Di musim kemarau, bukit di Pulau Paserang menjelma padang ilalang dan rerumputan berwarna kecokelatan. Pesonanya semakin berpendar dengan hamparan pasir putih dan birunya laut yang mengelilinginya.


Selat Alas yang memisahkan  pulau Lombok dan Sumbawa memiliki gugusan pulau yang dikenal dengan sebutan Gili Balu. Dalam bahasa Sumbawa, “gili” memiliki arti pulau dan “balu” artinya delapan. Terdapat Gili Paserang, Gili Kenawa, Gili Mandiki, Gili Kambing, GIli Belang, Gili Namo, Gili Ular, dan Gili Kalong. Dari delapan pulau yang tidak berpenghuni tersebut, baru dua pulau yang dikembangkan menjadi tempat wisata, yaitu Gili Paserang dan Gili Kenawa.

Saya sudah penasaran dengan Pulau Paserang sejak kawan di Lombok bercerita tentang pesonanya. Tanpa pikir panjang saya langsung setuju mengubah itinerary perjalanan dan ikut bersamanya menyeberang dari Lombok ke Sumbawa. 

Pagi-pagi, kami berangkat ke Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur dengan menggunakan mobil sewaan dari penginapan kami yang terletak di Kota Mataram. Selama berlibur di Lombok kami memang menyewa mobil untuk kemudahan transportasi. Tarif per harinya 200 ribu rupiah sudah termasuk sopir dan BBM. Namun, hari itu kami hanya membayar separuh harga karena hanya mengantarkan sampai pelabuhan saja. Kamu tidak harus menyewa kendaraan untuk menuju pelabuhan, karena saat ini sudah tersedia layanan angkutan DAMRI rute Mataram ke Pelabuhan Poto Tano di Sumbawa Barat. 

Jarak dari Mataram menuju Pelabuhan Kayangan sekitar 79 Kilometer. Setelah sekitar dua jam perjalanan akhirnya kami tiba di pelabuhan dan segera membeli tiket kapal. Harga tiketnya sebesar Rp18.800 per orang untuk penumpang dewasa. Kami pun masuk ke kapal feri yang sudah bersiap menuju Pelabuhan Poto Tano yang jaraknya 31 km.

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Merapat di dermaga Pelabuhan Poto Tano/Laily Nihayati

Setelah semua penumpang masuk, kapal feri segera melaju membelah Selat Alas yang menghubungkan Pulau Lombok dan Sumbawa. Perjalanan laut menyuguhkan panorama alam yang membuat mata betah memandang. Jika sedang lelah dan hanya ingin berada di dalam kapal saja tidak perlu khawatir akan bosan, karena pengelola kapal menyediakan layar kaca yang memutar film-film Indonesia dan mancanegara.

Hiburan di dalam dan luar kapal membuat perjalanan berdurasi sekitar 1,5 jam tidak terasa menjemukan. Setibanya di Pelabuhan Poto Tano, kami langsung menuju kampung nelayan untuk menyewa perahu motor yang akan membawa keliling pulau-pulau di perairan Selat Alas. 

Perahu motor tersebut hanya beroperasi pada pukul 08.00 hingga 17.00 WITA. Harga sewanya berkisar antara Rp300.000—500.000 per perahu berkapasitas 8 atau 10 penumpang. Perahu ini akan mengantar dan menjemput ke Pulau Paserang dan pulau-pulau sekitarnya seharian. 

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Perahu motor berlabuh di tepi pulau/Laily Nihayati

Menjelajahi Sabana di Kaki Bukit

Perjalanan laut menuju Paserang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Dari kejauhan pulau ini sudah menarik hati. Bentuknya melingkar dan dikelilingi pasir putih. Begitu mendarat pesonanya makin kuat memikat. Padang sabana berupa rumput-rumput kering meranggas berwarna kecokelatan serupa jerami empuk. Kami jadi tidak sabar untuk menjelajahinya.

Setelah perahu merapat ke daratan, kami pun langsung mengeksplorasi pulau mungil yang hanya memiliki luas 47 hektare ini. Kami menyusuri jalan setapak. Di kanan kirinya berhias ilalang dan rumput kering memanjakan mata. Eksotisnya padang sabana ini membuat langkah kaki kami berkali-kali berhenti untuk mengabadikan pemandangan alamnya dengan kamera.

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Bersiap mendaki bukit kecil Pulau Paserang yang ada di belakang saya/Laily Nihayati

Kemudian kami menuju bukit dengan tujuan mencari objek yang lebih menarik. Untuk mencapai puncak bukit, kami dimudahkan dengan adanya jalan setapak yang sudah dilapisi semen sehingga tidak perlu repot-repot. Namun, karena tidak ada tangga untuk pijakan dan pegangan, kami tetap harus berhati-hati dan menjaga keseimbangan tubuh agar tidak terpeleset.  

Akhirnya setelah sedikit berjuang mendaki, sampailah kami di puncak bukit. Dari atas kami bisa melihat keseluruhan pulau 360 derajat. Di sebelah timur, tampak jelas Pulau Sumbawa dan gugusan pulau-pulau kecil yang mengitarinya. Di sebelah selatan, terdapat Pulau Belang dan Pulau Kalong. 

Memandang sisi Barat, kami langsung disuguhi panorama laut biru dan pantainya yang berpasir putih. Kontras dengan hamparan sabana yang mengering kecokelatan. Sungguh memanjakan netra. Di bagian barat pulau yang berdekatan dengan pantai juga dibangun pondok-pondok kayu atau cottage menambah keelokannya. 

Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
Pondok-pondok yang selesai dibangun di Pulau Paserang/Laily Nihayati

Terlihat ada enam pondok dengan tipe yang berbeda. Tipe pertama atapnya setengah bertumpuk di bagian depan. Bahannya adalah sirap yang terbuat dari kayu. Bangunannya bercat warna kuning. Tipe pondok yang kedua berbentuk limasan dengan atap berupa sirap juga. Bangunannya didominasi oleh kayu polos tanpa dicat.

Pulau ini memang sedang bersolek untuk menarik hati wisatawan agar semakin betah dan kerap berkunjung. Demi mengembangkan potensi pariwisata Nusa Tenggara Barat, pemerintah setempat bekerja sama dengan PT Nusantara Oriental Permai (NOP) Perwakilan NTB untuk membangun sebuah resor bernama Paradise Resort dan Cottage. Resor ini rencananya akan berisi 350 cottage, termasuk 90 cottage di antaranya berkonsep water villa.

Menikmati Akuarium Raksasa Bawah Laut

Usai mengeksplorasi daratan Gili Paserang, kami bersiap menjelajahi pantainya yang tidak kalah cantik. Kami menyusuri pantai dengan bertelanjang kaki merasakan lembutnya pasir putih menyentuh kulit. Deretan pohon bakau meneduhkan sinar mentari mulai terik.

Mendekati bibir pantai, terlihat permukaan air laut yang begitu jernih. Kami bahkan bisa melihat dengan jelas terumbu karang dan ikan-ikan yang berenang ke sana kemari memikat hati. Ah, jadi tidak sabar untuk masuk ke bawah laut yang pastinya lebih memesona daripada yang terlihat di permukaan. 

Segera kami keluarkan peralatan snorkeling yang kami pinjam dari teman yang tinggal di Lombok. Di pulau ini masih jarang tempat persewaan snorkel dan alat selam. 

Kami lalu mencari spot terbaik. Di bawah permukaan laut, kami langsung terpana melihat keindahan hamparan terumbu karang, ikan warna-warni, dan bintang laut.

  • Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa
  • Pulau Paserang, Mutiara di Selat Alas Sumbawa

Kami seperti berada di sebuah akuarium raksasa. Beragam biota laut unik ada di sini,  termasuk ikan pari manta (manta ray) polkadot. Kami beruntung bisa melihatnya melintas saat snorkeling. Pesona yang tersaji di bawah laut Paserang sungguh menakjubkan hingga tak terasa waktu berlalu. Baru ketika perut keroncongan, kami tersadar hari sudah beranjak siang. 

Setelah mengemasi peralatan snorkeling dan membersihkan tubuh, kami menuju warung untuk makan siang. Aneka hidangan laut yang ditawarkan menggugah selera. Saya memilih menu udang bakar dan sup kepiting yang segar. Ditambah segelas kelapa muda peluruh dahaga. 

Kami istirahat sejenak di pondok. Sore harinya kami kembali bermain di pantai dan memancing. Cukup banyak ikan yang berhasil kami tangkap. Ikan-ikan itu kami jadikan hidangan makan malam. Lezatnya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar