Usai mengabadikan nisan Adolph B. Andreas, 10 langkah ke utara, saya menyambangi nisan Casper Frederik Deuining. Ia seorang pengawas senior Pabrik Gula Cokro Tulung Klaten. Berdasar keterangan Hans Boers, beliau suami dari Djeminem Kamijoyom, anak dari Raden Tumenggung Kamidjoyo dan Raden Ayu Soemantri.

Pernikahan Deuning dan Djeminem digelar di Ceper pada 9 Septmber 1884. Pascamenikah, Djeminem berubah nama menjadi Johanna Trouwen, dan keduanya sempat tinggal sementara di Boyolali sebelum menetap di Klaten.

Menurut Hans, keluarga besar Deuning memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga August Jan Caspar Dezentje (Boyolali), P.A. Van Der Steur (Magelang), dan Kasunanan Solo.

Kerkhof Ceper
Nisan milik Casper Frederik Deuning, Pengawas Senior Pabrik Gula Cokro Tulung/Ibnu Rustamadji

Sebelum bekerja sebagai pengawas Pabrik Gula Cokro Tulung, ia seorang distributor suku cadang mesin pabrik gula dan kopi. Deuning bekerja sebagai insinyur mesin di Cokro Tulung sejak tahun 1886, kala itu John van der Linden menjadi atasannya.

Semasa bekerja, Deuning tercatat berperilaku baik. Ia pun mendapat kehormatan dari pemilik dan karyawan Pabrik Gula Cokro Tulung. Karirnya melonjak tajam. Berawal dari insinyur mesin dan pengawas pabrik, tahun 1890, Deuning mampu mengakuisisi seluruh manajemen Pabrik Gula Cokro Tulung. 

Sayangnya, tidak lama kemudian sang istri wafat pada 29 Mei 1898 di Klaten, disusul pemberitaan miring mengenai keluarganya dan kabar mengenai ditangkapnya adik bungsu Deuning yang bernama Ferdinandus, atas tuduhan membunuh bayinya yang baru dilahirkan. Hal ini merupakan pukulan bertubi-tubi baginya yang sedang di puncak kejayaan.

“Itu ternyata isu, untuk menutupi masalah sewa tanah perkebunan antara si orang (tidak diketahui siapa) dan Ferdinandus” terang Hans. “Untungnya, Deuning dapat mengatasi masalah hingga pergantian pengawas perkebunan gula Pabrik Gula Cokro Tulung hingga tahun 1899” tambahnya.

Enam tahun kemudian Casper Frederik Deuning wafat tanggal 9 September 1905, di usia 68 tahun dimakamkan di Ceper Klaten berdampingan dengan Adolph B. Andreas. Sedangkan makam istri Casper Deuning tidak diketahui berada di mana. Ada dugaan istri dan anak juga dimakamkan di sini.

Saudara kandung Deuning, mayoritas bekerja dengan Tuan Dorrepal dan Dezentje. Ada juga keluarganya, penyewa tanah perkebunan di Kaliwingko untuk budidaya padi. 

Nisan Polyglot yang Tersisa dari Keluarga Portier

Ada satu nisan Eropa yang berada di pemakaman ini masih utuh lengkap dengan epitaf tiga bahasa Jawa, Arab dan Belanda, biasa disebut makam polyglot. Baru kali ini, saya menemukan tiga bahasa dalam satu nisan.

Epitaf berbahasa Belanda berbunyi, “Hier Rust. Arend Alexander Portier. Geborend den 22 Augustus 1880, Overleden den 13 Januari 1886.” 

Epitaf nisan berbahasa Arab Pegon dan Jawa berbunyi, “Ing ngriki ajalipun. Arind Alexander Purtier, Lahir Ahad 22 Agustus 1880 Wulan Siyam ing Tahun Wawu 1071. Ajal Rabu Legi Tanggal Kaping 7 Robi’ul Akhir Tahun Dal 1818.” 

Ketiga epitaf artinya, “Di sini beristirahat. Arend Alexander Portier, lahir Minggu (puasa) 22 Agustus 1880, wafat Rabu (Legi) 13 Januari 1886/7 Robiu’ul Akhir Tahundal 1818.” 

  • Kerkhof Ceper
  • Kerkhof Ceper
  • Kerkhof Ceper
  • Kerkhof Ceper

Selain tiga bahasa berbeda, ada juga simbol kematian berupa pahatan berwujud tengkorak.

“Di Solo dan Jogja, banyak kerabat Portier. Kalau saya mencari menurut nama orang tua, atau leluhurnya ketemu nama Alexander Leendert Portier,” terang Hans. 

Tahun 1876 di Solo, ada penerbit dan penjual buku Namanya Jonas, usahanya bernama Jonas Portier en Co, tambahnya. Buku yang diterbitkan berbahasa Jawa kuno tentang perawatan sawah untuk mendapat hasil panen optimal. 

“Tahun 1881 toko Jonas Portier en Co dijual kepada tuan C.L. Baier,” sambungnya. Kediaman Jonas L. Portier en Co di Kedung Kopi, Solo juga dijual tanggal 1 Oktober 1880.

Nah, apakah mereka memiliki keterkaitan? Hans tidak bisa memberikan kepastian. Yang jelas ibunya priyayi dan sang ayah pegawai Belanda. 

  • Kerkhof Ceper
  • Kerkhof Ceper

Terakhir, ada satu makam lagi yang berada di timur makam Alexader Portier. Makam tidak dikenal, karena nama yang terukir rusak. Hanya tersisa hiasan makam berbentuk cincin yang artinya kehidupan abad.

Sebelum meninggalkan kawasan pemakaman, tidak lupa saya mengirim doa untuk mereka yang telah mendahului. Harapan saya, empat makam ini tidak dirusak demi menjaga bukti arkeologis bagi peneliti generasi mendatang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar