Liburan kali ini berbeda dari liburan yang lalu-lalu. Saya dan beberapa teman komunitas berencana untuk muncak ke Gunung Sumbing (3.371 mdp), gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet (3.428 mdpl). Awalnya saya merasa tidak akan sanggup. Bisa tidak, ya, sampai ke puncak Gunung Sumbing? Namun, ada keyakinan dalam diri yang membuat saya bertekad ikut muncak ke Sumbing.
Pada hari yang ditentukan, kami berangkat dari Jogja. Sebelum lanjut ke base camp pendakian, Cicil, Ka Atto, Ka Trendi, dan saya mampir dulu di rumah Ka April di Muntilan. Setiba di Muntilan, Cicil dan saya langsung istirahat, kecapekan sebab perjalanan lumayan lama. Sementara itu Ka Atto, Ka April, dan Ka Trendi menyiapkan segala keperluan naik gunung, termasuk belanja logistik dan menyewa tenda, sleeping bag, dan tas gunung.
Sekitar jam 1 siang, semuanya beres dan rombongan berkumpul di rumah Ka April. Lalu, pukul 13.45 kami bersebelas berangkat dari Muntilan ke Base Camp Gunung Sumbing di Desa Adipuro, Kaliangkrik.
Perjalanan sangat melelahkan, terutama untuk yang memboncengi di belakang. Jalannya begitu terjal. Apalagi kami sempat tersasar saat mengikut arah Google Maps. Akibatnya, perlu waktu lama bagi kami untuk tiba di base camp (sekitar pukul 16.30). Sesampai di base camp, kami istirahat sejenak sebelum mulai mendaki Gunung Sumbing.
Mulai mendaki Gunung Sumbing
Kami berangkat dari base camp jam 5 sore. Di awal perjalanan, kami melewati permukiman, kemudian terus ke areal ladang dan perkebunan. Lucunya, belum sampai di Pos 1 saja ada beberapa di antara kami yang sudah merasa capek. Wajar saja, sebab kami mesti berjalan naik bukit.
Setelah satu jam berjalan, kami tiba di Pos 1. Posisi pos ini ada di perbatasan antara areal perkebunan dan hutan. Maka, selepas istirahat sebentar di sana, kami pun mulai berjalan di bawah tirai hutan yang rimbun.
Hutan rimbun dan matahari yang sudah turun membuat jalur menuju Pos 2 makin gelap. Namun, kami tetap melangkah dengan bersemangat dan sampai di Pos 2. Selepas itu, medan semakin menanjak. Kami melangkah dengan bergegas namun tetap hati-hati, terlebih saat sinar senter yang kami bawa makin muram, pertanda akan segera mati. Di tengah perjalanan, kami menjumpai sebuah mata air. Karena air yang kami bawa tinggal sedikit dan rasanya tidak akan cukup untuk dibawa naik-turun, kami berhenti sejenak untuk menambah persediaan.
Hawa makin dingin. Namun, saat melihat ke atas, saya melihat jutaan bintang mengambang di angkasa.
Tak terasa akhirnya kami tiba juga di Pos 3. Sudah lewat tengah malam, sekitar pukul 00.45. Kami pun bergegas mendirikan tenda lalu istirahat sejenak sebelum muncak.
Tidak ke puncak
Manusia berkehendak, Tuhan yang menentukan. Karena merasa tidak kuat, Debora, Cicil, dan saya tidak ikut muncak. Teman-teman cowok sudah berangkat pagi-pagi sekali saat kami masih tertidur pulas.
Ketika kami bangun, hawa dingin Gunung Sumbing langsung menyapa. Entah kenapa, aroma udara pagi terasa segar sekali. Di ufuk timur, matahari menyingsing membawa rona jingga. Mata saya tak bisa lepas dari lukisan alam itu.
Sekitar jam 7.30 pagi, kami mulai menyiapkan sarapan pagi. Menunya hampir sama dengan yang biasanya disantap para pendaki—mi, roti tawar, Energen, kopi, susu. Usai sarapan, kami duduk-duduk bersama, tertawa-tawa dan bercerita. Tapi, kantuk ternyata masih tersisa dan kami kembali tidur.
Kami bergerak turun sekitar jam 3 sore. Sengaja kami tidak menunggu gelap sebab senter-senter yang kami bawa sudah mati, tidak mau menyala lagi. Dalam perjalanan turun, kami sering jatuh, sebab medannya licin dan badan kami sudah pegal lagi gemetaran—tapi tetap saja pendakian ini terasa seru dan menyenangkan. Sepanjang jalur, kami tak henti bercerita.
Kami tidak berhenti di Pos 2. Baru di Pos 1, saat jam sudah berada pada posisi 18.00, kami istirahat. Akhirnya, kami tiba di Base Camp Gunung Sumbing di Desa Adipuro pukul 19.50. Di sana kami bersih-bersih dan istirahat sebentar sebelum pulang ke Jogja.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Asal NTT, tepatnya Pulau Flores. Hobi menyanyi dan baca novel. Sekarang lagi kuliah di Yogyakarta.