Sugeng rawuh ing kuto Solo. Selamat datang di kota Solo. Kota kecil namun penuh cerita dan sukacita. Kota modern namun tetap memelihara Spirit of Java.
Obrolan soal kota ini takkan bisa dipisahkan dari batik. Dari Kampung Laweyan dan Kauman, nama batik sudah terbang ke mancanegara. Namun, kota Solo lebih dari sekadar batik. Sebagai turunan dari Kerajaan Mataram Islam yang dulu pernah jaya di Pulau Jawa, kota yang dibatasi oleh sungai besar, Bengawan Solo, ini kental nuansa sejarah dan spritual.
Warisan-warisan budaya di Solo terus dipelihara, mengakar, dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Inilah 4 di antaranya:
1. Keraton Surakarta
Berada tepat di jantung kota, Keraton Surakarta terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung. Selain sebagai tempat tinggal keluarga raja, keraton juga museum yang menyimpan benda-benda bersejarah, misalnya kereta kencana khas para Raja Mataram, senjata perang, busana, dll.
Setahun sekali, memperingati malam satu suro, benda-benda pusaka museum keraton akan dibawa berkeliling kota Solo. Kereta kencana akan dikirab, beberapa kerbau putih yang dianggap suci akan diarak, dan semua orang akan tumpah ruah menyaksikan gelaran tahunan itu.
Untuk mengelilingi areal keraton yang sangat luas itu, sebagai alternatif jalan kaki ada dua opsi moda transportasi yang bisa dimanfaatkan, yakni delman dan becak. Kusir dan penarik becak takkan sungkan untuk menceritakan sejarah keraton yang juga menjadi bagian dari kehidupan mereka. Tak usah khawatir lapar, sebab di kawasan keraton juga banyak penjual jajanan pasar yang, seperti kusir dan penarik becak, juga senang bercerita tentang keraton.
2. Masjid Ageng Keraton Surakarta
Warisan budaya lain yang ada di kota Solo adalah Masjid Ageng Keraton Surakarta. Selain untuk beribadah, masjid agung ini juga menjadi tempat diadakannya berbagai tradisi yang bersifat spiritual, misalnya Grebeg Sekaten.
Meskipun telah mengalami beberapa kali pemugaran, autentisitas masjid yang selesai dibangun tahun 1763, semasa Sunan Pakubuwana III, ini masih tetap terjaga. Pada era Sunan Pakubuwana X, sebuah gapura bernuansa Persia didirikan untuk memagari Masjid Ageng Surakarta, memberikan kesan megah ala Timur Tengah kepada siapa saja yang melihatnya.
Terjaganya bagunan-bangunan spiritual penyintas zaman seperti Masjid Ageng Surakarta ini menjadi tanda bahwa sejak dulu keharmonisan di Solo sudah terjaga. Masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan keyakinan terus bahu membahu menjaga tempat-tempat ibadah, khususnya yang memilik arsitektur unik dan nilai sejarah.
3. Benteng Vastenburg
Peninggalan zaman kolonial juga masih bisa dijumpai di Solo. Di kawasan Pasar Kliwon, sebelah utara keraton, berdiri sebuah benteng bernama Vastenburg. Benteng yang didirikan tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron van Imhoff ini adalah saksi sejarah dari pecahnya kerajaan terbesar di Jawa.
Uniknya, meskipun dulu dihuni oleh Belanda, kawasan benteng ini masih punya nuansa Jawa. Lihat saja dua pohon beringin besar yang dipagari di tengah-tengah areal benteng itu, yang tak ubahnya seperti alun-alun di kota-kota di Pulau Jawa.
4. Pasar-pasar tradisional dan unik
Untuk lebih mengenal Solo dan budaya Jawa umumnya, kita dapat pula datang ke pasar-pasar tradisional dan unik di kota itu. Beberapa sudah lumayan populer di kalangan wisatawan.
Pasar Triwindu, misalnya. Pasar yang berada di Jalan Gatot Subroto ini adalah tempat untuk mencari barang antik, memorabilia-memorabilia dari zaman baheula. Begitu memasuki kawasan Pasar Triwindu, nuansa kuno akan langsung terasa. Menjelajahi lorong-lorongnya yang penuh pernak-pernik klasik akan jadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Jangan ragu-ragu untuk mampir ke toko-toko yang ada di sana, sebab para pemiliknya sangat ramah. Harga barang-barang antik di pasar ini cukup beragam, tergantung seberapa klasik barang itu dan tentunya tergantung seberapa jago kita menawar harga.
Warisan-warisan budaya di atas hanya secuil dari sekian banyak peninggalan lain yang masih tetap eksis di Solo. Jika hendak tahu lebih banyak, tentu perlu meluangkan waktu untuk berkunjung secara langsung.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.