Obat herbal masih jadi andalan masyarakat kita dalam penanganan masalah kesehatan, baik untuk pencegahan maupun mengobati penyakit. Utamanya saudara dan kerabat yang berasal dari kalangan seusia nenek kami. Obat herbal disebut sebagai obat tradisional warisan leluhur untuk menunjang kesehatan. Lalu, apa benar semua obat tradisional mampu mengatasi penyakit dan memelihara daya tahan tubuh?

Dalam dunia pengobatan dikenal istilah herbal artinya tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Namun, jika suatu obat telah mengandung unsur hewani maka ia tidak dapat disebut sebagai herbal lagi, melainkan masuk dalam kategori obat tradisional. Artinya, tidak semua obat tradisional adalah obat herbal, namun obat herbal termasuk obat tradisional.

Bagaimana obat tradisional bisa bermanfaat untuk daya tahan tubuh?

Sebelum dinyatakan berkhasiat untuk mengatasi atau mencegah penyakit, obat tradisional tidak hanya dibuktikan berdasarkan pengalaman empiris—pengalaman dan penuturan dari generasi ke generasi. Beberapa tanaman obat telah dilakukan penelitian ilmiah dalam skala laboratorium, uji ke hewan coba, serta uji ke manusia (terbatas). Dengan demikian, beberapa obat tradisional yang secara empiris telah lama dimanfaatkan dan dinyatakan aman–didukung oleh data ilmiah, dapat digunakan untuk memelihara daya tahan tubuh.

Melimpahnya tanaman obat di negara kita, membuat masyarakat semakin rajin mengeksplorasi khasiat dari herbal-herbal tersebut. Berikut beberapa herbal yang saya jumpai memiliki khasiat dalam memelihara kesehatan dan daya tahan tubuh.

Daun Kelor
Daun Kelor/Anggardha Paramita

Daun Kelor

Tanaman kelor yang dijuluki The Miracle Tree atau Pohon Ajaib ini ternyata memiliki berbagai manfaat sebagai obat herbal. Hasil penelitian Winarno tahun 2018 menunjukkan dalam setiap 100 gram daun kelor segar memiliki kandungan protein 2 kali lebih tinggi dibanding yoghurt; vitamin A 7 kali lebih tinggi dibanding wortel; kalium 3 kali lebih tinggi dibanding pisang; kalsium 4 kali lebih tinggi dibanding susu; dan vitamin C 7 kali lebih tinggi dibanding jeruk. Tidak hanya itu, daun kelor juga mengandung berbagai senyawa asam amino dan flavonoid yang sangat tinggi sebagai antioksidan sehingga bermanfaat dalam menangkal radikal bebas.

Konsumsi daun kelor di masyarakat saat ini begitu beragam. Mengingat kandungan gizinya yang tinggi mampu berperan dalam memelihara daya tahan tubuh. Mulai dari pengolahan yang paling sederhana yaitu menggunakan daun kelor sebagai sayur untuk menu sehari-hari, membuat camilan dari tepung daun kelor, mengambil ekstrak rebusan daun kelor untuk diminum langsung, hingga pengembangan obat herbal oleh tenaga ahli untuk mengatasi berbagai penyakit.

Meniran

Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman liar yang sering kita jumpai tumbuh di tempat lembab dan berbatu di sekitar kebun atau pekarangan rumah. Beberapa daerah menyebut meniran dengan istilah lain seperti: sidukung anak, bolobungo, atau belalang bahiji. Tanaman meniran tidak dipelihara karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Namun berbagai komponen kimia yang tersebar dalam seluruh bagian tanaman membuat tumbuhan ini menjadi istimewa. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak meniran mengandung tanin, flavonoid, lignin, serta terpenoid yang bermanfaat memodulasi sistem imun dan aktivasi limfosit T dan B. Sifat ini disebut imunomodulator yang bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri, virus, dan mikroba penyebab penyakit. Hasil rebusan herba meniran segar sebanyak 15-30 gram dapat diminum 2 hingga 3 kali sehari, untuk memelihara daya tahan tubuh, obat peradangan, terapi pendamping pada pasien TB, dan sebagai antioksidan.

Tanaman Sambiloto via TEMPO/ Suyatmin

Sambiloto

Herba sambiloto dikenal sebagai bahan obat tradisional di berbagai negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman yang dijuluki King of Bitters karena rasanya yang sangat pahit ini dikenal sebagai obat demam dan antidiabetes. Saat ini di Indonesia sendiri banyak masyarakat yang mulai melakukan budidaya tanaman sambiloto untuk pengobatan herbal. Kandungan terpenoid andrographolide pada daun sambiloto merupakan komponen utama yang berperan untuk memelihara daya tahan tubuh dan mengurangi gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Tak hanya itu, banyak manfaat lainnya seperti aktivitas antivirus sebagai obat HIV, antioksidan, memelihara kesehatan hati, dan pereda nyeri. Sambiloto dapat dikonsumsi dengan cara merebus daun segar sebanyak 25-75 gram dalam 250 ml air selama 15-30 menit, atau menyeduh serbuk kering sebanyak 3-9 gram dengan 150 ml air panas.

Herbal Rimpang
Herbal Rimpang/Anggardha Paramita

Rimpang Jahe, Kunyit, dan Temulawak

Tanaman jahe, kunyit, dan temulawak termasuk dalam satu keluarga yang disebut Zingiberaceae. Dari beberapa tanaman yang masuk dalam famili tersebut, rimpangnya banyak digunakan sebagai bahan obat juga sebagai rempah atau bumbu masak, bahan pewarna alami, hingga kosmetik.

Jahe memiliki peran yang penting sebagai tanaman obat dan rempah baik dari segi manfaat maupun dalam perdagangan dunia.  Di Indonesia sendiri kita mengenal 3 varietas jahe berdasarkan warna dan ukurannya yaitu, jahe merah (jahe sunti), jahe besar (jahe gajah), dan jahe kecil (jahe emprit).

Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri tertinggi diantara jenis jahe lainnya dan digunakan untuk berbagai macam pengobatan diantaranya, rematik, flu, masuk angin, hingga radang tenggorokan. Kandungan minyak atsiri gingerol dalam rimpang jahe diketahui dapat meredakan nyeri, demam, mual, migrain, radang, dan memiliki aktivitas antibakteri. Beberapa olahan jahe yang sering kita jumpai yaitu wedang jahe, bajigur, bandrek, wedang angsle, sekoteng, kopi jahe, dan masih banyak lagi. 

Kunyit sejatinya telah digunakan oleh para leluhur sebagai rempah dan obat herbal sejak 4500 tahun silam. Kebangkitan kunyit sebagai herbal dan rempah saat ini sedang dalam momentum yang baik didukung oleh banyaknya penelitian dan uji terkait manfaat kunyit. Kandungan nutrisi kurkumin dalam rimpang kunyit berperan sebagai imunomodulator yang dapat mempengaruhi sistem imun dalam tubuh. Kurkumin juga merupakan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas sehingga bersifat antikanker serta mampu menangkap ion superoksida yang bermanfaat melindungi kesehatan hati.

Temulawak merupakan tanaman obat yang tak kalah penting setelah kunyit. Kandungan kurkumin yang juga ditemukan dalam temulawak menyebabkan adanya beberapa kesamaan manfaat dengan kunyit. Selain kurkumin, komponen lain yang bermanfaat dari rimpang temulawak ialah xanthorrhizol. Khasiat temulawak dalam pengobatan tradisional antara lain yaitu menyembuhkan peradangan, mengatasi kram perut terutama ketika datang bulan, memperlancar ASI, mengurangi bau keringat, serta mengobati gangguan hati.

Tanaman yang disebutkan di atas hanyalah sebagian dari banyaknya herbal berkhasiat yang digunakan dalam memelihara kesehatan dan daya tahan tubuh. Beberapa daerah di Indonesia pun sering kita jumpai beragam herbal yang memiliki manfaat luar biasa dalam pengobatan tradisional. Indonesia, sebagai negara beriklim tropis dianugerahi tanah yang subur sehingga banyak tanaman obat yang dapat tumbuh dengan baik. Lalu, sudahkah kalian mengenal, menggunakan, atau bahkan membudidayakannya?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar