Bagi para pecinta sejarah, berwisata ke tempat bersejarah bisa masuk ke daftar kunjungan wajib jika mendatangi suatu kota. Salah satu tempat yang bisa menjadi destinasi rujukan oleh para pencinta sejarah adalah monumen peringatan peristiwa tertentu di masa lampau.

Mengunjungi monumen lebih dari sekadar berwisata. Datang ke monumen bersejarah bisa menapaktilasi peristiwa masa lalu yang melatarbelakangi pendirian bangunan tersebut. Selain itu juga bertujuan memupuk semangat patriotisme dan mengenang para pahlawan yang gugur mempertahankan kemerdekaan. Jasanya tak tergantikan dan hasilnya bisa kita nikmati bersama sampai saat ini.

Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso
Pengendara melintas di jalanan sekitar Monumen Gerbong Maut di dekat alun-alun dan kantor bupati Bondowoso/Sigit Candra Lesmana

Mengenang Peristiwa Kelam

Kali ini saya akan mengajak pembaca untuk mengunjungi salah satu monumen sejarah yang ada di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Namanya adalah Monumen Gerbong Maut. Nama monumen ini memang terkesan seram karena menjadi tugu peringatan bagi kejadian memilukan yang terjadi di masa lalu. 

Peristiwa tersebut berkaitan erat dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan usai Proklamasi 17 Agustus 1945. Kala itu Republik Indonesia yang baru saja berdiri mendapat ancaman dari Belanda. Belanda melancarkan operasi Agresi Militer Belanda sebanyak dua kali dengan tujuan menguasai kembali wilayah Indonesia.

Sampai akhirnya pada 23 November 1947, terjadi sebuah peristiwa kelam yang menghentikan perjuangan heroik rakyat Bondowoso melawan penjajah. Dalam data arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur (2011), setidaknya Belanda menangkap 100 orang karena bertindak subversif dan mengancam pemerintahan kolonial. Para pejuang tersebut diangkut dengan kereta api pukul 03.00 dini hari dari Stasiun Bondowoso menuju Stasiun Wonokromo, Surabaya untuk ditahan di Penjara Kalisosok.

Petugas keamanan menempatkan seratus orang itu ke tiga gerbong berbeda dalam keadaan tertutup rapat, yakni gerbong nomor GR 10152 berisi 30 orang, GR 446 berisi 32 orang, dan GR 5769 berisi 38 orang. Gerbong-gerbong itu berusia tua dan keropos. Suasana di dalam gerbong begitu menyiksa. Orang-orang berdesakan dan susah bernapas karena nyaris tanpa ventilasi udara. Suhu ruangan pun sangat panas akibat terik matahari sepanjang perjalanan. Ditambah kelaparan, kondisi tersebut akhinya menyebabkan korban berjatuhan. Sampai di Surabaya, sekitar 46 orang gugur. Sementara hampir separuhnya lagi mengalami sakit parah dan hanya sedikit yang tetap sehat.

Untuk mengenang perjuangan para pahlawan tersebut, pemerintah membangun Monumen Gerbong Maut di Jl. Amir Kusman, Potos, Kelurahan Badean. Tepat di sebelah selatan Alun-alun Bondowoso atau utara Kantor Bupati Bondowoso. Gerbong hitam tanpa ventilasi yang terpajang di monumen ini merupakan replika dari gerbong GR 10152, dengan ukuran panjang 3,5 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 3 meter. Gerbong yang asli tersimpan di Museum Brawijaya, Kota Malang.

  • Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso
  • Mengenang Para Pahlawan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso

Monumen Gerbong Maut Saat Ini

Lebih lanjut dalam arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, arsitektur monumen ini berupa pondasi berbentuk trapesium dengan panjang 9,5 meter, lebar 5,25 meter, dan tinggi 2,5 meter. Di sisi dinding terdapat relief yang menggambarkan pertempuran pejuang republik melawan Belanda. Adapun di bagian atasnya terdapat patung-patung pahlawan kita yang berjumlah 13 orang dan menunjukkan sikap menyerang lawan. Beberapa senjata yang terlihat antara lain panah, senapan, hingga bambu runcing. Monumen tersebut dikelilingi pagar beton berbentuk menyerupai bambu runcing bercat hijau.

Monumen Gerbong Maut terletak di lokasi yang strategis. Jika sedang berkunjung ke Bondowoso dan mampir ke alun-alunnya pasti bisa langsung melihat monumen ini. Selain karena ukurannya yang lumayan besar sehingga gampang menarik perhatian pengendara yang melewati jalanan tersebut. 

Beberapa tahun lalu sempat terjadi insiden yang menggegerkan Bondowoso. Terdapat sekelompok anak muda yang menggunakan gundukan monumen untuk bermain skateboard. Tentu saja membuat masyarakat geram. Peristiwa tersebut yang mungkin menyebabkan pintu pagar monumen akhirnya selalu dikunci. Meskipun begitu pengunjung atau wisatawan tetap bisa melihat dari trotoar yang mengitari monumen.

Tidak ada biaya tiket masuk untuk ke monumen ini dan dapat dikunjungi sepanjang waktu. Namun sebagai saran, sebaiknya datang saat pagi atau sore karena matahari tidak terlalu menyengat. Selain itu tetap harus berhati-hati dan memerhatikan arus lalu lintas di sekitar.

Untuk menjangkau lokasi Monumen Gerbang Maut dapat datang dari mana saja. Dari arah pusat Kabupaten Situbondo, jaraknya sekitar 35 kilometer atau 50 menit dengan mobil maupun motor. Sementara dari arah Jember berjarak kurang lebih 33,5 kilometer dengan durasi perjalanan yang hampir sama. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, tersedia kantung parkir di area alun-alun. Alun-alun Bondowoso juga bisa menjadi tempat pelepas lelah setelah melihat monumen. Banyak penjual makanan dan minuman untuk mencicipi kuliner khas setempat.

Referensi

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. (2011). Monumen Gerbong Maut. Pustaka Jawatimuran, https://jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id/


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar