ITINERARY

Wisata Seribu Pantai di Maunori

Maunori. Tempat yang mungkin saat ini masih jarang diketahui banyak orang, terutama masyarakat Flores sendiri. Walaupun bukan daerah asal saya, Maunori sudah seperti rahim untuk keluarga saya. Tanah tempat kedua orang tua saya mengayuh keberaniannya meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di sini, juga saksi pertemuan pertama mereka hingga saya hadir di dunia.

Maunori merupakan sebuah kampung kecil di wilayah selatan Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kurang lebih belasan ribu jiwa dengan suku, etnis, dan ras yang beragam menempati kampung ini. Mata pencaharian masyarakat umumnya sesuai dengan kondisi geografis lingkungan setempat, yakni petani dan nelayan. 

Satu hal yang selalu berkesan dari masa kecil hingga sekarang adalah kedamaian yang jauh dari kebisingan kota. Udara yang bersih, laut biru, perbukitan hijau, dan suara ombak beradu dengan tawa riang anak-anak kecil yang bermandikan cahaya matahari sore. Ikan segar, siput, gurita, dan tangkapan laut lainnya yang setiap harinya hampir tidak pernah luput menjadi hidangan wajib di rumah-rumah. Walaupun tempat ini masih jauh dari kata berkembang, tetapi kami bersyukur dianugerahi tanah yang memiliki segudang kekayaan, yang mungkin di luar sana tidak bisa dinikmati oleh kebanyakan orang.

Sebagai bentuk cinta dan terima kasih saya atas berkat di atas tanah ini, saya ingin membagikan beberapa destinasi wisata alam di Maunori. Maunori bisa saya katakan sebagai kampung seribu pantai. Setiap pantai memiliki keunikannya masing-masing. Ini adalah cara saya agar lebih banyak orang mengenal dan melihat potensi kampung kecil tersebut.

1. Bukit Kekakodo

Kondisi geografis Maunori berada di pesisir pantai dan diapit oleh perbukitan. Oleh karena itu banyak kawasan bukit yang mudah dijangkau dan menjadi tempat rekreasi. Salah satu yang sering dikunjungi warga lokal maupun para pengunjung dari luar daerah adalah Bukit Kekakodo yang terletak di Kampung Bengga. 

Tempat ini dapat diakses menggunakan motor maupun mobil. Dari atas bukit kita bisa melihat pemandangan pantai yang terbentang luas di depan mata. Jika ingin berkunjung ke Bukit Kekakodo, disarankan pagi hari sambil berolahraga atau sore hari sembari menanti matahari terbenam.

Bukit Kekakodo biasanya ramai pengunjung pada hari libur maupun akhir pekan. Banyak warga yang menyempatkan waktu rekreasi bersama keluarga, ada juga anak-anak muda yang berlomba-lomba mencari objek foto dengan latar perbukitan. Tidak ada retribusi di tempat ini, sehingga pengunjung harus memerhatikan kebersihan demi kenyamanan bersama. 

2. Pantai Maundai

Pantai ini berlokasi di Maundai, salah satu tempat di Maunori yang padat penduduk dan juga pusat kegiatan masyarakat Maunori. Pantai Maundai berada persis di samping jalan trans Maunori–Nangaroro, sehingga aksesnya sangat mudah. 

Pantai ini setiap harinya selalu ramai. Selain disibukan dengan aktivitas para nelayan mencari ikan dengan menebar jala, di akhir pekan juga dipadati dengan warga lokal yang mengajak sanak saudara dan keluarganya menghabiskan waktu luang di pesisir pantai. Ada yang melepas penat dengan berendam di laut, ada juga yang menikmati ikan bakar. Di pesisir pantai juga terdapat permukiman warga, kios-kios kecil, dan juga area perkantoran, Walau padat kegiatan, tapi masyarakat masih bisa menikmati suasana deburan ombak dan desiran angin pantai secara cuma-cuma. 

Waktu terbaik menikmati Pantai Maundai adalah sore hari jelang matahari terbenam. Percayalah, sudah hampir seribu foto sunset dari tahun ke tahun saya abadikan di tempat ini, dan selalu jadi juara di galeri gawai saya.

3. Pantai Watukembi

Salah satu keunikan dan daya tarik terbesar Maunori adalah batu-batu alam yang hampir tersebar di seluruh pantai Maunori. Seperti Pantai Watukembi, tempat rekreasi favorit saya sejak SD. Kondisi alam di pantai ini masih terkesan liar dan asri, didominasi dengan bebatuan hitam yang menjulang tinggi. 

Selain sebagai tempat rekreasi, Pantai Watukembi dinobatkan sebagai lokasi memancing ikan terbaik di Maunori. Bapak saya gemar menghabiskan waktu akhir pekannya dengan memancing ikan di sini. Tangkapan laut yang dibawa para pemancing pun sangat segar dan beragam, seperti ikan merah, ikan kerapu, siput, kima (kerang-kerangan), gurita, dan cumi-cumi.

Akses menuju Pantai Watukembi sangat mudah karena berada tepat di jalan utama trans Maunori–Nangaroro. Bisa dijangkau menggunakan sepeda motor maupun mobil. Bagi pengunjung yang hendak datang ke pantai ini harus selalu berhati-hati. Sebab, terdapat tebing bebatuan yang cukup tajam dan arus ombak yang lumayan besar. Pengunjung diharapkan menjaga keasrian dan tidak merusak lingkungan.

4. Pantai Tonggo

Seperti Pantai Maundai dan Watukembi, Pantai Tonggo juga sering dikunjungi warga lokal maupun dari luar kabupaten pada akhir pekan. Batu-batu alam menghiasi sepanjang pesisir pantai. Selain sebagai tempat peristirahatan, pantai ini juga sekaligus menjadi tempat bakar-bakar ikan untuk santapan bersama keluarga di waktu liburan.

Pantai ini terletak di Kampung Tonggo yang cukup padat penduduk, sekitar 19 km atau setengah jam perjalanan dengan motor maupun mobil dari Maunori ke arah Nangaroro. Posisi pantai berada di daerah teluk, sehingga suasananya terkesan lebih privat. Semilir angin menari-nari melewati barisan nyiur di tepi pantai, sesekali didapati para nelayan yang kian kemari menebar jala. Sesekali tampak kapal-kapal yang hendak berlabuh ke Ende.

Bau asap ikan bakar, alunan musik ala Indonesia Timur, dipadu dengan aroma ubi-ubian dan makanan ala rumahan cocok menemani waktu selama menikmati Pantai Tonggo. Jangan lupa memuaskan dahaga dengan beberapa teguk air kelapa segar.

5. Pantai Maurao

Sama seperti pantai-pantai sebelumnya, Pantai Maurao juga berada di tepi ruas jalan trans Maunori–Nangaroro. Salah satu pantai yang cukup sering dikunjungi oleh anak-anak muda maupun keluarga. Batu-batu alam berwarna-warni menghiasi bibir pantai ini. Di sekelilingnya terdapat beberapa pohon kelapa yang berayun lembut mengikuti embusan angin pantai. Debur ombak menyeret batu-batu lepas menuju daratan yang kering. 

Waktu terbaik untuk menikmati suasana Pantai Maurao tentu saja saat sore hari sembari menunggu matahari terbenam. Selain itu, saya dan keluarga biasanya mengoleksi beberapa cangkang kerang kerang laut yang kadang ditemukan di pesisir karena terbawa arus ombak. Beberapa di antaranya merupakan hasil tangkapan sendiri. Ini adalah bentuk kami mengenang memori baik di Pantai Maurao yang menyimpan segala kekayaan lautnya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Anseli Sili Doni

Ansi Doni atau kerap disapa Adon oleh teman-teman saya, mahasiswa Arsitektur tingkat akhir di UMN (Universitas Multimedia Nusantara), di sela-sela kesibukan menyelesaikan tugas akhir dan melihat rumitnya angka serta mencerna bangunan saya sengaja menjerumuskan diri di dunia jalan-jalan selain karena hobi, ini adalah salah satu cara saat ini untuk kembali mengisi daya serta membangkitkan semangat saya lewat rekam jejak perjalanan.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Worth reading...
    Menapak Jejak Kejayaan dan Nestapa di Museum Goedang Ransoem