Pulau sejuta lontar, begitu orang Sabu menyebutnya. Di sini, lontar dianggap sebagai pohon kehidupan. Dari lontar, kebudayaan Sabu berkembang. Daun menjadi atap, buah menjadi makanan, air menjadi arak dan gula, kayu menjadi bahan bakar untuk dapur tetap mengepul. Syair-syair terus berkumandang dari mulut Kale Lele di ketinggian, tercampur dengan melodi yang dimainkan angin yang terbawa dari pantai. Apa gerangan yang dipikirkan oleh leluhur orang Sabu hingga bisa mewariskan syair indah ini sebagai kebiasaan?
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.