangan masyarakat, baik di Indonesia maupun mancanegara. Sampai saat ini operasional museum yang terletak di Gedung Kesenian Gajayana, Kota Malang itu masih bergantung pada sistem donasi dan tenaga sukarela. 

Jam berkunjung
Selasa–Minggu: 10.00–17.00
Senin dan Hari Besar: tutup

Informasi dan donasi
www.museummusikindonesia.id 

6. Museum Angkut, Batu

Museum Angkut, Kota Batu via Flickr (Bruce Levick)
Museum Angkut, Kota Batu via Flickr (Bruce Levick)

Museum Angkut adalah museum transportasi pertama di Asia Tenggara. Museum ini termasuk dalam wahana kekinian di bawah naungan Jatim Park Group. Museum Angkut terletak di kaki Gunung Panderman, Jalan Terusan Sultan Agung, Kota Batu. Beberapa tempat wisata tematik serupa yang terdekat dengan museum ini antara lain Jatim Park 1, Jatim Park 2 (Batu Secret Zoo), dan Eco Green Park.

Ratusan jenis angkutan tradisional dan modern yang dimiliki memanjakan para pencinta otomotif. Mulai dari motor, mobil, kereta api, sampai dengan pesawat. Koleksi-koleksi tersebut menempati beberapa ruang dengan dekorasi bertema benua Asia, Eropa, hingga Amerika. Tersedia pula wahana flight simulator, yang memungkinkan kamu untuk belajar mengemudikan pesawat. Selain itu, lengkapnya fasilitas dan atraksi yang ada membuat museum ini sering menjadi tujuan wisatawan lintas usia. Dari anak-anak sampai dewasa.

Jam berkunjung
Setiap hari: 12.00–20.00

Harga tiket
Hari kerja: Rp100.000
Akhir pekan: Rp120.000

Informasi dan pemesanan tiket daring
www.jtp.id/museumangkut

7. Nyaman Gallery, Bali

Nyaman Gallery, Bali via Instagram (nyamangallery)
Nyaman Gallery, Bali via Instagram (nyamangallery)

Seperti namanya, pelopor galeri seni kontemporer bertaraf internasional di Bali ini ingin mencerminkan museum yang penuh kemudahan dan keramahtamahan khas Bali. Terletak di pusat Seminyak, Kabupaten Badung yang ramai turis, Nyaman Gallery mendorong pengunjung kekinian seperti kamu untuk menikmati dan berinteraksi dengan koleksi seni yang dimiliki.

Museum ini memajang koleksi karya seni dari seniman-seniman lokal maupun mancanegara, serta memadukan konsep modern dan tradisional. Bentuk-bentuk seni yang ditampilkan antara lain lukisan, fotografi, patung, maupun instalasi seni lainnya. Dalam situs resminya, Nyaman Gallery menyebut cinta sebagai ruh utama dalam melakukan kurasi segala karya seni yang ada.

Di lantai dua dari museum ini, terdapat Nyaman Artspace. Pusat kreatif dan ruang seni untuk lokakarya edukatif. Peserta dari lintas usia bisa membuat karya seni sendiri dengan pendampingan seniman atau guru yang memiliki keahlian maupun teknik artistiknya masing-masing.. 

Jam berkunjung
Setiap hari: 09.00–21.00

Harga tiket
Gratis

Informasi koleksi dan event
www.nyamangallery.com


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Membuka Lembar Sejarah di Museum Multatuli Lebak