
Mereka beraksi di depan gedung British American Tobacco (BAT), Minggu (29/6/2025). Menyuguhkan aksi bela diri bertongkat hingga silat bergolok. Kolaborasi pendekar muda dan tua itu menghibur penonton Cirebon Festival (Cifest) 2025.
Salah satu penampil memperagakan jurus harimau; berguling-guling sambil tangan mencakar aspal. Penonton tergelak, tamu undangan di panggung tepuk tangan. Iringan kendang, kenong, dan suling menambah semarak. Panas pagi membuat suasana kian bergairah.
Atraksi pencak silat dari para jagoan mengundang decak kagum sekaligus kebanggaan. Bagaimana tidak, di tengah gempuran budaya populer yang menyihir generasi belakangan, seni bela diri warisan leluhur Nusantara tetap memikat publik.
Para pesilat kecil turun gelanggang. Tak ingin ketinggalan memeriahkan Cifest yang berlangsung 27–29 Juni 2025. Mereka memakai seragam perguruan silat kebanggaannya. Ada yang berwarna hitam dan putih. Mereka tampak percaya diri saat tampil. Menunjukkan keseriusan menekuni olahraga silat sejak belia.
Perguruan silat yang berpartisipasi dalam Cifest 2025 berasal dari Padjajaran Nasional, Setia Putra, Panji Caruban, Paksi, Perisai Diri, Panca Tunggal, Asad, Merpati Putih, Macan Tutul, Satria Muda Indonesia, Jala Waring, Padjajaran Nusantara, Belalang Biwaksa, Cakar Elang, Setia Hati Teratai, Siliwangi, Kelabang dan Budi Utama (SLBN).



Dari kiri (searah jarum jam): Unjuk kebolehan para pendekar yang lihai memainkan golok, tongkat, dan menunjukkan jurus harimau/Mochamad Rona Anggie
Keseruan Tari Hanoman
Puas menyaksikan aksi pesilat, saya menuju titik keramaian lain. Para penari cilik unjuk kebolehan di jalan depan Cirebon Mall—pusat perbelanjaan legendaris yang sudah tak beroperasi.
Pelajar tingkat SD dan SMP menampilkan tari Hanoman nan eksentrik. Irama gamelan riuh mengiringi lenggak-lenggok tokoh berkostum wayang. Penonton tak melepas kamera gawai sedetik pun, demi mendapat dokumentasi lengkap semarak Hari Jadi Cirebon ke-598 yang diperingati setiap 1 Muharam. Berbarengan menyambut Tahun Baru Islam.
Begitu karakter Hanoman muncul, suasana tambah seru. Hadirin seolah tak berkedip. Sang penari perempuan berjingkrak mengikuti alunan gamelan. Selaras antara gerak tangan, pinggul, dan kaki. Gadis manis itu tak dikenali lagi wajah aslinya. Tersamar oleh riasan khas monyet putih pelindung Rama dan Shinta. Ning nang ning nung… Gung, gung…
Kuliner Lintas Etnis
Pengunjung lainnya memadati stan makanan serta minuman di sepanjang Jalan Pasuketan dan Talang yang diblokir sementara. Tercatat 76 tenda berdiri. Pedagang kuliner peranakan Tionghoa dan keturunan Arab menyajikan menu terbaik. Ada dimsum, siomay, sate seafood, bakpao, kue koe, kebab, roti maryam, kue kamir, mi ayam, teh tarik hingga kopi Arabika.
Lapak pegiat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) itu mengitari bekas pabrik rokok yang dibangun tahun 1924. Pada masanya, BAT merupakan produsen rokok ternama di Pulau Jawa. Gedungnya yang bergaya Art Deco, khas masa kolonial, dikukuhkan sebagai cagar budaya. Menjadi landmark kawasan kota tua Cirebon.
Jalan Pasuketan hanya sepuluh kayuhan sepeda dari pelabuhan. Garis pantai terhitung dekat. Terasa sekali sengatan sinar mentari, tapi pengunjung tak bergeming. Semakin siang wisatawan tumpah ruah. Apalagi Jalan Pasuketan bersimpangan dengan Kampung Pecinan yang terkoneksi dengan Pasar Kanoman. Bisa dipastikan, warga luar kota yang sedang belanja di Kanoman, sekalian mampir ke hajatan Cifest 2025.
Salah seorang pengunjung asal Semarang, Mufi (48) bercerita, awalnya tak berniat mendatangi Cifest. Namun, saat sedang kulineran di Kanoman, terdengar elok bunyi tetabuhan. “Saya coba cari sumber suara, ternyata sedang ada pentas seni tradisional. Seru sekali,” kata lelaki yang membawa istri dan anaknya.
Pelancong asal Bogor, Handayani (35) mengungkapkan, bersama keluarga sedang liburan di Cirebon. Dia ingin tahu gelaran Cifest 2025, karena menawarkan keragaman kuliner lokal dan seni pesisiran yang jarang diketahui warga luar daerah. “Biar anak saya juga mengenal budaya Nusantara. Jangan hanya tahu modern dance atau K-Pop saja,” ujarnya.
Merayakan Kebersamaan
Ketua Panitia Hari Jadi Cirebon ke-598, Iing Daiman menegaskan, Cirebon Festival 2025 bukan sekadar panggung hiburan, melainkan perayaan kebersamaan yang mencerminkan identitas Kota Cirebon. Buah dari sinergi pemerintah daerah, pelaku usaha, komunitas budaya, dunia pendidikan, dan masyarakat luas.
“Ini bukan hanya festival seni atau bazar UMKM, tapi panggung semangat dan jati diri warga kota,” katanya penuh semangat.
Sementara menurut Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, gelaran Cirebon Festival adalah wujud komitmen merawat khazanah lokal sembari mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. “Kita bangun Cirebon yang inovatif, inklusif, dan berdaya saing,” ucapnya.
Filosofi Mayungi lan Nyumponi
Terkait slogan Hari Jadi Cirebon ke-598: “Cirebon Mayungi lan Nyumponi”, Koordinator Publikasi Ma’ruf Nuryasa menjelaskan, mayungi bermakna perlindungan dan pengayoman. Mendorong semua potensi untuk berperan melindungi, dalam konteks sosial, budaya, dan spiritual. Harapannya, Cirebon mampu menjadi tempat yang aman, damai, dan harmonis bagi banyak kalangan. Seumpama payung menaungi dari hujan dan panas.
Lalu nyumponi, berarti memenuhi atau mencukupi. Gambaran tentang semangat pelayanan; bagaimana pemerintah daerah memenuhi kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kebudayaan. “Kota ini harus adaptif terhadap tantangan zaman. Tak lupa memberi solusi nyata pada kesejahteraan warga,” tuturnya.
Peringatan Hari Jadi ke-598, lanjut Ma’ruf, memiliki makna histori terkait perjalanan panjang Cirebon yang telah berdiri selama lebih dari lima abad. Wilayah yang dulunya di-babad alas oleh leluhur Sunan Gunung Jati ini, memiliki ketahanan dan keberlanjutan. Berhasil melewati pelbagai dinamika, mewarnai sejarah bangsa. “Angka 598 adalah simbol transformasi berkesinambungan,” katanya.
Selain Cifest, rangkaian acara Hari Jadi Cirebon diramaikan pula event jalan santai berbatik, pesona perempuan berkebaya, penampilan jawara Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), peluncuran Cirebon Kopi Community hingga layanan servis ponsel gratis. Boleh dibilang, hajatan Cifest 2025 berhasil meningkatkan perekonomian warga dan pelaku UMKM. Terlebih saat itu momen libur anak sekolah. Wisatawan berduyun tiba. Mereka antusias menjelajahi setiap sudut Kota Cirebon yang punya jejak sejarah dan budaya spesial.
Cirebon, berasal dari kata cai (air) dan rebon (udang). Melekatlah julukan Kota Udang, yang kemudian dinobatkan menjadi akronim “usaha dan dagang”. Berefek positif pada masyarakatnya untuk senantiasa ulet mengembangkan setiap peluang. Pantang menyerah menyongsong geliat peradaban.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.