Subuh pada hari Sabtu. Kali ini saya harus menggerakkan sendi-sendi otot untuk bergegas mandi. Bukan untuk berangkat bekerja, tapi untuk merealisasikan wacana perjalanan bersama teman-teman kantor yang sudah dielu-elukan sedari November tahun lalu, namun baru Juni kemarin kami lakukan. Gelar “sarjana wacana” memang cukup pantas disematkan pada kami, hanya sekedar pergi ke Bogor saja dari Jakarta membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Tentang perjalanan kali ini, dibilang liburan, juga tidak. Tapi kalau dikatakan enggan liburan juga tidak pas. Pikiran saya hanya ingin mewujudkan keinginan seorang teman bernama Diana yang sudah ngidam untuk melawat di Kebun Raya Bogor. Iya betul, lokasinya harus di Kebun Raya Bogor. Tidak mau hanya sekedar di Taman Kota Jakarta. Saya juga tidak tahu mengapa harus di sana.
Saya tipikal orang yang kalau bepergian, tidak terlalu terpaku dengan waktu. Mengalir saja dengan menikmati setiap momen bersama. Namun, agak berbeda dengan Diana. Segala jadwal acara, menjahit kain untuk alas piknik, hingga briefing H-1 sebelum keberangkatan pun dilakukan.
Bak kepanitiaan kampus mengadakan acara study tour, semua hal harus dipersiapkan dengan matang. Titik kumpul pun sudah ditentukan di Stasiun Manggarai. Kami rencananya berkumpul di sana pukul 06.00 WIB. Tapi, karena teman-teman saya berempat dari Clement, Alifah, Gita, dan Diana menjunjung tinggi budaya lokal jam karet, baru sekitar pukul 07.30 kami baru berkumpul semuanya, cukup on time.
“KRL ke Bogor ada di peron 12,” ucap salah seorang petugas Stasiun Manggarai. Kami pun bergegas menuju ke sana. Nah, di sinilah kejadian seru mulai terjadi. Saya rasa kami semua sejak bangun tidur hingga naik KRL masih dalam keadaan setengah sadar, sleepwalking rasanya. Bagaimana tidak? Ketika menunggu kereta di peron 12, ada kereta yang datang kami langsung saja masuk tanpa memperhatikan informasi tujuan kereta tersebut. Ditambah lagi, ketika kami sudah masuk dan duduk. Kami langsung terhipnotis nyamanya kursi kereta hingga terlelap tidur. Hanya ada Diana yang masih membuka mata dan asyik membaca novel.
Saya sedikit terbangun ketika kereta sudah sampai di Stasiun Pasar Minggu Baru. Aneh, kenapa saya malah mendengar kereta ini sedang menuju ke stasiun akhir Cibinong dan Nambo. Wah salah naik kereta nih!
Lalu, cobalah saya bicara dengan Mbak Gita yang memang asli tulen Jakarta, “Nggak mungkin salah kereta, gue anak KRL nih. Udah pasti ke Bogor ini, kalo ke Nambo mah transit lagi,” ucapnya. Saya berdebat ngalor-ngidul dengan Mbak Gita yang kekeh bahwa kereta ini pasti sampai di Bogor, tapi dalam benak hati saya tetap berpikir sepertinya kami salah naik kereta.
Benar saja kereta ini bertujuan akhir di Nambo. Rencana awal sampai di Stasiun Bogor sekitar jam setengah sembilan menjadi molor karena harus kembali ke Stasiun Citayam untuk ganti kereta.
Kami akhirnya tiba di Bogor meskipun sangat meleset dari jadwal yang kami rencanakan. Sebelum naik angkutan kota berwarna hijau, kami membeli sedikit kudapan. Diana yang sangat semangat untuk tetap on track sesuai jadwal agaknya sudah pasrah. Apalagi melihat teman saya Alifah yang kerjanya sepanjang jalan hanya tidur saat di kereta maupun angkot. Mungkin dalam pikirannya, ya sudah yang penting tidak lagi wacana untuk piknik.
Tibalah kami di Kebun Raya Bogor, banyak pengunjung lain yang antri membeli tiket masuk menyambut kedatangan kami. Rencananya kami semua ingin mengelilingi Kebun Raya dengan menaiki sepeda, tapi melihat antrian yang cukup panjang kami urungkan niat tersebut. Coba beralih menaiki shuttle bus atau golf car ternyata harus menunggu sekitar 40–60 menit. Fix, kami salah tanggal.
Kami putuskan seketika, untuk langsung menuju inti acara. Piknik!
Setelah berkeliling mencari lokasi untuk menggelar tikar, akhirnya kami menemukan satu lokasi yang cukup luas dengan kondisi rumput yang kering, dan tentunya lokasi ini berada di bawah pohon yang cukup rindang.
“Cocok nih!” ujar saya.
Langsung saja segera menggelar tikar dan menata satu per satu makanan yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Bercengkrama bercerita satu sama lain sambil menikmati makanan. Saya mulai merasakan kehangatan yang sudah lama saya tidak rasakan.
Ingatan saya mulai muncul kembali akan kebiasaan keluarga saya dahulu yang cukup sering piknik bersama. Dari rumitnya persiapan berangkat, mencari spot untuk menggelar tikar, hingga makan bersama sambil bersenda gurau. Ternyata tanpa saya sadari, piknik bersama teman saya ini sangat membuat rindu akan keluarga yang saat ini sudah tidak utuh.
Meskipun, hanya bersama teman-teman kantor, setidaknya hal ini cukup memberikan kehangatan dan kebahagiaan yang sudah lama tidak saya rasakan. Memang betul waktu bersama orang-orang yang kita sayangi sangat-sangatlah berharga hingga ada ucapan bahwa hadiah yang sangat berharga dari seseorang adalah waktu yang dia berikan kepada kita. Karena, dari waktu bersama tadilah muncul kenangan yang akan selalu terpatri dalam jiwa setiap manusianya. Apalagi kalau waktu bersama ini menyangkut kehangaan dan kebersamaan dengan keluarga.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.