TRAVELOG

Tapak Tilas Jejak Perjuangan Kapten Roesdiyat, Pahlawan dari Desa Katong Grobogan

Siang itu (15/8/2025), usai salat Jumat berjemaah di masjid dekat rumah, saya pulang ke rumah sebentar untuk makan siang. Setelahnya, saya bergegas menuju ke pemakaman umum Desa Katong, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa tengah.

Dari rumah saya, Desa Katong hanya berjarak sekitar 22 km dengan masa tempuh sekitar 30-an menit. Di pemakaman umum Desa Katong, terdapat makam Kapten Roesdiyat, yang oleh warga setempat disebut-sebut sebagai seorang pahlawan yang gugur saat bertempur melawan kolonial Belanda.

Setiba di pemakaman umum tersebut, usai memarkirkan motor, saya memasuki pemakaman lewat pintu gerbang sebelah barat, yang sebenarnya merupakan pintu masuk ke makam Ki Ageng Katong. Ki Ageng Katong adalah putra Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V, yang makamnya diyakini juga berada di sini. Tentang bagaimana bisa makam Ki Ageng Katong atau punya nama lain Bathara Katong ada di tempat ini, sudah pernah saya tulis di artikel sebelumnya.1   

Tapak Tilas Jejak Perjuangan Kapten Roesdiyat, Pahlawan dari Desa Katong Grobogan
Kompleks pemakaman umum Desa Katong/Badiatul Muchlisin Asti

Pusara Kapten Roesdiyat dan Keluarganya

Saat masuk, suasana kompleks makam sangat sepi. Tak ada kelebat seorang pun. Termasuk juru bersih-bersih yang biasanya stand by di lokasi, juga tak ada. Dari gerbang masuk makam Ki Ageng Katong, saya langsung melipir ke makam Kapten Roesdiyat yang saya tuju.  

Makam Kapten Roesdiyat berada di pojok barat laut pemakaman umum Desa Katong, berdempetan dengan kompleks makam Ki Ageng Katong yang dibatasi tembok. Di situ terdapat enam makam berjajar dengan bentuk nisan yang sama.

Makam Kapten Roesdiyat berada di makam kedua dari sisi belah timur, dengan ditandai replika bendera Merah Putih. Lima makam lainnya, yang sejajar dengan makam Kapten Roesdiyat, adalah makam keluarganya, meliputi: ayah, ibu, kakak, dan adik kandungnya.

Setelah keperluan di makam Kapten Roesdiyat selesai, termasuk mendokumentasikan dalam bentuk foto seperlunya, saya langsung menuju ke rumah Mbah Jonggol (72), salah seorang tokoh masyarakat Desa Katong. Tujuan saya menemuinya adalah untuk menggali informasi tentang sosok Kapten Roesdiyat dan cerita perjuangannya. 

Rumah Mbah Jonggol tak jauh dari pemakaman umum Desa Katong. Sehingga hanya dalam hitungan satu atau dua menit saja, saya sudah tiba di rumah Mbah Jonggol dan sejurus kemudian terlibat perbincangan hangat dengannya, sembari ditemani teh hangat.     

Tapak Tilas Jejak Perjuangan Kapten Roesdiyat, Pahlawan dari Desa Katong Grobogan
Makam Kapten Roesdiyat berjajar dengan makam keluarganya/Badiatul Muchlisin Asti

Mengenal Sosok Kapten Roesdiyat

Dari Mbah Jonggol, saya mendapatkan informasi makam siapa saja yang berjajar dengan makam Kapten Roesdiyat. Secara berurutan, dari sisi sebelah timur, adalah makam HS. Partowidjoyo (lahir 14 Agustus 1937–wafat 9 Juli 2014). Dia adalah adik Kapten Roesdiyat. 

Lalu, makam Kapten Roesdiyat (wafat 18 Juli 1949). Sebelahnya, makam Sukarni Soemodidjojo (wafat 4 Mei 1991) yang tak lain adalah ibu Kapten Roesdiyat. Sebelahnya lagi makam Soemodidjojo (wafat 19 November 1957), ayah Kapten Roesdiyat. Lalu dua makam sebelahnya, secara berurutan adalah makam Hj. Soejiem (wafat 17 Januari 1997) dan Suprapto (wafat 22 Januari 1975), masing-masing adalah kakak dan adik Kapten Roesdiyat.

Menurut cerita Mbah Jonggol, Kapten Roesdiyat adalah putra asli Desa Katong. Dia merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Soemodidjojo, menjabat Kepala Desa Katong. Jabatan ayahnya yang seorang lurah atau kepala desa itulah yang memengaruhi tumbuh kembangnya. Dia berkesempatan menempuh studi di Kota Surakarta.

Di pemakaman umum Desa Katong, hanya terdapat tiga saudara kandung Kapten Roesdiyat yang dimakamkan berjajar dengan makamnya. Menurut Mbah Jonggol, saudara Kapten Roesdiyat lainnya berkiprah di luar daerah dan meninggal di tempat tinggalnya masing-masing, antara lain di Jakarta dan Semarang.

Tapak Tilas Jejak Perjuangan Kapten Roesdiyat, Pahlawan dari Desa Katong Grobogan
Mbah Jonggol (72), tokoh masyarakat Desa Katong, bercerita perjuangan Kapten Roesdiyat/Badiatul Muchlisin Asti

Berjuang hingga Gugur

Setelah Indonesia dinyatakan merdeka pada tahun 1945 dan Belanda masih punya ambisi merebut kemerdekaan Indonesia dan menjajah kembali, banyak elemen masyarakat, termasuk para pelajar, yang terbakar semangat nasionalismenya. Mereka ambil bagian dan turut berjuang mengusir kolonial Belanda dari Tanah Air, di daerah masing-masing.

Semangat itu pula yang membakar seorang Roesdiyat, yang ketika itu masih menempuh studi di Surakarta. Menurut sebuah sumber, Roesdiyat bergabung dengan Pasukan Tentara Pelajar Surakarta. Dia ditugasi memimpin aksi perjuangan di wilayah utara Surakarta yang meliputi perbatasan utara daerah Sragen ke barat hingga perbatasan Semarang. 

Saat Agresi Militer Belanda II, Roesdiyat memimpin perjuangan di sekitar tanah kelahirannya, meliputi: Karanganyar, Bangsri, Geyer, Suru, dan wilayah Desa Dimoro. Desa Katong sendiri wilayahnya berdekatan dengan markas Belanda yang berada di Desa Sedadi, Kecamatan Penawangan, tepatnya di belakang stasiun kereta api.

Menurut Mbah Jonggol, meski aksi perjuangannya sempat ditentang keluarga, tetapi Roesdiyat tetap bersikukuh terus melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di wilayahnya. Sebagai seorang kapten, Roesdiyat dikenal sangat lihai dalam melakukan pelbagai penyerangan terhadap Belanda, yang membuat Belanda sempat kewalahan.

Salah satu bukti bekas serangannya adalah rusaknya jembatan penghubung di Desa Sedadi yang terletak di dekat markas tentara Belanda. Kelihaian dan keberanian Kapten Roesdiyat membuat Belanda marah dan berupaya keras melakukan penangkapan. Pihak Belanda pun menekan keluarganya untuk menyerahkan Kapten Roesdiyat.

Hingga suatu ketika, Kapten Roesdiyat berhasil dikepung oleh tentara Belanda dalam sebuah pengejaran dan pertempuran di Dusun Tuwung, Desa Suru, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Belanda akhirnya berhasil memberondong Kapten Roesdiyat dengan tembakan bertubi-tubi, yang membuatnya gugur sebagai kusuma bangsa. Masyarakat Grobogan pun mengenangnya sebagai seorang pahlawan.

Jenazah Kapten Roesdiyat dievakuasi dan dimakamkan di pemakaman umum Djorumpok, Dusun Karangturi, Desa Dimoro, Kecamatan Toroh. Setelah situasi aman dan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, makam Kapten Roesdiyat dipindahkan ke pemakaman umum Desa Katong oleh pihak keluarga.

Tapak Tilas Jejak Perjuangan Kapten Roesdiyat, Pahlawan dari Desa Katong Grobogan
Akses masuk menuju makam Kapten Roesdiyat melalui gerbang makam Ki Ageng Katong/Badiatul Muchlisin Asti

Janji Sang Patriot

Boleh dibilang, Kapten Roesdiyat adalah seorang patriot sejati. Di dalam dadanya menyala semangat nasionalisme. Sebagai seorang patriot, semasa hidupnya, ia pernah berjanji untuk tidak akan menikah sebelum Indonesia belum benar-benar merdeka dan bersih dari penjajahan. 

Menurut cerita Mbah Jonggol, janji itu diceritakan oleh kekasih Kapten Roesdiyat semasa hidup, dalam sebuah kesempatan. Dan janji itu tunai sudah. Kapten Roesdiyat gugur sebagai kusuma bangsa dalam sebuah pertempuran sengit melawan tentara Belanda. 

Kapten Roesdiyat adalah orang asli Grobogan yang gigih dalam mengusir penjajah. Kapten Roesdiyat yang lahir di Desa Katong sempat punya kisah heroik saat berlangsung Agresi Militer Belanda II. Pada saat itu, Kapten Roesdiyat bersama rekan-rekannya berjuang sekuat tenaga mengusir penjajah yang masuk di wilayah Grobogan, khususnya Kecamatan Toroh. Dalam peristiwa itu, Kapten Roesdiyat yang lahir tahun 1917, akhirnya gugur dan kemudian dimakamkan di tanah kelahirannya, Desa Katong.2

Sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada perjuangan Kapten Roesdiyat, Pemkab Grobogan mengabadikan namanya sebagai nama sebuah jalan di Kota Purwodadi. Dan sejumlah elemen diketahui melakukan tapak tilas dengan menziarahi makam Kapten Roesdiyat, baik dalam peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus maupun saat memperingati Hari Pahlawan 10 November. 


  1. Badiatul Muchlisin Asti, “Menyelisik Makam Ki Ageng Katong di Desa Katong, Grobogan”, TelusuRI, 2023, April 7, https://telusuri.id/menyelisik-makam-ki-ageng-katong-di-grobogan/. ↩︎
  2. Yunus Suryawan dkk., Grobogan Mempesona: Berbicara Sejarah dan Potensi, (Yogyakarta: Deepublish, 2023). ↩︎

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Menziarahi Makam Raden Danoewikromo dan Jejak Leluhur Bung Karno di Grobogan