Awal tahun 2020 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Saung Angklung Udjo (SAU) di daerah Padasuka, Bandung, Jawa Barat. SAU merupakan tempat pertunjukan dan lokakarya (workshop) angklung dan juga menjadi pusat kerajinan tangan dari bambu. Aneka bentuk dan jenis kerajinan tangan dari bambu bisa kita temukan di sana.
Berdiri sejak tahun 1966, SAU, yang di awal-awal berdirinya dimotori oleh Udjo Ngalagena dan istrinya, Uum Sumiati memiliki misi utama yakni melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda, khususnya angklung.
Datang menjelang tengah hari dan disambut rinai gerimis di awal 2020 itu, saya memilih untuk menikmati terlebih dulu ngemil siang di kafetaria yang ada di kompleks SAU. Siang itu, pertunjukan pertama angklung baru saja usai. Para penonton berhamburan dari ruang pertunjukan. Terlihat sekelompok mahasiswa-mahasiswi berjaket kampus sebuah perguruan tinggi asal Jawa Tengah. Dalam sehari, SAU menggelar pertunjukan angklung sebanyak tiga kali.
Usai ngemil siang dan melihat beberapa jenak beragam kerajinan bambu di konter suvenir, saya bergegas ke loket untuk membeli karcis pertunjukan. Dengan karcis yang telah berada di genggaman tangan dan kalung angklung kecil menggantung di leher, saya melenggang masuk ke ruang pertunjukan. Saya berbaur dengan para pengunjung lainnya, di antaranya serombongan siswa-siswi SMP asal Cirebon dan Purwakarta.
Tak lama, pertunjukan dimulai. Diawali dengan sebuah tarian tradisional pembuka. Saya kagum dan terharu menyaksikan para penari-penari cilik menampilkan gerak tariannya. Begitu indah mempesona. Beberapa tarian lain dan dolanan tradisional menyusul ditampilkan. Setelah tarian, ada pula sajian wayang golek singkat. Penonton dibuat terkekeh-kekeh dengan adegan dan cerita yang disajikan sang dalang.
Lantas, tiba saatnya pertunjukan angklung. Pembawa acara menerangkan sejarah singkat angklung. Sebuah ansambel angklung kemudian menyajikan beberapa lagu. Setelah itu, pembawa acara menjelaskan bagaimana memainkan angklung. Para penonton satu persatu diberi pinjam angklung. Mereka dipandu cara membunyikan dan memainkan angklung. Tidak itu saja. Penonton pun diajak memainkan beberapa komposisi lagu lewat angklung secara masal.
Semua yang hadir terlihat begitu antusias. Di penghujung pertunjukan, para penonton diajak menyanyi dan menari bersama diiringi ansambel angklung. Pertunjukan kemudian berakhir. Para penonton berhamburan keluar dari ruang pertunjukan dengan membawa kesan dan kenangan masing-masing.
Saung Angklung Udjo Dihantam Pandemi
Sayang, tak lama kemudian, kita dihadapkan dengan pandemi. Seperti dengan yang lain, SAU pun terkena dampaknya. Jumlah kunjungan wisatawan melorot drastis. Sebelum pandemi, rata-rata ada sekitar 2000-an orang mengunjungi SAU setiap harinya. Belakangan ini, jumlah kunjungan tak lebih dari 20-an orang dalam seminggu.
Ruang untuk teman-teman siswa didik binaan dan pekerja seni budaya mengadakan pertunjukan kini hilang. Mereka tak hanya kehilangan mata pencaharian, tapi juga keberlangsungan hidup kini juga dipertaruhkan. Mengkhawatirkan, memang. Makanya beberapa hari belakangan kita akrab disapa sama berita tentang rencana tutupnya SAU.
Di tengah situasi sulit ini, Saung Angklung Udjo mengajak teman-teman untuk membantu para pelaku seni dan pengrajin tradisional dengan berdonasi melalui kampanye “Selamatkan Pelaku Seni dan Pengrajin Angklung Udjo”.
Dikutip dari kitabisa.com, donasi yang terkumpul akan diberikan kepada 603 pekerja seni yang tergabung di sana dalam bentuk kebutuhan pangan dan BLT .
Jalan keluar mesti terus dicari. Para pelaku usaha pariwisata, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sebaiknya duduk bersama guna mencari solusi atas persoalan yang sedang dihadapi pengelola tempat wisata seperti SAU.
SAU dan tempat-tempat wisata lainnya yang terancam tutup perlu segera diselamatkan. Walaupun terpaksa harus tutup, harus diupayakan tutup hanya untuk sementara. Bukan tutup selamanya.
Ayo, ‘Save’ Saung Angklung Udjo!
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.