Sampah sejak dulu memang selalu menjadi perhatian utama di Indonesia dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Indonesia juga merupakan penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia setelah China.
Akhir-akhir ini semakin gempar pemberitaan yang memperlihatkan perairan di Indonesia tercemar parah, sungai berisikan air yang hitam, bau, dan tak jarang tertutup sampah plastik. Laut dan pantai yang seharusnya bersih, kini juga menjadi tempat sampah berlabuh. Ekosistem sekitar pun ikut rusak.
Tak jarang juga kita menonton video melalui media sosial yang memperlihatkan terumbu karang yang awalnya berwarna-warni berubah menjadi tandus, sampah-sampah plastik kadang tersangkut diantaranya. Sering juga saya melihat video yang memperlihatkan satwa laut terluka karena terperangkap jaring, karet ban, dan sampah plastik—yang mana jika tidak mendapat pertolongan dari manusia benda itu selamanya akan terperangkap dan melukai tubuh satwa tersebut. Tak jarang pula ditemukan ikan atau satwa laut lain yang terdampar mati di pantai, lalu saat perut satwa tersebut dibedah, isinya penuh dengan sampah plastik.
Dari hal itu seharusnya kita sudah dapat melihat akibat dari sampah plastik itu sebesar apa. Ikan memakan sampah atau berenang di air yang sudah tercemar, lalu ikannya kita yang makan. Sama saja manusia memakan sampah yang dibuangnya secara sembarangan, kan?
Konsumsi barang-barang berbahan plastik atau non organik sangat tidak beraturan. Selain pola pemakaian, cara kita membuang sampah juga sangat memprihatinkan, tangan kita sangat ringan untuk membuang sampah sembarangan yang nantinya sampah itu akan terbawa air, angin berujung ke sungai dan bermuara di laut.
Nggak heran kalau sering kita melihat kampanye cinta lingkungan berseliweran di media sosial.
Cara untuk mengurangi sampah plastik setiap harinya itu tidak susah kok, nggak perlu susah-susah nunggu aturan pemerintah, kita bisa mulai dari diri sendiri dulu. Kita bisa mulai dengan mengurangi penggunaan barang-barang yang sulit terurai. Seperti mengurangi beberapa barang di bawah ini, simak ya!
Tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai
Penggunaan kantong plastik memang sudah seperti kebiasaan bahkan bisa dibilang seperti kebutuhan. Plastik digunakan untuk membawa barang atau benda yang memiliki skala besar atau banyak. Dimanapun kita berbelanja selalu akan diberi plastik, ke pasar, ke supermarket, atau beli apapun lah pasti kantong plastik menjadi barang yang tidak pernah ketinggalan, dan jika lupa pasti bakalan minta.
“Minta kantong plastiknya dong Mba, double ya biar nggak sobek.” Ucapku.
Saat ini pemerintah dan di beberapa daerah sudah menerapkan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai di supermarket atau swalayan, bagi pembeli diwajibkan membawa kantong sendiri atau membeli kantong kain yang sudah disediakan.
Ya, meskipun itu makanan atau barang yang dibeli di supermarket memiliki kemasan plastik juga yang lebih tebal, tapi setidaknya dengan menggunakan kantong/tas kain kita bisa mengurangi sekian persen sampah plastik. Harapannya sih, kamu juga mulai menggunakan kantong kain meski di tempatmu belum menerapkan aturan ini.
Bijak menggunakan masker medis
Setelah COVID-19 resmi ditetapkan menjadi bencana nasional di Indonesia, penggunaan masker medis menjadi hal penting bagi setiap orang. Dampaknya, sempat kita rasakan beberapa waktu lalu saat terjadi kelangkaan masker medis. Lalu, karena penggunaan masker medis sekali pakai menggunakan masker medis sekali pakai, sehingga masker medis juga berkontribusi dalam kenaikan produksi limbah medis.
Menurut observasi dan proyeksi Bappenas, produksi limbah medis naik hingga 400% dibanding kondisi sebelum pandemi COVID-19, dan hingga Desember 2020, kenaikan limbah medis mencapai 30%-50%. Limbah medis [masker] yang seharusnya dihancurkan dengan cara khusus dan di tempat khusus, kini dibuang sembarangan.
Beberapa jenis masker medis sekali pakai punya kandungan plastik. Sebagian lagi mengandung bahan kimia bersifat karsinogenik, memiliki bahan aditif, tahan air, hingga UV stabilizer yang mana akan sangat berbahaya jika terpapar ke lingkungan. Jadi bingung, kan? Mau menghindar dari COVID-19 tapi enggan kontribusi penumpukan limbah masker medis sekali pakai.
Baru-baru ini, WHO memberikan solusi. Berdasarkan anjuran WHO per 1 Desember 2020, masyarakat berusia kurang dari 60 tahun dan tidak memiliki masalah kesehatan sebaiknya menggunakan masker kain.
Selain itu, sebaiknya kita mengurangi intensitas kegiatan di luar rumah jika tidak ada hal mendesak supaya penggunaan masker medis (dan masker sekali pakai) berkurang. Atau hanya gunakan masker medis jika hanya bepergian jauh dalam jangka waktu lama, dan bertemu dengan banyak orang.
Terobosan menstrual cup dan pembalut kain
Pembalut sekali pakai memang menjadi barang wajib untuk dimiliki oleh para perempuan, karena dipakai setiap bulannya. Namun, pernahkan berpikir kemana saja sampah pembalut sekali pakai ini?
Pembalut sekali pakai seiring berjalannya waktu akan mengeluarkan gas metana yang berakibat pada pencemaran lingkungan dan menyebabkan kenaikan temperatur di permukaan bumi sehingga menyebabkan pemanasan global.
Untuk mengurangi sampah pembalut ini, sering kita berpikiran untuk memusnahkan dengan cara dibakar. Ternyata ini adalah cara yang salah dan justru memperparah pencemaran karena hasil dari pembakaran yaitu dioksin dapat meracuni tubuh manusia, merusak fungsi organ, dan sistem tubuh.
Anggap saja wanita menggunakan 3-4 pembalut sekali pakai dalam sehari, lalu kalikan dengan lama menstruasi. “Kalau dihitung-hitung, jatuhnya bisa di atas 300 pembalut per orang setiap tahunnya,” ujar Jeanny Primasari, penggagas komunitas Zero Waste Nusantara, dikutip dari CNNIndonesia.com.
Nah, untuk mengurangi dampak gas metana, plastik, bahan pemutih, dioksin, dan zat-zat lainnya dari pembalut, kita dapat beralih dari pembalut sekali pakai menjadi pembalut kain atau menstrual cup. Kedua benda ini tentunya bisa menggantikan pembalut sekali pakai, tidak berdampak buruk untuk tubuh, ramah lingkungan, dan lebih ramah di kantong.
Masih banyak lagi terobosan untuk mengurangi produksi sampah khususnya plastik. Kamu bisa baca-baca tipsnya di Topik Khusus Sampah Kita, atau tengok juga komunitas-komunitas zero waste dan lainnya. Jadi, kamu sudah mulai menerapkan gaya hidup bebas dari plastik, belum?
Sampah Kita merupakan sebuah tajuk untuk berbagi pengalaman refleksi tentang sampah. Sampaikan cerita dan refleksimu soal sampah, bagikan tips dan kiat menyelesaikannya di telusuri.id/sampahkita.
Sampah Kita didukung oleh Lindungi Hutan dan Hutan Itu Indonesia.
Tinggal di kaki Gunung Wali, tapi tak pernah bosan dengan indahnya dataran tinggi. Gemar memanjakan lensa mata dengan potret indah untuk disimpan.