Pekan Buku Magelang: Upaya agar Lebih Melek Huruf
Tur sepeda bersama Go4Tour keliling desa-desa di Borobudur/Rimi Go4Tour

Sebagaimana lumrah terjadi di tempat lain, akhir pekan—Sabtu dan Minggu—menjadi waktu orang-orang meninggalkan rumah dan pergi ke suatu tempat yang menjadi sumber kesenangan. Rehat sejenak dari rutinitas pekerjaan Senin–Jumat. Tidak terkecuali acara Pekan Buku Magelang di Melek Huruf. 

Sedari pagi (15/06/2024), Melek Huruf menyelenggarakan tur sepeda keliling desa bersama Go4Tour, sebuah operator wisata yang diinisiasi anak-anak muda lokal. Ifa, pengurus Desa Wisata Candirejo, didapuk sebagai pemandu tur. Para peserta diajak gowes menyusuri jalanan perdesaan dan mengunjungi tempat-tempat menarik di kawasan Borobudur. 

Rombongan dibawa menemui sosok-sosok inspiratif, di antaranya Lily Erwin, pemerhati gastronomi lokal dan pemilik homestay Omah Garengpoeng; dan Sony Santosa, seniman nyentrik berdarah Bengkulu pemilik galeri dan kafe Elo Progo Art House. Peserta tur juga turut mencicipi kreasi dapur lokal, mulai dari wedang rempah hingga kudapan pasar. Di pengujung tur, peserta kembali ke Melek Huruf untuk mencicipi aneka produk kopi khas Magelang yang dipandu M. Ariep Setiawan, kurator kopi dan pemilik kedai Callme Coffee Roaster.

Pekan Buku Magelang: Upaya agar Lebih Melek Huruf
Mahfud Ikhwan (kiri) membahas isi buku terbarunya/Rifqy Faiza Rahman

Membicarakan dangdut bareng Mahfud Ikhwan

Selepas Duhur dan jam makan siang, sesi bedah buku pertama dibuka dengan kehadiran Mahfud Ikhwan. Seorang penulis produktif kelahiran Lamongan yang telah lama tinggal di Yogyakarta. Ia banyak menulis novel, esai, cerita pendek, hingga tulisan nonfiksi lainnya. 

Siang itu, dimoderatori oleh Cristian langsung, Mahfud mengaku beberapa tahun terakhir lebih fokus membuat buku esai yang lebih dekat dengan realitas sekitar. Jelas lebih ringan dibanding harus menulis novel yang prosesnya bisa berlangsung bertahun-tahun. Termasuk karya terbarunya, Kepikiran Dangdut dan Hal-hal Pop Lainnya (Januari 2024) terbitan Warning Books. Di buku ini, ia mencoba mengupas pergeseran gaya musik dangdut, yang pada eranya bahkan sampai sekarang memang sangat lekat dengan sang raja dangdut Rhoma Irama. Baginya, apa yang ditunjukkan biduan Inul Daratista hingga muncul variasi dangdut koplo dan sejenisnya bukanlah dangdut yang sesungguhnya; yang juga menjadi titik keresehan dirinya sebagai pengamat dan penikmat dangdut sejati.

Tak hanya dangdut, Mahfud juga menuangkan pikiran pada beberapa tulisan yang mengulas hal-hal populer. Ia turut membicarakan Didi Kempot, Sheila On 7, hingga justifikasi perempuan dalam lagu-lagu sedih. Termasuk mengkritisi lirik-lirik lagu yang cacat tata bahasa sampai dengan tren kover lagu orang. Gaya bahasanya cukup menggelitik dan mengajak kita untuk masuk ke kacamatanya sebagai “orang biasa” yang peduli esensi musik.

Pekan Buku Magelang: Upaya agar Lebih Melek Huruf
Tiga pendiri klub baca buku Magelang berbagi cerita/Rifqy Faiza Rahman

Berbagi cerita dengan tiga klub baca buku Magelang

Tak jauh setelah acara bedah buku, Nina memandu sebuah gelar wicara yang memperkenalkan klub baca buku di Magelang. Ada tiga klub baca yang diberi kesempatan bicara, yaitu Kisti (Sundayreads Book Club), Ulfa Maula (Readaloud Magelang), dan Sodiq Amrullah (Magelang Book Party).

Setiap pendiri klub buku tersebut memiliki latar belakang berbeda, tetapi satu suara soal mengampanyekan literasi lewat buku. Seperti yang dilakukan Ulfa Maula. Melalui Readaloud Magelang, ia mengajak para orang tua mengajarkan baca buku kepada anak-anaknya. Ulfa menganggap buku sebagai bagian dari parenting agar anak-anak tumbuh mencintai buku.

Sementara Kisti dan Sodiq relatif memiliki semangat dan segmentasi yang sama. Komunitasnya mengakomodasi generasi pencinta buku di Magelang. Biasanya acara baca buku bareng diadakan saat akhir pekan. Sesi yang berlangsung mencakup silent reading dengan buku masing-masing atau pinjaman, lalu saling mengobrol untuk membahas buku yang telah dibaca.

  • Pekan Buku Magelang: Upaya agar Lebih Melek Huruf
  • Pekan Buku Magelang: Upaya agar Lebih Melek Huruf

Lokakarya memori rasa bersama Tarlen dan Tiko

Pengalaman menarik lainnya dalam Pekan Buku Magelang adalah lokakarya “Mengingat Rasa yang Pernah Ada” pada Minggu (16/06/2024). Dalam lokakarya ini, sebanyak delapan peserta diajak menggali memori masa kecil dengan orang-orang terdekat yang memengaruhi dalam pembentukan profil atau palet rasa di lidah. Mentor sesi ini adalah Tarlen Handayani, seorang penjilid dan seniman buku, serta Tiko Sukarso, seorang tukang masak plant-based dan salah satu pendiri Eat Fit serta Kulatresna. Keduanya berkolaborasi membentuk klub masak Sirja yang berisi kegiatan kelas memasak, membuat olahan “susu” dari tumbuhan, keju kacang mete, dan penyedap rasa dari sayuran.

Dalam sesi icip-icip, Tiko dan tim menyediakan lima menu lokal yang hasil risetnya digali bersama Bu Lis, tetangga dusun Melek Huruf yang paham kuliner musiman khas Candirejo. Hidangan yang dicicipi antara lain rengginang magelang dengan topping fermentasi krim mete dengan juruh kental gula kelapa, rujak degan, klepon berbalut gula kelapa murni dalam lipatan sudi, ramesan singkong sawut, dan tape ketan. Di sela-sela itu, peserta ikut menceritakan memori rasa yang pernah muncul ketika menyantap penganan tersebut.

Di akhir program, Tarlen memandu peserta untuk menulis jurnal kecil di atas kertas yang nantinya dijilid dengan benang. Semacam “surat cinta” dan ungkapan terima kasih dari peserta kepada orang-orang yang berjasa mengenalkan atau menciptakan palet rasa saat masa kecil dulu. 

Pekan Buku Magelang: Upaya agar Lebih Melek Huruf
Kalis Mardiasih (kiri) menceritakan isu kekerasan seksual berbasis gender dalam bedah buku terbarunya/Rifqy Faiza Rahman

Buku terbaru Kalis Mardiasih: Luka-luka Linimasa

Di bedah buku terbarunya yang dimediatori oleh Prima Sulistya—seorang jurnalis lepas, tampak Kalis Mardiasih begitu berapi-api menyuarakan keresahan tentang masifnya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Istilah ini memiliki beberapa padanan. Komnas Perempuan menyebutnya sebagai Kekerasan Siber Berbasis Gender (KSBG), sedangkan dalam UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dikenal dengan istilah Kekerasan Seksual Berbasis Elektronik (KBSE).

Perhatian Kalis terhadap isu kekerasan seksual, baik di dunia maya dan nyata, erat kaitannya dengan pengalaman tidak mengenakkan di masa kecil. Di masa sekolah dahulu, kerap terjadi perundungan atau godaan dari kaum pria kepada perempuan, yang tanpa disadari sebenarnya merupakan bentuk dari pelecehan. Keresahan dan pemikiran atas problem tersebut coba diungkapkan Kalis lewat bukunya yang akan terbit, Luka-luka Linimasa (2024). Selain lewat buku, Kalis cukup intens bersuara dan mengawal masalah kekerasan seksual di media sosialnya.

Topik pembahasan dalam sesi tersebut mengundang cukup banyak atensi dari peserta. Terlihat dari dua atau tiga orang menceritakan pengalaman tidak mengenakkan, baik yang dialami sendiri maupun dialami temannya. Diskusi yang berlangsung memantik kesadaran betapa ruang dunia maya yang serba bebas dan nyaris tanpa sekat harus dikelola dengan hati-hati. Terlebih tindak lanjut dari pihak berwenang, seperti polisi atau kampus, kadang terkesan lambat dalam menangani masalah tersebut.

* * *

Empat hari penyelenggaraan edisi perdana Pekan Buku Magelang di Melek Huruf tampak berlalu begitu cepat. Suar antusiasme tampak memenuhi seisi ruang yang ada di taman baca di sudut desa itu. Sebuah indikator yang menggembirakan, bahwa masih banyak generasi muda yang peduli pada literasi agar lebih “melek huruf”.

Rasanya, tak sabar untuk menanti seperti apa keseruan Pekan Buku Magelang edisi berikutnya. Sampai bertemu di bulan Juli!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar