Jalan Gandawijaya merupakan salah satu jalan utama di Kota Cimahi, Jawa Barat. Membentang dari selatan ke utara, jalan ini mengarah langsung ke Jalan Raya Bandung–Cianjur dan ke Alun-alun Cimahi. Boleh dibilang Jalan Gandawijaya tak pernah sepi disesaki kendaraan bermotor sepanjang pagi, siang, petang, hingga malam.
Di kanan-kiri Jalan Gandawijaya berderet toko-toko yang menawarkan berbagai jenis barang. Di ujung selatan berdiri Cimahi Mall, satu-satunya mal yang berada di Kota Cimahi.
Ahad (28/4/2024) pagi lampau, tak jauh dari Taman Segitiga yang menjadi salah satu ikon Kota Cimahi, beberapa petugas dinas perhubungan dan anggota kepolisian tampak berjaga. Mereka mengarahkan para pengendara untuk tidak memasuki Jalan Gandawijaya. Para pengendara yang hendak menuju Padalarang maupun Kota Bandung via Jalan Gandawijaya diarahkan untuk menggunakan Jalan Sisingamangaraja.
Merayakan Hari Tari
Meski pagi itu Jalan Gandawijaya ditutup untuk semua jenis kendaraan, toh jalan tersebut sama sekali tidak lengang. Persis di depan toko emas yang masih dalam keadaan tutup, seorang penari tampak tengah berdandan. Di seberangnya, tiga penari lainnya sedang dirias. Mereka adalah sebagian dari para penari yang dijadwalkan tampil pagi itu dalam event “Cimahi Ngibing Kiwari 2024”. Acara ini diselenggarakan untuk merayakan Hari Tari Sedunia yang jatuh setiap 29 April.
Di halaman depan Cimahi Mall, yang menghadap ke arah timur, keriuhan dan kesibukan lebih kentara. Sebagian besar penari melakukan persiapan di depan mal ini. Tampak dua orang penata tari sedang membantu memakaikan kostum burung pada seorang penari, yang berdiri persis di depan tangga masuk mol.
Di ujung selatan halaman mal, tepatnya dekat pos satpam dan anjungan tunai mandiri, sekelompok penari yang telah beres berdandan menyempatkan diri untuk melakukan sesi foto bersama.
Tak lama, terdengar pengumuman lewat pelantang suara yang meminta agar para penari segera bersiap, membentuk barisan sesuai kelompok dan nomor urutan yang telah ditetapkan. Mereka berbaris menghadap ke arah utara. Di depan barisan para penari, bejejer rapi para mojang dan jajaka Kota Cimahi.
Sementara itu, warga terus berdatangan menyesaki trotoar Jalan Gandawijaya. Tak sedikit yang menyempatkan foto bersama para penari. Pembawa acara beberapa kali mengingatkan penonton agar tetap berada di trotoar.
Suara gamelan Sunda yang dimainkan secara live dari sebuah panggung berkarpet kelir merah mulai terdengar menggelegar. Terlihat ada kemenyan yang dibakar di atas dupa kecil di ujung panggung sisi belakang.
Bunyi gamelan lantas berhenti. Pembawa acara meminta para penari bersiap. Sejurus kemudian, bunyi gamelan kembali bergema mengiringi seorang pesinden. Acara pun resmi dimulai dengan tarian prosesi pembuka, yang dilanjutkan dengan tarian kolosal massal bertajuk Cimahi Ngibing.
Para penonton yang membawa ponsel sontak mengabadikan momen para penari yang tengah beraksi. Beberapa di antaranya bahkan melakukan tayangan live di kanal media sosial mereka.
Tak kurang dari 1.600 penari ikut terlibat dalam acara ini. Mereka berasal dari puluhan sanggar tari yang ada di Cimahi, perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Cimahi, unsur Forkopimda, dan instansi vertikal seperti BPJS, kejaksaan, serta para pelajar di kota tersebut.
Pentingnya Seni Tari
Acara “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” yang digelar pemkot dan diinisiasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi ini lumayan menyedot atensi masyarakat Cimahi. Terbukti, warga menyemut di sepanjang Jalan Gandawijaya hingga Alun-alun Cimahi. Selain menampilkan tarian kolosal massal, “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” juga menyuguhkan 23 tarian dari 23 provinsi di Indonesia.
Dalam sambutannya, Penjabat (Pj) Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi, menyampaikan bahwa “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” digagas untuk memperingati Hari Tari Sedunia, sekaligus merupakan terobosan dari pemerintah daerah untuk mendukung sanggar-sanggar kebudayaan di wilayahnya.
“Cimahi Ngibing menjadi satu inovasi supaya kita semua ikut bangga melestarikan budaya di Indonesia, khususnya kebudayaan tari di Cimahi. Acara ini juga sekaligus memberi ruang bagi sanggar, seniman, dan budayawan supaya punya ruang berekspresi,” kata Dicky Saromi.
Ketua Panitia Cimahi Ngibing Kiwari 2024, Dikdik Nugrahawan, yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cimahi, dalam laporannya yang disampaikan di Alun-alun Cimahi, menegaskan bahwa acara “Cimahi Ngibing Kiwari 2024” adalah event pertama yang digelar di Cimahi dalam rangka merayakan Hari Tari Sedunia.
“Acara ini dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan budaya untuk diwariskan kepada generasi muda, sekaligus perhelatan ini menjadi upaya untuk menikmati universalitas bentuk seni,” sebut Dikdik.
Hari Tari Sedunia sendiri pertama kali digagas oleh Komite Tari Institut Teater Internasional (ITI), yang merupakan mitra utama Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) untuk bidang seni pertunjukan.
Pertama kali dirayakan pada tahun 1982, tujuan Hari Tari Sedunia adalah menegaskan nilai dan pentingnya seni tari, di samping juga untuk menggugah pemerintah, politisi, dan lembaga yang belum mengakui manfaat tari bagi masyarakat dan individu, serta belum menyadari potensinya untuk pertumbuhan ekonomi. ITI memilih tanggal 29 April sebagai Hari Tari Sedunia untuk menghormati Jean-Georges Noverre, tokoh balet modern, yang lahir pada 29 April 1727, di Paris, Prancis.
Foto sampul:
Parade penari membelah kerumunan penonton di festival Cimahi Ngibing Kiwari 2024/Pemkot Cimahi
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.