pantai penyusuk

Menghabiskan Sisa-sisa Masa SMA di Pantai Penyusuk

by Alfira Heriani

Waktu perpisahan SMA, aku dan teman-temanku berlibur ke Pantai Penyusuk di Belinyu, Kabupaten Bangka. Supaya bisa berangkat bersama, kami menyewa bis.

Karena jarak dari tempat kami tinggal ke Pantai Penyusuk lumayan jauh, kami berangkat lumayan pagi. Pada hari yang ditentukan, kami berkumpul di halaman sekolah jam 7 pagi. Setengah jam kemudian kami berangkat.

Sepanjang perjalanan, kami bernyanyi bersama dan mengingat cerita-cerita masa SMA yang akan berakhir dalam hitungan hari. Di bingkai jendela bis, pemandangan berlarian—batu-batu besar, jejeran pohon kelapa yang melambai-lambai, hutan habis terbakar yang hanya menyisakan pepohonan lagi tak berdaun.  

Nyanyian, cerita, dan pemandangan itu membuat perjalanan terasa cepat. Setiba di Pantai Penyusuk, kami bergegas turun dari bis. Sebagian di antara kami menurunkan barang, sebagian lain mencari lokasi paling cocok untuk menggelar tikar. Sejurus kemudian, kami sudah piknik di bawah pohon rindang dengan pemandangan bongkah-bongkah granit besar dan laut yang membentang luas sebagai latar. Matahari bersinar terik saat itu.

pantai penyusuk
Bongkah-bongkah granit di Pantai Penyusuk/Alfira Heriani

Menikmati eloknya pantai, laut, dan matahari di Pantai Penyusuk

Aku dan teman-temanku bermain di atas pasir pantai yang putih bersih sambil menikmati pemandangan. Dihiasi pepohonan yang rimbun, air laut yang jernih, jejeran batu granit, dan gemawan yang menggumpal-gumpal seperti kapas, serta angin sepoi-sepoi, siang itu jadi menawan.

Di seberang sana mengapung sebuah pulau. Namanya Pulau Putri. Ingin sekali rasanya ke sana. Namun, karena kapal satu-satunya yang (bisa) melayani penyeberangan dari Pantai Penyusuk ke Pulau Putri siang itu sedang rusak mesinnya, kami tidak bisa ke sana. Padahal, Pulau Putri tersohor sebagai pulau yang dikelilingi perairan jernih dengan ekosistem laut yang masih terjaga. Pulau itu, sebagaimana halnya Pantai Penyusuk, juga punya bongkah-bongkah granit raksasa yang tersusun indah.

Tapi tak mengapa. Pantai Penyusuk sudah lebih dari cukup. Sehabis berkeliaran di atas pasir, kami mengganti pakaian kemudian menyeburkan diri ke pinggir lautan. Sementara kami bermain air, teman-teman yang laki-laki sibuk bermain sepak bola. Lalu, tiba-tiba saja sudah tengah hari.

pantai penyusuk
Foto bersama teman-teman SMA/Alfira Heriani

Kami pun beristirahat sejenak kemudian bahu membahu mempersiapkan makan siang. Aku dan teman-teman berbagi tugas. Ada yang mempersiapkan tempat makan, ada yang memanggang ayam, ada yang memanggang bakso. Setelah semuanya siap, kami bergiliran mengambil makanan, lalu menikmatinya bersama-sama.

Beli otak-otak untuk dibawa pulang

Setelah santap siang, kami salat, kemudian kembali bermain-main di Pantai Penyusuk. Kali ini aktivitasnya agak beda. Anak laki-laki tak lagi bermain bola, melainkan bermain “kubur-kuburan.” Ada pula yang memancing ikan. Pokoknya, semuanya bermain seperti anak kecil yang tak punya masalah, lepas dari segala beban pikiran.

Semua sepertinya benar-benar menikmati suasana. Canda tawa menghiasi wajah teman-teman saya. Mereka semua berinteraksi bukannya sibuk sendiri dengan gawai masing-masing. Kebersamaan seperti ini, perpisahan seperti ini, takkan pernah hilang dari ingatan.

Tak terasa hari pun mulai sore. Kami mulai membersihkan badan dan merapikan barang-barang bawaan. Setelah semuanya selesai, kami melompat ke dalam bis yang kemudian melaju pelan meninggalkan Pantai Penyusuk.

pantai penyusuk
Otak-otak sedang dipanggang/Alfira Heriani

Dalam perjalanan pulang, kami sempat berhenti barang satu atau dua kali. Perhentian pertama adalah hutan yang tadi kami lihat waktu dalam perjalanan berangkat. Di sana kami hanya berfoto bersama. Perhentian berikutnya adalah tempat membeli oleh-oleh, yakni warung otak-otak. Belinyu memang dikenal sebagai sentra makanan ringan khas Bangka, contohnya otak-otak yang rasanya memang enak sekali.

Selesai urusan oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan pulang. Sudah mulai ada yang tertidur karena kelelahan, tapi masih banyak juga yang bernyanyi sambil diiringi suara gitar.

Hari sudah malam ketika akhirnya bis berhenti di depan sekolah. Semua bergegas turun dengan wajah letih dan mata mengantuk lalu mengambil barang bawaan. Kemudian, kami mengucapkan selamat tinggal dan pulang ke rumah masing-masing.

Dalam perjalanan pulang, masih terbayang suasana Pantai Penyusuk dan momen-momen yang kami lewati sepanjang hari. Semua berjalan sesuai dengan apa yang kami inginkan. Ini adalah sebuah perpisahan yang takkan pernah terlupakan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

You may also like

1 comment

sylvia salsabila 23/April/2019 - 12:13 pm

You took me to those time, really miss that time…

Reply

Leave a Comment