Keinginan buat naik gunung gak kenal musim. Mau musim kemarau atau musim hujan, sekalinya kamu lagi pengen naik gunung, pasti susah buat nahan. Manusiawi. Terpaksa deh bela-belain naik gunung di bawah “ancaman” hujan. Nih TelusuRi kasih 14 tips dan trik biar naik gunung musim hujan tetap asyik:
1. Cari informasi, gunung itu buka atau enggak
Terletak di wilayah tropis—kita cuma punya satu pegunungan salju—sebenarnya Indonesia nggak kenal musim pendakian. Hanya saja, ketika musim hujan, trek pendakian menjadi lebih berbahaya karena kemungkinan terkena badai atau petir lebih tinggi.
Makanya, selama beberapa bulan di puncak musim hujan ada beberapa gunung yang ditutup otoritas. Soalnya nggak aman buat pendakinya. Sekalian buat mengembalikan kondisi ekosistem. Karena itu, sebelum naik gunung di musim hujan, kamu mesti cek dulu gunung yang bakal kamu daki itu buka atau enggak. Males juga ‘kan kalau sudah datang jauh-jauh tapi nggak dibolehin nanjak?
2. Jangan asal naik gunung, pilih-pilih gunung yang cocok buat musim hujan
Kalau musim hujan, mending hindari buat sembarangan pilih gunung. Supaya nggak bete sendiri waktu mendaki, kamu mesti cari tahu dulu gunung mana yang cocok buat didaki musim hujan dan mana yang enggak.
Pilih gunung yang jalurnya nggak licin. Naik Merapi musim hujan bakal jadi PR banget! Pertimbangkan buat naik Lawu lewat Cemoro Sewu yang treknya sudah tangga batu. Supaya enak dan gak perlu ngeluarin terpal (flysheet) berkali-kali, pilih juga gunung yang punya pondok di tiap posnya.
3. Mending naik pagi daripada malam
Pagi kena hujan, masih ada harapan matahari bakalan nongol lagi. Pakaian yang lembap bisa dijemur—atau kering alami waktu dipakai. Malam kena hujan, alamat kedinginan sampai pagi. Makanya pas musim hujan mending naik pagi daripada malam.
Selain itu, saat naik pagi kondisi tubuh kamu juga sedang dalam keadaan prima (dengan catatan kamu nggak habis begadang, lho). Pendakiannya juga lebih enak karena kamu bisa lihat jalur dan bisa milih setapak yang paling enak buat dengkul.
4. Jangan berharap terlalu banyak, siap-siap cuma ketemu kabut
Namanya musim hujan, gunung jadi lebih sering diselimuti kabut. Kesempatan buat lihat pemandangan pun makin kecil karena… ya itu tadi, ketutupan kabut.
Jadi kalau kamu naik gunung pas musim hujan dan berharap kamu bisa bawa pulang foto matahari terbit, samudra awan putih berlatar langit biru, atau foto-foto bagus yang cuma bisa didapat waktu cuaca cerah, mending tunda aja naik gunungnya sampai musim kemarau datang lagi. Artinya, tahun depan!
5. Jangan asal ajak orang, naik gunung di musim hujan bakal terasa lebih berat
Naik gunung di musim kemarau saja perlu persiapan fisik dan mental yang matang, apalagi musim hujan. Karena itu, kamu jangan sembarangan menyebar ajakan naik gunung ke grup-grup Facebook atau Whatsapp. Mending ajak sobat yang emang sudah kamu kenal sifat dan staminanya.
Lagian, buat apa juga ngajak-ngajak orang lain buat naik gunung? Kalau emang itu orang pengen naik gunung, nggak perlu diajak pun dia bakalan nyari cara supaya bisa naik gunung. Kecuali kamu lagi nyari anggota baru buat KPA-mu. Iya?
6. Pastikan “cover” ranselmu nggak tembus air biar tas nggak terasa berat sehabis gerimis/hujan
Nah, kita mulai ngomongin persiapan teknisnya nih, guys. Sebelum ransel yang sudah penuh itu kamu angkat, jangan lupa cover-nya dicek. Jangan-jangan lapisan anti-airnya sudah rusak dan air bisa merembes masuk ke tas.
Kalau emang iya, ada dua alternatif. Pertama, cari cover baru. Tapi kalau lagi bokek, ada cara kedua kok. Cari saja trash bag dan lapisi ranselmu dengan plastik besar itu sebelum memasukkan barang-barang ke dalamnya. Pokoknya pastikan air nggak merembes ke dalam tasmu. Bakalan jadi berat banget soalnya.
7. Taruh terpal di tempat yang mudah dijangkau
Kadang, pas naik di musim hujan, ada saat-saat kamu harus mengeluarkan terpal dan bikin bivak karena hujan deras banget dan pos masih jauh. (Saking derasnya, mantel sudah nggak nampol!)
Jadi, pastikan kamu menaruh terpal dan tali pelengkapnya di bagian kepala ransel gunungmu. Tujuannya jelas. Supaya gampang dijangkau kalau sewaktu-waktu kamu mesti bikin bivak di tengah perjalanan.
8. Bungkus pakaian (dan semua peralatan yang nggak boleh basah) dengan plastik
Meskipun kamu sudah pastiin kalau cover ranselmu nggak masalah dan bagian dalam ransel sudah dilapisi plastik, nggak ada salahnya buat membungkus pakaian dan kantong tidurmu dengan plastik. Mending sedia payung sebelum hujan daripada setelah kehujanan baru cari payung, ‘kan?
Pokoknya, pastikan benda-benda yang bakal menyelamatkanmu dari dinginnya malam tetap dalam keadaan kering. Nggak enak banget kalau sudah jauh-jauh jalan dari bawah trus pas nyampe di tempat kemping semuanya basah. Menggigil semalaman nggak enak, guys!
9. Bawa baju ganti ekstra, buat jaga-jaga
Mendaki musim kemarau, nggak masalah kalau kamu pakai satu baju yang sama selama berhari-hari. Pakai “side A, side B” juga ga masalah. Basah sedikit, keringnya cepat soalnya matahari ada terus. Musim hujan kayak begitu, yang ada adalah kamu bakal lecet dan jamuran. Lembap ‘kan soalnya.
Minimal kamu bawa satu celana dan satu daleman ganti. (Demi masa depan juga!) Kalau nggak mau bawa baju ekstra, pas nanjak kamu pakai baju yang bahannya kayak second skin, supaya gampang kering.
10. Jeans tinggalin aja di rumah
Bawa jeans memang nggak dianjurkan ke gunung. Berat soalnya. Apalagi buat pendaki perdana atau yang belum terbiasa naik gunung. (Kalau kamu punya alasan lain—alasan ideologis mungkin—buat naik pakai jeans, nggak ada otoritas yang berhak buat melarang juga, kok.) Nah, di musim hujan semakin nggak diajurkan buat naik gunung pakai celana jeans.
Tinggalin saja jeans kamu di rumah. Gantinya, pakai celana-celana yang ringan dan gampang kering. Sekarang sudah banyak yang jualan, kok. Kamu tinggal pilih mau yang bikinan dalam negeri atau bikinan luar.
11. Bawa kaos kaki ekstra
Namanya naik gunung, pasti yang paling diandalkan adalah kaki. Makanya penting artinya kemungkinan kaki kamu akan lembap dan berkerut. Kaki yang berkerut bakal mudah banget buat lecet.
Karena itu penting bagi kamu buat bawa kaos kaki ekstra, buat jaga-jaga kalau kaos kaki yang kamu pakai basah pas di jalan. Kaos kaki kering juga bakal berguna banget waktu kamu beristirahat di tenda, supaya ujung kaki kamu tetap hangat selama kamu istirahat.
12. Pakai “gaiters” biar air nggak merembes masuk dalam sepatu
Sebagus-bagusnya sepatu anti-air kamu, pas hujan atau sehabis hujan (waktu sisa-sisa tetes hujan masih bertahan di rerumputan atau dedaunan) air tetap bakal bisa masuk lewat sela-sela antara sepatu dan kaos kaki.
Musim hujan, gaiters jadi perlu banget supaya air nggak merembes masuk ke dalam sepatu. Selain itu gaiters juga bakal menghalangi pacet, yang mungkin saja berusaha buat nempel di betismu buat menghisap darah! Nggak mau ‘kan nyumbang darah buat pacet? Kalau mau donor darah, mending ke PMI aja.
13. Bawa kompor yang aman buat dipakai dalam tenda, buat jaga-jaga
Cuaca cerah, kamu bisa masak di luar, atau di bawah kanopi (vestibule) tenda. Tapi kalau sedang hujan—apalagi badai—kadang-kadang kamu terpaksa harus masak di dalam tenda.
Karenanya bawa kompor yang aman buat dipakai masak di dalam tenda. (Kompor parafin jelas nggak direkomendasiin!) Memang sih kompor yang aman buat dipakai masak dalam tenda biasanya mahal. Tapi, percayalah, bakalan bermanfaat banget saat kamu harus masak waktu nanjak di musim hujan.
14. Bawa parafin buat bantu menghidupkan api, soalnya lembap sekali
Parafinnya buat ngidupin api aja. Kalau cuma mengandalkan ranting saja, bakalan susah. Kamu perlu bahan bakar supaya apinya bisa terpantik. Kalau enggak, coba bongkar-bongkar gudang dan cari ban dalam bekas. Potong saja sebagian buat bikin api unggun.
Tapi sebelum bikin api unggun, pastikan dulu kamu diperbolehkan membuat api unggun di kawasan itu. Di gunung-gunung tertentu, seperti Lawu, di titik-titik buat kemping biasanya ada plang yang ngasih tahu kalau di sana bisa bikin api unggun. Untuk memastikan, selalu tanya dulu di bawah waktu ndaftar.
Mudah-mudahan 14 tips dan trik biar naik gunung musim hujan tetap asyik ini bisa bener-bener bikin pendakianmu jadi lebih asyik—dan lebih aman tentunya.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Sip…
Bermanfaat
Terima kasih. 🙂
Anak sd pramuka juga tau