Terletak di jalur pantai utara Jawa, jalanan protokol kota kecil Pekalongan tak pernah henti dilintasi oleh truk-truk berukuran besar yang misinya melintasi Pulau Jawa. Namun, selain kota perlintasan—dan persinggahan—Pekalongan juga punya julukan lain, yakni Kota Batik.
Berbekal sebuah kamera saku analog, beberapa waktu yang lalu saya menelusuri kota itu. Perjalanan saya dimulai di sebuah kampung batik bernama Wiradesa. Kampung ini adalah kampung batik yang lumayan tenar, selain, tentunya, Pesindon yang suasananya lebih ramai ketimbang Wiradesa.
Bisa dikatakan, kampung ini adalah markasnya pengrajin batik rumahan. Coba saja datang sendiri. Kamu akan kaget mendapati hampir sebagian besar penduduk Wiradesa aktif memproduksi batik.
Saat sedang asyik jalan kaki di Wiradesa, mata saya tertumbuk pada seorang bapak yang sedang sibuk menjemur kain.
Deretan kain yang dijemur ini didominasi warna merah, warna menyolok. Refleks, saya pun tertarik untuk mendekat. Setelah mendekat, barulah saya paham kalau ia sedang menjemur kain yang baru saja diwarnai.
Toko sekalian “workshop”
Di Kampung Wiradesa, banyak toko yang juga berfungsi sebagai workshop tempat kamu bisa melihat pengrajin sedang membatik. Melihat para pengrajin mengayunkan canting di atas kain dan membuat pola-pola yang semakin lama semakin rumit, kamu pasti bakal jadi lebih menghargai batik.
Setelah mengambil gambar kain-kain yang sedang dijemur itu, saya pun melanjutkan perjalanan. Saya jalan kaki, terus, sampai saya menjumpai petak-petak sawah. Di sana beberapa orang petani sedang sibuk memanen padi.
Demi menikmati suasana, saya berhenti sejenak di sana. Saya juga sempat berbasa-basi sebentar dengan seorang petani, Pak Yanto, yang istrinya juga ternyata pengrajin batik tulis. Sebenarnya saya penasaran ingin mampir untuk melihat aktivitas membatik istri Pak Yanto. Sayang sekali waktu tak mengizinkan.
Saya pun meneruskan jalan kaki. Sesekali saya menyapa warga Wiradesa. Semua sibuk menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Di sudut saja, sekelompok orang sedang membangun rumah. Di pojok sana, anak-anak sedang bermain di sawah.
Sayang sekali saya harus pulang. Tapi, secantik batik, Kampung Wiradesa Pekalongan menggambar kenangan tak terlupakan dalam pikiran setiap orang yang pernah mengunjunginya, termasuk saya.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.