“Ada acara BAF (Bandung Arts Festival) di Bojong Koneng. Kalau mau ikut moto-moto, nanti, saya jemput sekitar 07.30,” tulisnya.
Hawa dingin masih menusuk-nusuk pori-pori kulit takala sebuah pesan mampir lewat layanan WhatsApp (WA) ke ponsel saya, Sabtu (28/11/2020) pagi. Pengirim pesan yaitu Zelphi, pewarta foto senior yang bekerja untuk salah satu koran lokal di Kota Bandung.
Tanpa pikir panjang, saya langsung membalas pesan tersebut untuk mengiyakan dan bergegas mempersiapkan diri.
Singkat cerita, sesuai dengan waktu yang ditetapkan, Zelphi menjemput saya. Kami kemudian berboncengan di atas sepeda motornya, ngacir membelah udara dingin Kota Bandung.
Di tengah perjalanan, saya sempat bertanya kepada kawan saya itu, ihwal apakah acaranya tidak akan mengundang kerumunan. Zelphi menjelaskan bahwa Bandung Arts Festival kali ini dilakukan secara virtual, dengan memanfaatkan fasilitas streaming. Jadi, cuma panitia dan penampil saja yang hadir di lokasi acara.
Tak membutuhkan waktu yang terlalu lama, perjalanan kami hampir mendekati daerah Bojong Koneng. Namun, sebelum benar-benar sampai di tempat yang dituju, kami sempatkan singgah terlebih dahulu di sebuah jongko makanan pinggir jalan untuk sarapan. Pilihan menu kami pagi itu adalah nasi kuning. Sang penjual adalah seorang ibu, yang mengaku berasal dari Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah.
“Jualan sekarang lagi sepi. Banyak mahasiswa yang sedang mudik,” celotehnya, di sela-sela melayani kami berdua.
Beres sarapan, kami meluncur ke lokasi acara. Persisnya ke Jalan Bojong Koneng, Gang Kamas II, Nomor 38, Sukapada, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung. Namun, kami sempat kebablasan. Gang yang dimaksud terlampaui. Alhasil, kami mesti memutar dan berbalik melewati kembali rute yang telah kami lewati sebelumnya.
Suasana Pembukaan Bandung Arts Festival
Tiba di depan mulut gang dimaksud, terlihat beberapa orang tengah berjaga. Salah satunya adalah anggota Hansip. Saat kami menanyakan lokasi untuk memarkir sepeda motor, Pak Hansip itu pun segera memandu kami memarkirkan sepeda motor lokasi khusus di seberang jalan. Kemudian, dengan sigap ia mempersilahkan kami menuju tempat di mana acara di langsungkan yaitu di Studio Bongkeng Arts Space.
Begitu memasuki gang, kami lihat beberapa anak perempuan usia sekolah dasar berbaju kebaya, lengkap dengan selendangnya. Mereka dijadwalkan akan ikut mengisi acara Bandung Arts Festival hari itu.
Seorang operator tampak telah berada di balik alat mixing audio.Tak terlalu jauh darinya, ada para penabuh perkusi yang sedang bersiap pula.
Sembari menunggu acara, Zelphi dan saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil sejumlah gambar yang kami rasa perlu diabadikan.
Pukul 09.15, acara pun dimulai. Diawali dengan sajian sebuah tarian topeng tunggal yang disusul dengan tarian topeng berkelompok.
Bandung Arts Festival sendiri rutin dihelat saban tahun dan telah dijadikan sebagai kalender event tahunan Kota Bandung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Tahun ini adalah tahun ke-6 penyelenggaraannya. Tema yang diusung adalah “Doa untuk Alam Semesta”.
Bandung Arts Festival digelar selama tiga hari dan virtual
Digelar selama tiga hari, dari Sabtu (28/11/2020) hingga Senin (30/11/2020), secara virtual, Bandung Arts Festival ke-6 melibatkan seniman yang berasal dari 23 kabupaten/kota se-Indonesia dan juga seniman dari 28 negara.
Kepala Bidang Produk Seni dan Budaya Disbudpar Kota Bandung, Nuzrul Irwan Irawan, yang menghadiri dan membuka secara langsung Bandung Arts Festival ke-6, mengapresiasi acara ini. Menurutnya, di tengah pandemi corona (Covid-19), di mana ruang gerak kita semua terpaksa dibatasi, seniman tetap butuh ruang apresiasi dan ruang untuk berkreasi.
Nuzrul Irwan berharap, ke depan, Bandung Arts Festival bisa terus berlanjut dan semakin banyak seniman yang ikut ambil bagian.
Setelah dibuka secara resmi, tak kurang dari 27 suguhan seni dijadwalkan tampil di hari Sabtu itu. Jumlah tersebut kami ketahui dari lembaran rundown acara yang kami dapatkan dari pihak panitia acara.
Seusai pembukaan, Zelphi mengajak saya segera meninggalkan lokasi acara karena ia masih memiliki agenda lain yang harus dikejar.
Namun, tatkala kami berdua sedang bersiap-siap untuk menunggangi sepeda motor, seorang pemuda tergopoh-gopoh menemui kami. Ia memperkenalkan dirinya. Ternyata ia adalah salah seorang penampil tarian topeng di acara pembukaan Bandung Arts Festival. Namanya Aidi, seorang mahasiswa seni tari dari salah satu perguruan tinggi di Bandung.
Ia memohon kepada kami dikirimi sejumlah foto tatkala ia sedang berpose bersama Kepala Bidang Produk Seni dan Budaya Disbudpar Kota Bandung, Nuzrul Irwan Irawan.
Tentu saja, kami dengan senang hati memenuhinya. Untuk itu, saya memintanya menyebutkan nomor kontaknya yang terhubung dengan layanan WA. Saya lantas mencatat nomornya seraya berjanji untuk mengirimkan foto yang dimohonnya.
Aidi mengucapkan terima kasih. Sejurus kemudian, ia meninggalkan kami.