Dalam acara bertajuk “Indonesia All Around You” pada hari Jumat (28/7), GDG Jakarta dan TelusuRI memperkenalkan cara baru untuk mengungkap pesona Indonesia, yakni melalui virtual reality (VR).
Dihadiri oleh penggiat teknologi dan pariwisata, antara lain Anto Motulz (Creative Advisor Kreavi), Ivan Chen (CEO Anantarupa), Ketut (Kok Bisa Channel), Sami Kizilbash (Southeast Asia Developer Relations Google), Syukron (TelusuRI), Wahyu Widhi (Founder Landscape Indonesia), Utomo Widyasa (Co-Founder DCImaji), dan Yudhie Fardani (Produser DCImaji), bincang-bincang ini berusaha untuk mengolaborasikan teknologi, khususnya VR, dengan dunia pariwisata agar di masa depan industri pariwisata Indonesia dapat lebih berkembang.
“Virtual reality adalah teknologi masa depan,” ungkap Sami Kizilbash. “Semua tempat di galaksi bisa kita rasakan, nikmati, dan jelajahi dari ruangan kita sendiri tanpa berpindah tempat.”
Untuk merasakan sebuah pengalaman berpindah yang otentik, sekarang manusia tidak perlu lagi melangkah. Yang perlu dilakukan hanyalah memasang gawai sedemikian rupa. Dengan sensor yang dimiliki gawai VR, seseorang yang hanya berdiam di rumah pun dapat merasakan apa yang dialami oleh mereka yang benar-benar menginjakkan kaki di tempat-tempat tertentu seperti gunung. Sebab, tidak semua orang berkesempatan untuk menginjakkan kaki di gunung.
Berkolaborasi untuk membuat konten Virtual Reality
Pada sesi diskusi panel, Wahyu Widhi, pendiri Landscape Indonesia dan penulis buku foto tentang pendakian gunung yang berjudul “Merbabu, Pendakian Bertabur Bintang,” mengungkapkan bahwa semula ia ingin membuat VR 360 Merbabu alih-alih buku foto.
“Belum ada yang mendokumentasikannya (Gunung Merbabu) menggunakan VR. Jadi kita (pergi) ke sana dan make it happen,” ungkap Wahyu Widhi. Namun ternyata foto-foto yang dihasilkan Widhi saat pendakian layak untuk dikumpulkan dalam sebuah buku foto. “Jadi kenapa nggak kita dokumentasikan juga perjalanan ini melalui buku dan foto.”
Di acara ini pengunjung juga dapat melakukan tur VR pendakian Gunung Merbabu yang dilakukan oleh Wahyu Widhi pada tahun 2015 lalu.
Konten virtual reality dapat dibuat menggunakan kamera aksi seperti GoPro atau kamera-kamera lain yang lebih sederhana meskipun hasilnya akan kurang detail. Namun kekurangan-kekurangan tersebut masih bisa ditutupi sebab konten virtual reality akan melewati proses penyuntingan di perangkat lunak.
Sekarang, semua orang dapat membuat konten virtual reality mereka sendiri. Google mengakomodasi hal tersebut dengan meluncurkan VR @Google. “VR @Google, merupakan museum online yang memberikan pengalaman spesial ke semua orang. Di sana setiap orang bisa membuat Google carbon-nya sendiri sesuai dengan keinginannya, karena Google menjelaskan semua caranya di website sehingga memudahkan semua kalangan yang ingin meng-create karyanya via VR,” jelas Sami Kizilbash.
Keterbukaan informasi memang sudah mulai menyibak potensi-potensi pariwisata Indonesia. Melalui gawai yang kian hari kian canggih, semua orang bebas membagikan cerita, foto, dan video lewat berbagai media, dari mulai media cetak, daring, sampai media baru seperti media sosial. Destinasi-destinasi yang semula tidak dikenal pun sekarang menjadi ramai. Teknologi anyar seperti virtual reality dan kolaborasi untuk membuat dan menyebarkan konten akan mengakselerasi pertumbuhan industri pariwisata Indonesia. (FA)
1 komentar
[…] ini ditulis oleh Telusuri. Silakan klik link ini untuk menuju ke sumber […]