Itinerary

7 Hal yang Biasanya Dirindukan Para Pendaki Gunung

Kalau kamu belum pernah naik gunung, kamu pasti bertanya-tanya: “Apa sih yang bikin orang pengen naik gunung terus?” Jawabannya: karena banyak hal yang bikin kangen dari naik gunung. Jadi, apa saja sih yang biasanya dirindukan para pendaki gunung?

1. Samudra Awan

pendakian gunung lawu via cemoro sewu

Gunung Merapi, Merbabu, dan Sumbing/Fuji Adriza

“Lho, kok samudra? Bukannya samudra itu air?” Ini majas, Sob. Maksudnya samudra awan itu adalah hamparan awan yang mengambang di atas permukaan bumi. Dari gunung, hamparan awan ini sering tampak seperti lautan yang berujung di cakrawala.

Ini adalah salah satu pemandangan yang sering dilihat oleh para pendaki gunung. Nah, keindahan samudra awan itulah salah satu hal yang biasanya dirindukan para pendaki gunung.

2. “Milky Way”

mencegah kebakaran hutan

Berkemah di samping batu besar via pexels.com/Josh Willink

Malam hari di gunung, biasanya pas musim kemarau, para pendaki bakal bisa melihat salah satu pemandangan paling spektakuler di dunia: “Milky Way” alias Bimasakti, galaksi di mana tata surya kita berada.

Karena tata surya kita berada di pinggiran galaksi, dari Bumi Bimasakti tampak seperti jalur pipih yang berwarna putih. Tapi kalau diperhatikan, Bimasakti ini terdiri dari milyaran bintang yang berkelap-kelip warna-warni.

3. Matahari terbit

solo traveling

Menambah pengalaman via pexels.com/Abhiram Prakash

Hal berikutnya yang dirindukan para pendaki adalah matahari terbit alias sunrise. “Lho, emangnya kenapa? Matahari terbit kan bisa dilihat dari mana-mana?” Bener, sih. Tapi kalau dari kota biasanya matahari terbit terhalang sama hutan beton, Sob.

Dari gunung, kamu bisa menyaksikan matahari perlahan muncul dari balik cakrawala. Prosesi matahari terbit ini bakal menghasilkan sebuah pemandangan spektakuler, sebuah pertunjukan warna yang bakal bikin juri talent show langsung mencet bel.

4. Udara dingin

pendakian gunung lawu via cemoro sewu

Pagi hari di Sendang Drajat/Fuji Adriza

Kadang udara dingin di gunung bikin para pendaki mengutuk dalam hati. Tapi lucunya pas di “bawah” para pendaki bakal merindukan masa-masa ketika mereka kedinginan dalam tenda hanya dibalut oleh kantong tidur tipis.

Udara dingin ini jadi semacam pelarian dari “panasnya” kota. Pikiran jadi lebih adem ketika didinginkan oleh hawa gunung.

5. Keringat yang mengucur

naik gunung siang atau malam

Arah ke puncak Gunung Lawu/Fuji Adriza

Hal lain yang dirindukan para pendaki gunung adalah keringat yang mengucur deras selama mereka mendaki—serta napas yang ngos-ngosan.

Seolah-olah pas naik gunung semua racun dalam tubuh keluar lewat keringat-keringat yang mengucur itu. Makanya pas pulang naik gunung para pendaki bakal ngerasa sehat—meskipun kaki pegel.

6. Ketenangan

lawu via cemoro sewu

Gunung Wilis/Fuji Adriza

Ketenangan juga jadi hal yang sangat dirindukan para pendaki. Di gunung hanya ada suara alam dan suara tegur sapa para pendaki. Ketenangan seperti itu jelas bakal susah ditemukan di kota—apalagi di jalanan.

Suasana itulah yang bikin seorang pendaki jadi relaks. Dan urat saraf yang tegang selama di kota bakal kembali menjadi kendor.

7. Kawan-kawan sependakian

mencegah kebakaran hutan

Mengitari api unggun via pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi

Yang juga dirindukan oleh pendaki gunung adalah kawan-kawan sependakian. Gimana enggak kalau sepanjang trek pendakian mereka ketawa-ketiwi nggak jelas.

Trus malemnya ngumpul di sekitar api unggun sambil ketawa-ketiwi lagi. Niatnya mau tidur, eh malah ada yang ngajak becanda lagi. Akhirnya ketiduran dan muncak kesiangan. Lucunya, pas di puncak mereka ketawa-ketiwi lagi. Gimana nggak kangen sama genk kayak gitu?

Setuju, nggak?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

TelusuRI

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *