Jawa Tengah punya banyak daerah menarik untuk dikunjungi, salah satunya Purworejo. Sebuah kota kecil yang mungkin hanya dikenal lewat pengeras suara masinis bagi mereka yang melakukan perjalanan menggunakan kereta ke Yogyakarta. Bagi mereka yang tidak mengetahui, Purworejo memiliki beragam tempat yang bisa dikunjungi untuk sekedar ‘melarikan diri’ dari penatnya rutinitas.
Sebelum ke Purworejo, saya sudah menyiapkan beberapa daftar wisata untuk saya datangi, beberapa sudah saya tandai agar bisa dikunjungi dalam satu kali kesempatan, antara lain destinasi wisata alamnya, seperti hutan, air terjun dan goa.
Menikmati Lautan Kabut di Hutan Pinus Kalilo
Sebagai Kabupaten dan kota yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan, Purworejo banyak memiliki destinasi wisata alam yang berada di pegunungan. Misalnya saja Hutan Pinus Kalilo.
Menjadi bagian dari Pegunungan Menoreh yang berada di ketinggian sekitar 800 mdpl membuat udara di Hutan Pinus Kalilo cukup dingin, terutama jika pagi-pagi begini. Hujan baru saja singgah saat saya sampai di Hutan Pinus Kalilo yang terletak di Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing.
Waktu masih menunjukan pukul 5 pagi. Semoga pemandangan matahari tampak cerah hari ini. Selain sunrise, yang saya incar di sini adalah lautan kabut yang katanya biasa muncul setelah matahari terbit. Saya melihat banyak foto-foto tersebar di sosial media saat melakukan riset pertama kali, hal ini yang membuat saya pun langsung menuju spot foto Lautan Kabut yang sudah disebutkan dalam artikel. Dan benar saja, menjelang pukul 6 pagi, kabut menyelimuti perbukitan sejauh mata memandang. Atmosfer yang tentunya jarang saya dapatkan di tempat lain, terutama di kota besar tempat saya tinggal sehari-hari, Jakarta.
Setelah puas memandangi kabut serta menghirup udara bersih dan segar di sini, saya pun menikmati eloknya jajaran pinus di hutan, juga keindahan lainnya, mulai dari spot sangkar burung, spot jembatan kayu, spot hammock bertingkat, dan masih banyak lagi. Sungguh tidak menyesal rela bangun pagi untuk mendapatkan pemandangan ini. Tubuh rasanya jadi penuh energi dan siap untuk menelusuri Purworejo dari sisi yang lain.
Berlanjut ke Curug Siklotok
Dari Hutan Pinus Kalilo, tempat wisata Purworejo selanjutnya yang saya kunjungi adalah Curug Siklothok. Terletak di daerah Kaligono, Kaligesing, lokasi Curug Siklotok tidak terlalu jauh dari Hutan Pinus Kalilo. Hanya perlu memakan waktu sekitar 15 menit saja dengan berjalan kaki. Saya pikir saya harus melewati jalan yang sulit untuk menikmati keindahan air terjun ini, ternyata tidak.
Walau menyusuri jalan setapak, jalanannya sudah tertata rapi. Terasa seperti berjalan di hutan pedesaan karena untuk menuju ke sana saya melewati kandang hewan ternak kambing etawa dan bau durian dari perkebunannya.. Jalan kaki pun tidak terlalu terasa melelahkan karena saya terus disuguhkan aliran sungai yang membuat tak sabar untuk segera berenang. Saran terbaik, jangan terlalu memaksa untuk berjalan. Jika lelah, kita bisa beristirahat sejenak di tanah yang landai, saya melakukan ini sembari membersihkan tanah yang membuat sepatu saya licin pas ke sana.
Sekitar 15 menit menyusuri jalan setapak dan tangga yang cukup landai, sampai jugalah saya di air terjunnya. Terpampanglah di depan mata air terjun yang memiliki tinggi sekitar 10 meter. Saya pun main air dan berenang di sini. Selain Curug Siklotok, ada banyak wisata air terjun lainnya di Purworejo, seperti Curug Muncar, Curug Kaliurip, Curug Lumbung dan lainnya. Sepertinya esok hari atau lusa saya harus menyempatkan diri ke curug lain.
Setelah puas menyegarkan tubuh dan pikiran dengan berenang di airnya yang jernih, saya bergegas ke toilet untuk ganti baju. Matahari mulai tinggi. Saatnya saya mulai mencari makan siang. Di dekat sini ada banyak warung makan, saya pun mampir ke salah satunya yaitu warung makan “Sederhana” Bu Win untuk mengisi perut dan siap lanjut ke tempat wisata Purworejo selanjutnya.
Menyusuri Gua Seplawan
Karena tidak ingin terlalu kelelahan, saya memutuskan memilih Gua Seplawan sebagai tujuan selanjutnya. Lokasinya tidak jauh dari Curug Siklotok, hanya perlu berkendara sekitar 20 menit dari curug ke gua ini. Terletak di Desa Donorejo, udara di gua ini juga cukup sejuk karena berada di ketinggian 700 mdpl.
Di bagian depan gua, saya disambut replika arca emas Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Patung aslinya ada di Jakarta, tepatnya disimpan di Museum Nasional. Replika ini diletakkan di depan gua untuk mengingatkan pengunjung bahwa tempat ini dulunya merupakan tempat suci dan disakralkan oleh masyarakat.
Panjang gua ini kurang lebih 700 meter dan punya cabang-cabang. Keaslian alam gua masih bisa saya nikmati melalui stalaktit dan stalakmit serta ornamen-ornamen lain pada dindingnya. Sebagai orang yang belum pernah masuk ke gua sebelumnya, pengalaman ini sungguh berkesan. Selain guanya, di sini juga ada keindahan alam lainnya yaitu pemandangan pegunungan dan bukit di sekitarnya. Menyenangan rasanya berjalan-jalan di sini.
Hari pun mulai menjelang sore. Rasanya dalam satu hari, cukup tiga tempat ini saja yang disambangi. Tubuh sudah lelah, mari pulang dan istirahat, dengan membawa semua ingatan perjalanan yang membekas ini.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.