Ekowisata atau ecotourism adalah wisata berbasis alam yang mengutamakan pembelajaran lingkungan dan memastikan lingkungan tersebut tidak rusak oleh kegiatan wisata dan juga wisatawan. Dalam arti lain, ekowisata bisa berarti wisata yang dilaksanakan di mana saja dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai objeknya.

Di dalam ekowisata juga menekankan pada konservasi budaya, ekonomi masyarakat lokal, dan pemberdayaan sosial masyarakat. Di Indonesia ternyata memiliki banyak destinasi ekowisata dan sudah ada sejak lama. Di mana saja tempat tersebut? Simak di bawah ini, ya!

Taman Nasional Komodo

Ekowisata Indonesia
Komodo di Pulau Rinca via TEMPO/Tony Hartawan

Taman Nasional Komodo memiliki luas total sekitar 173.300 Ha yang terdiri dari wilayah perairan dan daratan. Kawasan Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau besar seperti Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. 

Sebelumnya, pemerintah memang fokus menjadikan kawasan ini sebagai konservasi untuk Komodo saja, namun saat ini lebih dikembangkan sebagai kawasan ekowisata untuk lebih mengenal flora dan fauna lain serta lingkungan masyarakat sekitarnya.

Di ekowisata ini, pengunjung bisa melakukan banyak aktivitas yang seru seperti trekking ke Gunung Ara, snorkeling di Pink Beach, sampai berlayar di pulau-pulau kecil sekitarnya. 

Keindahan alam di ekowisata ini juga terdapat di bawah airnya yang menyimpan 386 jenis terumbu karang, 70 jenis bunga karang dan ribuan jenis ikan di dalamnya. Beberapa spot menyelam di kawasan ini memungkinkan pengunjung untuk melihat penyu hijau, paus, sampai lumba-lumba. 

Untuk kegiatan sosial dan budaya masyarakatnya, pengunjung bisa ikut serta membuat pernak-pernik souvenir khas Pulau Komodo atau mencicipi kuliner yang khas seperti jagung bose, roti kompyang, dan kudapan bernama rebok.

Tentunya sebagai kawasan ekowisata, baik masyarakat, pemerintah, dan pengelolanya sangat mengutamakan wisata berbasis lingkungan. 

Gunung Api Purba Nglanggeran

Ekowisata Indonesia
Kawasan Ekowisata Desa Nglanggeran, Gunungkidul via TEMPO/Pius Erlangga

Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran memiliki luas sekitar 48 Ha yang secara administratif terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. 

Menurut pengelolanya, ekowisata Gunung Api Purba ini sengaja tidak dibuat sebagai tempat wisata yang atraktif atau cepat booming, melainkan lebih menawarkan nuansa alam dan lingkungan yang sudah ada. Sasarannya untuk mendatangkan wisatawan yang berasal dari perkotaan yang rindu akan suasana pedesaan.

Selain itu, pengelola wisata ini juga menekankan pada aspek keberlanjutan dengan mengembangkan desa wisatanya. 

Itulah mengapa ketika wisatawan datang ke tempat ini tidak hanya berfoto dan melihat pemandangan saja. Melainkan bisa melakukan banyak aktivitas seperti bercocok tanam, kegiatan seni budaya, belajar hidup dengan masyarakat lokal, sampai belajar flora dan faunanya. 

Gunung Api Purba menjadi wisata andalannya namun terdapat juga wisata lain di sekitarnya seperti wisata perkebunan, wisata pengolahan hasil perkebunan, wisata air Kedung Kendang, Embung Nglanggeran, serta kampung hijau yang juga layak untuk dikunjungi.

Dengan sinergi dari banyak pihak yang terlibat membuat Ekowisata Gunung Api Purba mendapatkan keuntungan yang merata secara inklusif kepada semua golongan masyarakatnya. 

Di sisi lain, lingkungan dan alam di sekitar Gunung Api Purba ini juga lebih terjaga keberlangsungannya di masa depan.

Tangkahan Ecotourism

Ekowisata Indonesia
Seorang Mahout (pelatih gajah) memandikan gajah di Ekowisata Tangkahan, Taman Nasional Bukit Leuser, Sumatra Barat via TEMPO/Tony Hartawan

Ekowisata yang berada di Desa Namo Sialang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara ini memiliki keunikan tersendiri dari segi flora dan fauna yang hidup di dalamnya. 

Dulunya, pada tahun 1980 sampai 1990 di kawasan ini sering terjadi penebangan pohon secara liar untuk diambil kayunya. Namun seiring perkembangan waktu, masyarakat sekitar mulai sadar bahwa kerusakan alam membawa kerugian yang sangat besar terutama untuk kehidupan masyarakatnya. 

Pada akhirnya, masyarakat di Tangkahan membuat kesepakatan untuk melarang segala aktivitas yang mengeksploitasi hutan secara ilegal serta mendirikan Lembaga Pariwisata tangkahan (LPT). Hingga sekarang ini Ekowisata Tangkahan menjadi destinasi wisata favorit bagi pengunjung. 

Pengunjung bisa belajar tentang flora dan fauna, panjat tebing, mendaki gunung, hingga berwisata bersama gajah. Tersedia juga lodge di sekitarnya sebagai tempat untuk menginap pengunjung seperti Bamboo River Lodge, Green Lodge, Tangkahan Inn, dan Jungle Lodge. 

Desa Wisata Tembi

Ekowisata Indonesia
Desa Wisata Tembi via bantulkab.go.id

Desa wisata ini merupakan salah satu dari sekian banyak desa wisata yang sukses menata kawasannya. Potensi alam yang menawan ditambah dengan budaya masyarakat yang masih terjaga. 

Di desa ini pengunjung bisa melakukan berbagai hal seperti membajak sawah, menanam padi, menangkap belut, menangkap bebek, melukis topeng, atau berburu kuliner lokalnya. 

Selain itu, lokasinya yang dekat dengan pusat kota Yogyakarta ini bisa menjadi pilihan jika kamu ingin berlibur ke tempat wisata lain di sekitarnya. 

Saat pagi hari, udara dingin yang sejuk serta suara burung-burung menghiasi lingkungan sekitar. Tak heran banyak pengunjung yang menginap di tempat ini lebih memilih untuk jalan-jalan di area sekitarnya. 

Cocok sebagai destinasi untuk menghilangkan penat karena jadwal kerja yang padat. Kamu bisa datang ke Desa Tembi, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menikmati suasana ini. 

Desa Wisata Penglipuran

Ekowisata Indonesia
Peringatan Hari Raya Galungan di Desa Penglipuran, Bali via TEMPO/Johannes P. Christo

Wisatawan yang datang ke Bali memang sudah tak asing lagi dengan nama Desa Penglipuran. Desa yang dikenal sebagai desa terbersih di dunia ini juga masuk ke daftar rekomendasi ekowisata yang ada di Bali. 

Sebetulnya, hanya kesederhanaan dari masyarakatnya yang tetap mempertahankan tata letak dan arsitektur dari bangunan rumahnya saja yang mereka tampilkan. 

Terlihat bangunan yang seragam (terlihat sama) dan menggunakan gerbang rumah yang sama pada tiap-tiap rumahnya. Keunikan lain juga terdapat pada material yang digunakan yaitu menggunakan bahan-bahan dari alam seperti batu, kayu, dan bambu. 

Dari sisi lain, masyarakatnya bisa hidup berdampingan dengan alam bahkan untuk pengelolaan sampahnya sangat terjamin. Inilah yang menjadikan Desa Wisata Penglipuran menjadi desa terbersih di dunia.

Waktu yang tepat untuk berkunjung ke Desa Penglipuran adalah saat Hari Raya Galungan karena pada hari tersebut masyarakatnya akan memasang penjor di depan rumah sebagai hiasan. 

Taman Wisata Alam Kawah Ijen

Ekowisata Indonesia
Kawah Ijen via TEMPO/Yusie Meiti

Destinasi ekowisata selanjutnya adalah Kawah Ijen dengan nyala api birunya yang khas. Di dunia hanya ada dua blue fire yaitu di Islandia dan Kawah Ijen. Jadi tak heran jika destinasi ini menjadi incaran bagi wisatawan asing maupun domestik.

Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 mdpl ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Jadi jika ingin naik ke atas kawahnya ada beberapa jalur alternatif untuk pendakian. 

Kini tak hanya kawasan utamanya saja yang menjadi destinasi wisata, pengunjung juga bisa melakukan berbagai aktivitas seni, budaya, bahkan live in dengan masyarakat sekitarnya. 

Salah satu tempatnya ada di Desa Wisata Tamansari yang lokasinya tidak jauh dari Kawah Ijen. Di tempat ini pengunjung bisa merasakan dan lebih mengenal adat serta budaya dari Suku Osing yang masih terjaga. Suku Osing adalah penduduk asli di daerah Banyuwangi yang menurut cerita merupakan keturunan dari Kerajaan Blambangan yang mengasingkan diri pada era Majapahit. 

Kamu bisa datang ke salah satu tempat ekowisata tersebut untuk bisa melihat dan merasakan aktivitas masyarakat setempat dan pengelolaan yang berbasis lingkungan (eco-friendly)

Sebetulnya masih ada banyak ekowisata lain yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Kamu bisa mengunjungi destinasi ekowisata terdekatmu, ya!

Tinggalkan Komentar