Melanjutkan dari rangkaian acara Ruang Ragam Karya: Coaching Clinic Provinsi Jawa Barat, kegiatan serupa hadir di Provinsi Sulawesi Selatan. Ruang Ragam Karya: Coaching Clinic merupakan adalah program CREATE untuk wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai isu toleransi, pluralisme, dan kesetaraan gender serta meningkatkan skill pembuatan video untuk siswa sekolah menengah dan madrasah aliyah negeri di Indonesia.
Toleransi Berbudaya, Media, dan Realita
Ruang Ragam Karya: Coaching Clinic sesi pertama ini bertemakan “Toleransi Berbudaya, Media, dan Realita” yang membahas bagaimana pengaplikasian toleransi, pluralisme, dan kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari, memahami bentuk diskriminasi di media sosial, serta belajar cara melakukan riset dengan benar. Menghadirkan Istianah Purnamasari atau Isti sebagai pembicara. Isti adalah seorang apoteker yang peduli pada isu pendidikan dan perdamaian, dia juga merupakan founder dari Human Noble dan Guru Mulai Sini.
Materi dimulai dengan sebuah pertanyaan yang muncul di layar “Apa itu toleransi?”. Isti menanyakan pertanyaan tersebut kepada para peserta. Para peserta mulai menjawab pertanyaan tersebut di kolom chat. Dwigita menjawab bahwa toleransi adalah menerima perbedaan dan keragaman. Nur Fadhila menjawab bahwa toleransi adalah saling menghargai antar sesama. Masing-masing peserta memiliki perspektif tersendiri terhadap makna toleransi.
Toleransi menurut KBBI adalah sifat atau sikap toleran, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Sedangkan menurut Cambridge Dictionary toleransi adalah kemampuan menerima perilaku dan kepercayaan yang berbeda meskipun kita tidak setuju sama mereka.
Generasi muda, menurut Isti harus terlibat aktif untuk kedamaian dunia, yang nantinya akan menjembatani toleransi yang lebih baik. Pada tanggal 9 Desember 2019 Dewan Keamanan PBB mengadopsi sebuah resolusi tentang pemuda, perdamaian dan keamanan yang kemudian disebut sebagai UNCSR 2250 yang mengidentifikasi 5 pilar utama aksi. Resolusi ini memberikan perubahan besar kepada setiap anak muda di seluruh dunia untuk dapat menyuarakan pendapat mereka.
Toleransi di Indonesia sudah pada taraf sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian UIN Jakarta sekitar 30,2% mahasiswa memiliki toleransi yang sangat rendah. Artinya sekarang kita mengalami krisis toleransi, padahal bangsa kita adalah bangsa majemuk yang punya berbagai macam adat istiadat yang berbeda. Tentunya hal semacam ini adalah tanda darurat untuk kehidupan berbangsa.
Peserta diberikan kesempatan untuk bercerita mengenai pengalaman mereka, apakah mereka pernah mendapati pengalaman mengenai toleransi di lingkungan sekitar. Peserta yang dibagi ke dalam tiga breakout room mulai berdiskusi. Ada yang bercerita soal pengalaman intoleransi yang di dapat oleh masyarakat Indonesia Timur yang dianggap berbeda, ada yang bercerita soal rasisme warna kulit yang berbeda, ada juga yang bercerita mengenai rasisme di media sosial.
Isti juga membawakan materi mengenai kesetaraan gender khususnya di Indonesia yang juga sama mirisnya dengan toleransi. Faktanya, data dari UN Women tahun 2020 ada kesenjangan besar upah antara laki-laki dan perempuan di indonesia. Secara keseluruhan, kelompok perempuan memiliki pendapatan 23% lebih rendah dari laki-laki meski kualifikasi yang sama. Hal ini yang coba diingatkan Isti kepada para peserta, bahwa laki-laki masih mendominasi dalam bidang apapun di Indonesia. Terakhir Isti juga mengajarkan bagaimana cara riset di internet dengan benar, serta kiat-kiatnya agar terhindar dari sumber palsu.
Toleransi Bernarasi
Sesi kedua Ruang Ragam Karya: Coaching Clinic Provinsi Sulawesi Selatan membahas mengenai bagaimana pembuatan narasi yang tepat untuk menyampaikan permasalahan toleransi, pluralisme, dan kesetaraan gender serta memahami dasar pembuatan konten di media sosial khususnya dalam penulisan cerita.
Pembicara pada sesi ini adalah Manggazali atau biasa dipanggil Mangga, seorang agent of peace dari Peace Generation Indonesia yang juga aktif di beberapa kegiatan seperti menjadi penyuluh Anti Korupsi Muda di LSP KPK RI.
Mangga membawakan materi mengenai cara penulisan narasi yang baik. Materi dimulai dengan pengertian narasi. Narasi adalah sebuah cerita atau gaya bertutur yang mengungkapkan suatu peristiwa, kejadian, keadaan nyata maupun imajinasi. Mangga meminta salah satu peserta untuk bercerita suatu pengalaman yang mereka alami.
“Kenapa narasi toleransi menjadi penting?” Tanya Mangga kepada peserta.
Narasi toleransi penting untuk membingkai keberagaman di Indonesia dan menjaga hubungan masyarakat tetap harmonis di tengah perbedaan. Membangun narasi toleransi bukan berarti kita menutup mata dari tindakan intoleransi yang terjadi di sekitar kita, tetapi koridor narasi toleransi adalah menjaga apa yang sudah kita bangun sedari dulu.
Penting untuk membuat narasi yang bagus agar konten yang dihasilkan mampu menarik perhatian audiens. Apalagi untuk mendapatkan atensi yang tinggi harus bersaing dengan konten-konten yang temanya lebih menarik. Riset harus dilakukan secara cermat dan mendalam agar apa yang disampaikan pada konten tidak ada kesalahan.
Ada beberapa teknik penulisan konten yang harus diperhatikan yakni pesan dan tujuan harus jelas, membuat kerangka konten, gaya bahasa yang sesuai audiens, durasi, dan hook. Kemudian Mangga memaparkan tentang cara membuat naskah kepada para peserta sembari menyuruh mereka untuk berlatih dengan waktu 15 menit. Para peserta yang sudah selesai lalu membacakan karya mereka masing-masing di hadapan peserta lainnya.
Ada Putri Patricia yang membuat naskah tentang fisik yang menjadi sumber rasisme, ada Joy yang menceritakan kesetaraan gender dan ingin membuatnya dalam format video TikTok, ada juga Alfarizy yang ingin menceritakan lingkungan sekolahnya yang penuh keberagaman.
Terakhir, Mangga memperlihatkan contoh konten dari toleransi.id yang pengemasannya menarik dan membuat betah yang nonton, Mangga berharap para peserta dapat menjadikannya sebagai contoh dalam membuat video pendek.
Toleransi Jadi Karya
Sesi ketiga dari Ruang Ragam Karya: Coaching Clinic Provinsi Sulawesi Selatan bertemakan “Toleransi Jadi Karya”. Pada sesi kali ini dibahas mengenai cara pembuatan video baik sebelum, saat, dan sesudah untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan dapat menyampaikan pesan toleransi, pluralisme, dan kesetaraan gender dengan lugas dengan menghadirkan pembicara yaitu Rahmadiyah Tria Gayathri atau biasa dipanggil Ama.
Ama yang memang sudah lama berkecimpung di dunia perfilman, menjelaskan bagaimana seharusnya film/video dapat menjadi media advokasi yang cukup lunak untuk semua orang. Karya tersebut dapat menyuarakan pandangan secara kreatif dan diterima semua orang pada umumnya. Ama juga menyebutkan salah satu sineas favoritnya yaitu Hayao Miyazaki yang merupakan direktur dari Studio Ghibli.
Selepas intermeso, Ama menyebutkan beberapa cara menyampaikan cerita dalam bentuk video yang bisa dalam bentuk dokumenter, stop motion, animasi, mix media. Dalam memproduksi sebuah film/video juga diperlukan riset yang mendalam, bisa mengenai apa yang ingin disampaikan, bagaimana cara penyampaiannya, dan siapa target penontonnya. Tahapan pra produksi video sangat menentukan jalannya video kedepan, apakah akan terlihat bagus atau tidaknya turut ditentukan pra produksi. Pra produksi meliputi penulisan naskah, storyboard, shot list, jadwal, dan biaya.
Setelah pra dan produksi siap langkah selanjutnya adalah masuk ke tahap post produksi. Tahap post produksi meliputi penyuntingan video yang memerlukan keuletan dan kesabaran menyatukan keseluruhan potongan video yang telah direkam dan memastikan suara yang keluar sesuai dengan keinginan pembuat. Setelah proses penyuntingan selesai barulah memasuki tahap distribusi.
Ama memilihkan beberapa film Indonesia yang menurutnya mempunyai standar yang bagus seperti film Yuni yang bercerita tentang perkawinan di bawah umur. “Karya yang bagus bukanlah tentang alat yang bagus, tetapi adalah cerita yang kuat,” ucap Ama sembari membagikan tips membuat video dengan smartphone.
“Karya adakah senjata,” ucapnya. Ama percaya bahwa sebuah karya dapat bersuara mewakili suara-suara yang tenggelam tanpa perhatian. Sembari memutar contoh video mengenai stigma terhadap penyintas COVID-19 yang diperlakukan semena-mena.
Saat sesi tanya jawab berlangsung, beberapa peserta bertanya kepada Ama, salah satunya Gita yang menanyakan tentang bagaimana konsep yang menarik perhatian banyak audiens. Ama denga tegas menjawab bahwa konsep yang menarik adalah konsep yang dekat dengan kehidupan kita. “Cerita yang sangat personal dan dekat dengan lingkungan kita pasti akan menarik,” ungkapnya.
Creative Youth for Tolerance (CREATE) atau Kreativitas Anak Muda untuk Toleransi
Program CREATE bertujuan untuk meningkatkan penghargaan keberagaman dan toleransi di sekolah menggunakan pendekatan berbasis seni dan budaya. CREATE dirancang untuk mengatasi tanda intoleransi yang mengkhawatirkan, serta aneka perilaku intoleran di sekolah yang dapat berkontribusi mengancam demokrasi dan penghargaan terhadap keberagaman di Indonesia.
Program ini diinisiasi oleh Yayasan Hivos yang terinspirasi oleh nilai-nilai humanis, bekerjasama dengan Rombak Media, Perkumpulan Pamflet Generasi, Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR), Youth Interfaith Forum on Sexuality (YIFoS), dan Center for Marginalized Communities Studies (CMARs), dengan dukungan dari The United States Agency for International Development (USAID).
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Header: Unsplash/Clay Banks
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.