ItineraryPilihan Editor

7 Gunung yang Asyik Didaki Tanpa Harus Kemping

Naik gunung nggak selalu harus kemping. Kamu bisa juga cuma naik, santai-santai di puncak, terus turun lagi tanpa harus buka tenda, alias tektok tanpa harus kemping. Nih, TelusuRI kasih daftar gunung-gunung yang pas buat tektokan.

1. Gunung Api Purba Nglanggeran (700 mdpl)

tanpa harus kemping di Gunung Api Purba Nglanggeran

Foto bareng di puncak Gunung Api Purba Nglanggeran/Fuji Adriza

Semula Gunung Api Purba (GAP) Nglanggeran di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, nggak lebih populer dibanding jalur panjat yang dibuat oleh Mapala Majestic-55 FH UGM yang tersebar di kaki gunung. Tapi lama-kelamaan popularitas GAP naik. Namanya semakin melambung sejak komunitas pejalan mulai menjamur di Jogja dan menjadikan GAP salah satu destinasi wajib untuk menjamu kawan-kawan yang datang. Ketinggian puncaknya yang cuma sekitar 700 mdpl bikin gunung ini pas buat tektokan. Jalan santai sambil menikmati tebing-tebing breksi, kamu bisa tiba di puncak dalam waktu sekitar 1 jam saja.

2. Gunung Andong (1.726 mdpl)

Pemandangan di Gunung Andong via merdeka.com

Gunung  yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini lagi populer-populernya di media sosial. Karena pendakiannya cuma 2 jam, ini adalah gunung yang pas buat tektokan—dan PDKT. Makanya gunung ini hampir selalu ramai di akhir pekan. Sebelah-sebelahan dengan Merbabu, dari sini kamu bisa melihat hampir semua gunung di Jawa Tengah.

3. Gunung Batur (1.717 mdpl)

Melihat Danau Kintamani dari Gunung Batur/Syukron

Gunung Batur berada di pinggir Danau Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Gunung ini lumayan gersang. Tapi justru karena nggak ditutupi banyak pohon kamu bisa menikmati pemandangan dengan leluasa. Dari Gunung Batur kamu bisa melihat Danau Kintamani dan pematang raksasa yang mengitari danau. Nanjaknya paling cuma sekitar 3 jam. Tapi jangan pecicilan ya, sebab banyak juga orang yang beribadah di Gunung Batur. Nggak percaya? Coba saja ke sana.

4. Gunung Prau (2.565 mdpl)

Melihat Gunung Sindoro dari Gunung Prau/Fuji Adriza

Gunung Prau di Dataran Tinggi Dieng juga eksis karena menjamurnya komunitas pejalan dan media sosial. Nanjaknya nggak lama-lama banget, cuma sekitar 2-3 jam. Karena gunung ini pas banget buat lihat matahari terbit, sebagian besar pendaki nanjak di malam hari supaya bisa tiba di puncak sebelum matahari keluar dari cakrawala. Pas turun, karena hari sudah terang, kamu akan bisa melihat hamparan perkebunan yang hijau.

5. Gunung Sikunir (2.463 mdpl)

Gunung Yang Asyik Didaki Tanpa Harus Kemping

“Sunrise” di Sikunir/Deta Widyananda

Naiknya nggak sampai setengah jam. Tapi dari sana kamu bisa menikmati momen matahari terbit, sambil makan pop mie atau minum kopi yang dijual di lapak-lapak sederhana dekat puncak. Turunnya kamu bisa mampir sebentar di Telaga Cebong, danau indah yang letaknya di kaki Gunung Sikunir.

6. Gunung Sari (N/A)

Gunung Sari/Tim KKN PPM UGM Singkawang 2010

Yang pernah dengar nama Gunung Sari, ngacung deh! Gunung Sari ini letaknya di Singkawang, Kalimantan Barat. Sekarang di kaki gunungnya dibangun sebuah ruang terbuka hijau bernama Taman Gunung Sari (ada rumah pohonnya juga). Tapi cuma sedikit orang yang pernah nanjak Gunung Sari sampai ke puncak. Padahal puncaknya lumayan keren, meskipun agak tertutup oleh vegetasi. Dari puncaknya kamu bisa lihat pesisir yang memagari Singkawang.

7. Gunung Bromo (2.329 mdpl)

Gunung Bromo/Fuji Adriza

Ya… ngapain juga buka tenda di pinggir kawah Gunung Bromo. Selain karena sempit, cuma satu kilo dari sana saja sudah banyak penginapan murah. Tinggal pilih saja mana yang paling cocok buat kantong kamu. Jadi nggak ada gunanya juga bawa keril, cukup daypack saja dan tanpa harus kemping. Untuk ke kaki Gunung Bromo, kamu bisa pilih; mau jalan kaki, menunggang kuda, atau naik jip. Dari kaki Gunung Bromo, kamu tinggal naik tangga.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *