Sosoknya terabadikan dalam wujud sebuah patung yang berdiri tegap di depan kantor Pemerintah Kabupaten Jember. Saat masih kecil, saya penasaran siapa sosok tersebut dan apa yang telah dilakukannya sehingga berhak mendapat penghargaan sedemikian rupa. Entah pada masa SMA atau kuliah, saya mulai mengetahui profilnya. Dia adalah Letnan Kolonel (Letkol) Inf. (Anumerta) Mohamad Sroedji, seorang pahlawan yang gugur dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia saat Agresi Militer Belanda II.
Memang Letkol Moh. Sroedji belum mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional, tetapi hal tersebut tetap terus diupayakan. Meskipun begitu, Letkol Moh. Sroedji mendapat penghargaan tanda jasa pahlawan Bintang Gerilya pada 5 Oktober 1949 dari Presiden Sukarno dan tanda jasa kehormatan Bintang Sakti dari Presiden Soeharto pada 8 Maret 1975.
Kiprah Letkol Moh. Sroedji Mempertahankan Republik
Letkol Moh. Sroedji merupakan pemimpin dari Brigade III Damarwoelan Divisi I. Ia dan pasukannya turut andil dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda.
Kala itu, pasukan yang dipimpin oleh Sroedji sedang dalam perjalanan pulang dari Blitar. Sekitar pukul 08.00 di Desa Karang Kedawung, sekitar 27 orang termasuk Sroedji dan Kepala Desa Karang Kedawung melakukan rapat koordinasi. Saat melakukan rapat inilah pasukan Belanda datang menyergap. Pertempuran tak bisa terhindarkan.
Karena pasukan Belanda lebih kuat dan pasukan Sroedji masih kelelahan setelah perjalanan jauh, mereka bermaksud untuk mundur. Namun, Sroedji kemudian tertembak di pundak bagian sebelah kiri dan terjatuh. Sroedji lalu dipapah oleh sahabatnya, dr. Soebandi yang juga merupakan dokter pasukan. Sayangnya, saat memapah Sroedji, Soebandi malah terkena tembakan dan gugur.
Peristiwa saat dr. Soebandi memapah Sroedji tersebut diabadikan dalam sebuah monumen yang terletak di tengah-tengah jalan raya Gajah Mada, Jember. Selain itu nama dr. Soebandi juga diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum daerah yang terletak di Patrang.
Melihat sahabatnya tewas, Sroedji gelap mata dan menerjang pasukan Belanda dengan sebuah pistol di tangan. Beberapa tembakan berhasil melumpuhkan pasukan Belanda. Bahkan ketika kehabisan peluru, Sroedji terus menerjang dan menghajar pasukan Belanda dengan popor pistol. Namun, pada akhirnya dia juga gugur setelah terkena rentetan tembakan. Di tempat gugurnya Sroedji inilah kemudian didirikan Monumen Letkol Moh. Sroedji sebagai pengingat jasanya saat itu.
Monumen dan Masjid An Nuur, Persembahan untuk Para Pahlawan
Monumen Letkol Moh. Sroedji berbentuk persegi dengan sebuah prasasti bertuliskan nama-nama pahlawan yang gugur saat peristiwa itu terjadi. Di sampingnya terdapat pilar bambu runcing sebagai simbol perjuangan. Letak monumen ini berada di depan Masjid An Nuur, yang memang dibangun sebagai persembahan untuk para pahlawan yang gugur.
Bangunan masjid tersebut bergaya tahun 1990-an dan beratap limas. Ukurannya tidak terlalu besar. Kondisi masjid masih terjaga sampai saat ini dengan warna cat kombinasi hijau dan putih yang khas. Suasana masjid sangat sejuk karena di sekelilingnya rimbun oleh pepohonan.
Di halaman masjid juga terdapat beberapa tanaman bunga hias. Sementara di bagian belakang terhampar areal persawahan yang cukup luas. Duduk dan beribadah di masjid ini membuat hati dan pikiran tenang, dibarengi suara tiupan angin dan kicauan burung yang sesekali terdengar.
Masjid ini biasanya digunakan untuk melaksanakan ibadah salat oleh warga sekitar atau para petani yang sedang mengolah sawah di sekitar masjid. Saat saya berkunjung, halaman masjid sedang digunakan untuk menjemur gabah. Jadi, keberadaan masjid tersebut bukan hanya sebagai pengingat, tetapi juga memberikan manfaat.
Monumen Letkol Moh. Sroedji terletak di Dusun Krajan, Karang Kedawung, Mumbulsari, Jember. Jika ingin berkunjung ke sana dari pusat kota Jember, bisa mengambil jalan menuju Jembatan Gladak Kembar, lalu belok kiri ke Jl. Letjen Panjaitan ke arah Kecamatan Mayang. Sesampainya di SPBU Mayang, belok kanan kemudian lurus menuju Desa Seputih. Dari Kantor Desa Seputih, monumen ini tinggal berjarak sekitar tujuh kilometer lagi.
Mengunjungi Makam Letkol Moh. Sroedji
Lalu di mana lokasi jenazah Letkol Moh. Sroedji disemayamkan? Sebelum itu, saya akan mengajak Anda untuk mengingat kisah memilukan setelah kematiannya.
Jenazah Sroedji digunakan tentara Belanda sebagai media propaganda. Almarhum diikat di belakang truk militer, lalu dengan kejam diseret puluhan kilometer berkeliling Kota Jember, sebagai peringatan bagi para pejuang kemerdekaan lainnya. Selama tiga hari jenazah Sroedji diletakkan begitu saja di depan Hotel Jember.
Kyai Dahnan, seorang pemuka agama bersama beberapa rakyat Jember, nekat mendatangi Hotel Jember untuk menjemput jenazah Sroedji lalu menguburkannya. Setelah mendapat izin, jenazah Sroedji yang penuh luka dengan cabikan bayonet dibawa ke sebuah musala kecil untuk dimandikan dan disalatkan. Kemudian jenazah dimakamkan di sebuah tempat pemakaman umum (TPU).
Ya. Letkol Moh. Sroedji memang tidak dimakamkan di taman makam pahlawan (TMP) seperti pahlawan lainnya. Lokasi makam pahlawan dari Kota Tembakau itu berada di TPU Tunjung, Jember Lor, Kecamatan Patrang.
Jalan akses ke TPU Tunjung lumayan sulit untuk ditemukan, sebab berada di tengah-tengah perkampungan. Jika dirinci, rutenya bisa dimulai dari jalan utama P. B. Sudirman. Tepat di depan sebuah dealer motor, belok ke Jalan Belimbing lalu arahkan menuju Jalan Belimbing Barat. Di jalan tersebut, areal pemakaman sudah terlihat. Gerbang TPU Tunjung berada persis di seberang Panti Asuhan Nurul Husna.
Setiap Hari Kemerdekaan atau Hari Pahlawan, selalu ada pengunjung yang berziarah ke makam Letkol Moh. Sroedji. Datang mendoakan sang pahlawan, menabur bunga, serta mengenang jasa-jasanya untuk Republik Indonesia.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Sigit Candra Lesmana, kelahiran Jember, 12 Maret 1992. Penulis lepas, beberapa tulisannya tersebar di berbagai media cetak maupun digital. Aktif berkegiatan di FLP Jember dan Prosatujuh. Dapat dihubungi melalui [email protected]