Bagi sebagian masyarakat perkotaan, hidup berdampingan dengan penuh sesak dan panasnya kota merupakan keseharian yang menyebalkan. Dingin serta sunyinya pegunungan menjadi pilihan tepat untuk melarikan diri dari pengap perkotaan.
Beruntung. Di Indonesia, kekayaan alam berupa gunung tersebar hampir di setiap pulau. Tiap gunung memiliki ciri dan karakteristik tersendiri. Salah satu gunung yang memikat karena pemandangan alam yang masih asri adalah Gunung Merbabu.
Gunung Merbabu terletak di tiga wilayah administratif, yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Semarang. Jika kita melihat pemandangan gunung ini dari daerah Boyolali bagian timur, seperti Kecamatan Banyudono, Teras, dan Mojosongo, kita akan melihat pemandangan dua gunung berdampingan: Merbabu dan Merapi. Mirip dengan lukisan pemandangan alam anak-anak sekolah dasar.
Di lereng Gunung Merbabu, cukup banyak tempat yang bisa digunakan untuk sekadar ngopi atau menikmati alam. Dari sekian pilihan, saya memilih untuk berkunjung ke sebuah kafe bernama Selosa Coffee Hills. Letaknya tidak jauh dari Simpang PB VI Selo—warga sekitar menyebutnya Alun-alun Selo. Jika dari timur, sebelum simpang tersebut bisa berbelok ke arah kanan lalu mengikuti jalan naik. Nantinya akan ada plang petunjuk arah menuju lokasi parkir kafe tersebut.
Fasilitas dan Keunikan Selosa Coffee Hills
Selosa Coffee Hills terletak di atas bukit. Bagian depannya berhadapan langsung dengan Gunung Merbabu. Inilah yang menjadi ciri khas Selosa. Sepanjang mata memandang terlihat hijaunya pepohonan, tanah dan lahan yang subur ditanami sayur, serta pepohonan yang tinggi menjulang. Terlihat di atasnya keluarga bahagia dari burung ciblek gunung membuat rumah bersama anaknya.
Jika melihat lebih luas, suasana asri tersebut berbanding terbalik dengan pemandangan kota yang terlihat samar. Tak hanya gedung yang membumbung tinggi, tetapi juga udara bermuatan debu polusi dari kendaraan bermotor. Dari kejauhan tampak kontras corak warna perkotaan menjadi lebih putih dan kuning, yang menandakan wilayah tersebut lebih panas. Selain itu, hampir tak terlihat hijaunya pepohonan di sana.
Sementara hari masih cerah dan terasa sedikit panas, saya segera memesan segelas regal dingin dengan tambahan bakpao rasa ayam dan cokelat. Saya bertanya pada kasir, “Apakah kopinya bisa diberi wadah di gelas saja?”
Kasir tersebut menjawab, “Maaf, Kak. Untuk persediaan gelas kita terbatas, biasanya kita menggunakan gelas plastik [sekali pakai].”
Percakapan kecil itu jadi sentilan bagi saya pribadi. Di tempat yang dianggap sebagai paru-paru dari suatu daerah, ternyata masih memproduksi limbah anorganik yang akan menghancurkan keasrian tempat tersebut suatu hari nanti.
Sayang sekali kesadaran kecil seperti itu belum terbentuk. Pemandangan tadi kembali mengalihkan perhatian saya. Dengan suasana setenang itu, saya berpikir untuk mengeluarkan sebuah buku. Tulisan Mas Marco Kartodikromo yang dibukukan menjadi pilihan saya. Bukunya berisi kritikan kepada pemerintah kolonial dengan gaya jurnalisme.
Selain kumpulan tulisan Mas Marco Kartodikromo yang sengaja saya bawa dari rumah, saya juga melihat koleksi buku dari Selosa Coffee Hillis. Menarik. Banyak buku bergenre cinta bertengger di rak buku itu. Kebanyakan hasil terjemahan dari novel luar negeri.
Namun, masih terdapat novelis indonesia, seperti Andrea Hirata. Ia terkenal dengan novel fiksi yang dipadupadankan dengan sains. Saya rasa, pemandangan alam akan sangat pas bila dikombinasikan dengan ketenangan membaca buku fiksi bergenre cinta. Perasaan seolah diaduk.
Bagi orang yang kurang suka membaca, Selosa menyediakan permainan yang bisa dimainkan bersama. Contohnya kartu UNO. Bila bosan pun, masih banyak opsi permainan lain yang bisa dicoba. Tak perlu repot untuk meminjam, permainan tersebut tersedia langsung di ruang semi outdoor, asal nanti dikembalikan seperti semula.
Variasi Pilihan Tempat Nongkrong
Yang tak kalah menarik adalah keberadaan kamar mandi, sesuatu yang biasanya luput dari perhatian pengelola. Saya sendiri sering menemukan kamar mandi di tempat wisata yang kurang terawat sehingga kotor dan tak nyaman untuk dipakai. Di Selosa, saya menemukan kamar mandi yang terbilang estetis dan tidak “malu-maluin” jika difoto.
Selosa memberikan beberapa tempat nongkrong dengan desain yang berbeda. Pertama, ruangan indoor yang didesain secara modern. Dilengkapi kursi kayu, lampu, lukisan, cermin, serta kaca yang menghadap langsung ke pemandangan sekitar—daya tarik utama ruangan ini. Di dalamnya juga terdapat bar untuk memesan makanan dan minuman.
Kedua, semi outdoor, yang berada di sebelah ruangan indoor. Identik dengan angin dingin yang berembus langsung mengenai tubuh. Pada bagian yang lain saya masih menjumpai tempat yang benar-benar terbuka. Di atasnya terdapat pohon untuk memayungi pengunjung yang duduk di bawahnya dari panas dan hujan.
Pemandangan Merbabu dari Selosa memang memiliki daya tariknya sendiri. Jika berlibur ke sana, jangan melewatkan tempat tersembunyi di atas bukit. Bahkan kalau mau naik sedikit lagi, kita bisa mengunjungi Goa Raja. Gua ini merupakan tempat tapa brata atau semedi Pakubuwono VI dan Pangeran Diponegoro. Menurut beberapa literatur, Goa Raja digunakan oleh keduanya untuk mengatur strategi melawan kolonialisme Belanda.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.