Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman. Ia merupakan cucu Pangeran Paku Alam III. Namanya tentu tak asing, ia menjadi Menteri Pendidikan pertama di Indonesia dan mendapatkan gelar pahlawan nasional. Untuk mengenang jasa dan perjuangannya, kita bisa berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya.
Sejarah Singkat Museum Dewantara Kirti Griya
Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) merupakan museum memorial, berupa tempat atau rumah bekas kediaman seorang tokoh yang patut diabadikan dalam sejarah bangsa. Di dalam museum ini disajikan gambaran riwayat hidup dan sejarah perjuangan Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan dan pahlawan nasional Indonesia.
MDKG dahulunya adalah rumah Ki Hajar dan keluarganya. Rumah tersebut dihuni sejak tanggal 16 November 1938, bertepatan dengan diresmikannya Pendapa Agung Tamansiswa (Monumen Persatuan Tamansiswa). Bangunan rumah tersebut bergaya Hindia—Belanda klasik.
Rumah ini menempati tanah yang dibeli atas nama Ki Hajar Dewantara, Ki Sudarminto, Ki Supratolo dari Mas Adjeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus 1935. Pada tanggal 18 Desember 1951, kepemilikan tanah dan bangunan tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa.
Pada tanggal 3 November 1957, Ki Hajar pindah ke rumah yang diberikan para alumni dan pecinta Tamansiswa di Jl. Kusumanegara 131, Yogyakarta. Pada tahun 1958, Ki Hajar mengajukan permintaan kepada sidang Pamong Tamansiswa agar rumah bekas tempat tinggalnya yang berada dijadikan museum. Setelah Ki Hajar wafat pada tahun 1959, mulai tahun 1960, Tamansiswa berusaha untuk mewujudkan gagasan almarhum.
Setelah melewati beberapa proses, Museum Dewantara Kirti Griya diresmikan pada 2 Mei 1970. Hal itu bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Kata Dewantara diambil dari nama Ki Hajar Dewantara sedangkan Kirti berarti “pekerjaan”, dan Griya berarti “rumah”. Dengan demikian arti lengkapnya adalah Rumah yang berisi hasil kerja Ki Hajar Dewantara.
Alamat, Jam Kunjung Museum, dan Harga Tiket
Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) berlokasikan di Jalan Tamansiswa No. 31 Yogyakarta Kompleks Majelis Luhur Tamansiswa. Museum ini buka setiap hari Senin—Sabtu. Pada hari Sabtu—Kamis MDKG buka pada pukul 08.00—13.00 WIB dan pada hari Jumat MDKG buka pada pukul 08.00—11.00 WIB. MDKG tutup setiap hari Minggu dan hari besar (hari libur nasional).
Ketika pandemi seperti sekarang ini, MDKG menerima kunjungan dengan menerapkan protokol kesehatan dan dengan melakukan jumlah pembatasan pengunjung. Jumlah pengunjung maksimal 25 orang. MDKG saat pandemi juga melayani kunjungan ke museum secara virtual apabila ada pemberitahuan atau permintaan sebelumnya.
Tiket masuk di MDKG yakni sukarela, namun jika menggunakan jasa edukator maka akan dikenai biaya Rp5000/orang. MDKG juga memiliki varian harga yang berbeda untuk yang memesan Program Paket Kunjungan. Untuk Paket A dikenai biaya Rp1000/orang, Paket B dikenai biaya Rp15.000/orang, Paket C dikenai biaya Rp35.000/orang, Paket D dikenai biaya Rp50.000/orang. Masing-masing paket menawarkan program dan fasilitas yang berbeda-beda.
Koleksi Museum Dewantara Kirti Griya
Jumlah koleksi Museum Dewantara sebanyak 3.257 buah yang terdiri dari koleksi historika (sebanyak 1.207) dan koleksi filologika (sebanyak 2.050). Dua jenis koleksi tersebut terbagi menjadi 3 hal yakni: 1) Bangunan, berupa rumah bekas tempat tinggal Ki Hajar Dewantara dan Pendapa Agung Tamansiswa; 2) Koleksi Realia, yakni koleksi berupa benda-benda yang berhubungan dengan Ki Hajar yang memiliki peran dalam peristiwa sejarah seperti naskah, perabotan, pakaian, alat-alat kerja, dan arsip; 3) Koleksi lainnya berupa foto, benda pecah belah, surat kabar, dan buku-buku.
Fasilitas dan Program Museum Dewantara Kirti Griya
Tata pameran di Museum Dewantara Kirti Griya dibagi menjadi enam ruangan. Keenam ruangan tersebut menggambarkan perjuangan Ki Hajar dari awal hingga akhir hayatnya.
Ruang Pamer 1 merupakan ruang khusus milik Ki Hajar Dewantara. Di sana terdapat terdapat benda-benda yang pernah dimiliki dan digunakan olehnya. Ruang Pamer 2 berada tepat di bagian depan museum. Ruangan ini merupakan keluarga milik Ki Hajar Dewantara. Di dalamnya tersimpan koleksi berupa foto-foto dokumentasi, kursi goyang, lemari, jam, koleksi souvenir, dan lambang Tamansiswa.
Ruang Pamer 3 berada di sebelah kanan ruang keluarga. Ruangan ini dahulu merupakan ruang tamu. Di ruangan ini terdapat berbagai benda peninggalan seperti meja kursi tamu, telepon, foto dokumentasi, dan patung Ki Hajar Dewantara.
Sedangkan di Ruang Pamer 4, yang berada di sebelah kanan ruang tamu, dahulu dipakai sebagai ruang kerja. Di ruangan ini terdapat piano, meja kerja, foto dokumentasi, kumpulan buku, radio, piagam penghargaan, dan bendera Tamansiswa.
Ruang Pamer 5 dan Ruang Pamer 6 merupakan kamar tidur Ki Hajar Dewantara beserta keluarganya. Di Ruang Pamer 5 terdapat koleksi museum berupa meja rias Nyi Hajar, foto Nyi Hajar, koleksi kebaya, dan kain Nyi Hajar beserta keluarga, serta perlengkapan Ki Hajar Dewantara beserta istrinya. Di Ruang Pamer 6 tersimpan lemari pakaian, foto Ki Hajar Dewantara beserta istri dan anaknya, tempat tidur, dan gamelan Tamansiswa.
Museum Dewantara Kirti Griya juga dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti toilet, mushola, tempat parkir, dan perpustakaan. Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya memiliki banyak koleksi yang bermanfaat. Koleksi unggulannya adalah koleksi langka yang terdiri atas koleksi majalah Pusara, manuskrip, dan lainnya. Museum Dewantara Kirti Griya juga menyediakan souvenir untuk dijadikan kenang-kenangan bagi para pengunjung.
Museum Dewantara memiliki program-program unggulan yang digunakan untuk menarik para pengunjung. Dalam menjalankan program tersebut pihak pengelola museum bekerja sama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Komunitas Cakra Dewantara dan Majelis Luhur Tamansiswa. Beberapa programnya adalah kegiatan Paket Kunjungan (Paket A-D), Virtual Tour, Diskusi Daring, Pamong Pelopor Sariswara, dan Pekan Dewantara.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu!
Imam Basthomi tinggal di Nganjuk, ditengah kesibukannya menjadi mahasiswa di uinsuka, Basthomi menekuni sejarah, pariwisata, museum dan cagar budaya lainnya.