Menyusuri Jejak Militer di Kota Cimahi

by Deffy Ruspiyandy

Kota Cimahi adalah sebuah kota kecil yang menarik untuk dikunjungi. Bangunan cagar budaya yang ada begitu banyak sehingga tak salah jika menyimpan kenangan dan sejarah yang takkan terlupakan dari masa perjuangan. Saat berkunjung ke kota satu ini, ia akan menyuguhkan pelbagai bangunan-bangunan bersejarah yang rata-rata kebanyakan bergaya militer. Oleh karenanya, Cimahi dapat dikatakan sebagai kota garnisun atau kota militer.

Seantero nusantara sudah dapat dipastikan mengenal kota ini, apalagi mereka yang putra-putrinya menjadi tentara dan mengikuti pendidikan militer di sini. Mendatangi kawasan militer ini merupakan sebuah keasyikan tersendiri karena siapapun yang datang benar-benar merasakan suasana militer yang kental, terlebih rindangnya pohon-pohon yang mengelilingi pusat-pusat pendidikan militer di sana.

Jika kita mengunjungi kota-kota lain yang juga mungkin memiliki pusat kegiatan militer dan bangunan militer zaman penjajah, rasanya takkan seberapa lengkap jika dibandingkan dengan Kota Cimahi. Bahkan kantor Polres Cimahi yang sekarang pun dulunya adalah pabrik senjata milik penjajah Belanda.

Memang tidak sedahsyat seperti peristiwa Bandung Lautan Api, namun tak bisa dianggap kecil  perjuangan tokoh-tokoh pejuang di Kota Cimahi pun mencatatkan catatan sejarah yang tak bisa dilupakan begitu saja. Banyak tokoh yang kini diabadikan sebagai nama jalan. Kota Cimahi memiliki sejarah indah yang turut menopang perjuangan merebut kemerdekaan. Tak salah bagi mereka yang tertarik dengan wisata militer tentu tak salah jika memutuskan berkunjung ke kota ini. Bahkan Pemerintah Kota Cimahi pun berinisiatif pula membangun Museum Sejarah MIliter yang menjadi produk unggulan wisata di kota ini.

Kodiklat TNI Angkatan Darat/Deffy Ruspiyandy

Cimahi dikelilingi oleh pusat-pusat pendidikan kemiliteran. Tak mengherankan jika kita berjalan dari Jalan Gatot Subroto, Jalan Baros sampai jalan Sriwijaya kita akan melihat  nuansa kegiatan kemiliteran yang begitu kentara. Belum lagi menembus ke sebelah selatan ada kawasan Brigif 15 Kujang II Kota Cimahi. Lanjut ke Jalan Warung Contong berderet pula asrama-asrama tentara bekas peninggalan tentara Belanda dan tentara Jepang. Berkunjung kemari, selain akan melihat bangunan cagar budaya juga akan disuguhi dengan bangunan-bangunan yang berbasis kemiliteran.

Dari utara kita menuju ke arah selatan, baik ke Jalan Baros atau Jalan Pasir Kumeli tak luput dari pesona kegiatan militer. Di area depan ada kantor Kodim dan Datasemen Polisi Militer, Pusdikpal, Pusdikjas, Pusdikhub di Jalan Kalidam, Pusdikbekang, Pusdik Armed, Pusdikpom dan  Pussen Arhanud di Jalan Sriwajaya Kota Cimahi yang berdekatan dengan Pasar Antri Baru. Hal ini menunjukkan jika Kota Cimahi merupakan salah satu kota yang banyak menyimpan sejarah kemiliteran sejak zaman dulu sampai masa sekarang.

Pussen Arhanud/Deffy Ruspiyandy

Menariknya, sepanjang Jalan Pasir Kumeli dipadati para pembuat bordir yang menawarkan jasa membuat logo atau lambang kemiliteran. Mendekati RS Dustira juga banyak yang berjualan peralatan militer seperti seragam, sepatu, jaket, dan juga alat-alat lainnya. Ada banyak sekali dukungan kemiliteran, tentunya ini mempermudah tentara di sana untuk mendapatkan barang-barang yang sering digunakan.

Uniknya, lapangan-lapangan yang dimiliki TNI di pusat-pusat pendidikan ini sendiri kerap digunakan latihan oleh Persib Bandung juga oleh tim-tim lain yang bertanding di Piala Menpora 2021. Kondisi rumput lapangannya bagus dan terjaga. Lapangan ini terpelihara dengan baik karena tidak sembarang orang bisa menggunakannya tanpa izin pengelola.

Menyusuri kawasan militer dengan cara berjalan kaki pada trotoar dan jalanan aspal benar-benar menguras tenaga. Perjalanan dua jam tak cukup untuk mengetahui semuanya, terlebih jika ingin melihat ke dalam gedung. Barangkali bisa membutuhkan waktu sehari penuh untuk melakukannya.

Suasana ini sungguh menarik untuk mereka yang datang ke sini dari Jalan Tol Purbaleunyi. Cukup strategis karena mereka yang datang dari luar kota bisa keluar dari Pintu Tol Baros. Dari sana hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk menemukan gedung-gedung bergaya militer sepanjang jalan yang dilewati. Tentu saja hal ini telah dirancang jauh-jauh hari untuk memudahkan semua ini.

Kawasan militer ini sendiri memang zaman dulu telah dirancang sedemikian rupa oleh mereka yang membangunnya yang tiada lain adalah pihak kolonial. Hal ini tergambar jelas dengan adanya. Penjara khusus militer di Jalan Poncol dekat Lapangan Rajawali, ada Kolam Renang Tirta Yudha yang dikhususkan untuk kepentingan para tentara, ada pula gedung The Historich yang juga dikenal sebagai gedung Soedirman, Rumah Sakit Dustira untuk perawatan tentara, Stasiun Kereta Api Cimahi untuk mengangkut para tentara lapangan untuk latihan menembak di Gunung Bohong serta bagi para tentara Belanda yang mati sekalipun, saat itu ada pemakaman khusus bagi mereka yaitu Kerkhof (Ereveld) di Leuwigajah, Kota Cimahi. Kesemuanya semakin mempertegas jika Cimahi menyimpan sejarah tentang dunia kemiliteran.

Rumah Sakit Dustira/Deffy Ruspiyandy

Kendati dikelilingi oleh pusat-pusat pendidikan militer ternyata di seputaran itu berdiri pula universitas dan sekolah-sekolah tinggi yang diperuntukkan untuk masyarakat umum tetapi tetap dengan nama bernuansa ketentaraan yaitu Universitas Jenderal Ahmad Yani. Universitas ternama satu-satunya di kota ini. Ada pula Stikes Unjani serta STKIP Siliwangi yang berdiri di sana.

Tak salah jika Kota Cimahi bisa menjadi pilihan destinasi wisata sejarah yang aroma kemiliterannya cukup kental. Bagi anak muda kota ini bisa mengingatkan mereka tentang arti perjuangan meraih kemerdekaan RI dari tangan penjajah. Kota Cimahi semoga menjadi tempat yang menarik bagi siapapun, apalagi yang ingin menjadi tentara. Maka berkunjung ke Kota Cimahi dapat melihat lebih dekat tentang dunia ketentaraan itu sendiri dari berbagai aspek.

Suka jalan-jalan dan kumpul dengan teman-teman. Penulis artikel yang juga suka nulis ide cerita di sebuah televisi swasta.

You may also like

Leave a Comment