Jogja selalu menjadi tempat yang paling istimewa, bukan hanya karena namanya, tapi karena tempat-tempat di Jogja selalu memberikan keistimewaan bagi siapapun yang pernah berkunjung ke sana. Selalu ada tempat baru yang bisa dikunjungi, menawarkan beranekaragam pengalaman. Namun dari itu semua, pengembangan pariwisata ini tidak lepas dari andil para penduduk yang mengembangkan daerah wisata tersebut menjadi lebih baik.
Pengelolaan kawasan wisata yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Jogja juga perlu diapresiasi. Kita jarang menemukan tempat-tempat wisata yang tidak terawat, baik dari segi infrastrukturnya, maupun dari segi lingkungan sekitarnya.
Masyarakat di sini sepertinya sadar, bahwa dengan menjaga lingkungan tempat wisata tersebut, bisa mendatangkan manfaat selain hanya rezeki bagi mereka. Perawatan dan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan limbah pariwisata menjadi perhatian penting pengelola-pengelola tersebut, untuk keberlanjutan jangka panjang perekonomian warga di Jogja pada umumnya dan masyarakat sekitar tempat lokasi wisata.
Salah satu tempat yang kiranya menjadi sebuah percontohan dalam pengelolaan limbah pariwisata di Jogja yang cukup baik adalah Desa Wisata Sidoakur, yang terletak di Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Sidoakur merupakan sebuah desa tradisional yang masih asri dengan menawarkan wisata berbasis budaya khas Jogjakarta. Di sini, pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas budaya seperti melihat aktivitas warga, produksi kerajinan, atau aktivitas lainnya yang dikelola secara swadaya oleh kelompok masyarakat.
Desa ini pernah menjadi lokasi penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Se-DIY pada tahun 2015 silam, karena pada saat itu desa ini cukup siap menjadi sebuah area penyelenggaraan, dengan berbagai fasilitas pendukung dan lokasinya yang masih bisa dijangkau dengan mudah dari pusat kota Jogja.
Salah satu fasilitas pendukung yang menjadi unggulan adalah tersedianya rumah untuk digunakan menginap bagi pengunjung. Desain homestay di sini masih tradisional, kita bisa menemukan rumah-rumah penduduk di sekitar menerapkan konsep limasan dan Joglo, bentuk khas rumah adat Jawa. Setidaknya tersedia 20 Unit rumah yang bisa menampung pengunjung hingga kapasitas 100 orang.
Desa ini tergolong sebagai Lokasi wisata yang ramah lingkungan, karena masyarakat mengolah berbagai macam limbah yang diproduksi oleh masyarakat menjadi berbagai macam produk yang bisa dinikmati bersama. Sebagai contoh, kita bisa menemukan unit pengolahan limbah MCK menjadi Biogas yang dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat.
Biogas yang dihasilkan dari unit ini menjadi salah satu bahan bakar alternatif untuk memasak di rumah, sebuah bentuk pengolahan limbah menjadi energi yang sangat bermanfaat bagi lingkungan. Selain biogas, pengolahan limbah menjadi bentuk energi juga bisa kita temukan pada percobaan pembuatan briket arang dari limbah kulit kacang. Daerah pertanian di sekitar Sidoakur terdapat area yang ditanami dengan kacang tanah, dan sisa kulit kacang hasil produksi ini kemudian dikelola menjadi briket untuk bahan bakar alternatif.
Pengolahan sampah lain yang bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar sini adalah pengolahan sampah organik seperti sayur-mayur dan sisa pengolahan makanan, menjadi pupuk kompos.
Pengolahan pupuk kompos ini dilakukan dalam sebuah unit pengolahan yang dikelola oleh masyarakat, dengan mencampurkan sampah-sampah yang berpotensi menjadi pupuk, kemudian dicampur dengan limbah ternak yang dimiliki oleh beberapa penduduk di Sidoakur ini.
Hasil pengolahan kompos ini kemudian dimanfaatkan secara bersama-sama atau dijual untuk kepentingan pemasukan kas desa. Pengelola juga mengajak pengunjung yang ingin mengikuti aktivitas bercocok tanam di wilayah ini dengan membantu menyirami kompos cair hasil produksi ke lahan-lahan yang disediakan. Semua aktivitas ini sudah dikemas menjadi sebuah agenda paket wisata yang bisa diikuti ketika melakukan paket satu kali kunjungan atau saat mengikuti aktivitas menginap.
Pengolahan-pengolahan limbah lain yang juga bisa ditemukan pada desa ini adalah pengolahan sampah plastik menjadi sebuah kerajinan. Bentuk-bentuk kerajinan yang diproduksi bermacam-macam, mulai dari aksesoris kecil, hingga tas yang beraneka bentuk. Kebanyakan kerajinan ini diproduksi dari sampah kemasan deterjen atau sampah plastik kemasan makanan.
Produksi kerajinan ini merupakan bentuk aktivitas yang dikelola oleh Ibu-Ibu PKK, dan kita sebagai pengunjung juga bisa mengikuti aktivitas, untuk sekedar belajar membuat kerajinan, atau membeli kerajinan yang sudah selesai dibuat, sebagai bentuk buah tangan. Tentu selain dari limbah plastik, kerajinan lain yang bisa kita dapatkan di sini adalah aneka bentuk perabotan dan aksesoris dari anyaman bambu yang menjadi olahan utama di wilayah ini.
Dari Sidoakur, kita bisa belajar banyak tentang bagaimana masyarakat yang tinggal dalam sebuah kawasan bersatu padu untuk menjaga lingkungan tetap asri. Mereka yang tinggal disini sangat paham bahwa kewajiban untuk menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama-sama, bukan hanya masyarakat yang tinggal, tetapi juga bagi mereka yang berkunjung sebagai seorang turis.
Kiranya hal ini menjadi contoh bersama yang bisa kita ambil nilai-nilai edukasinya, dan ditularkan kepada masyarakat di sekitar kita. Atau setidaknya ditularkan untuk diri kita pribadi, tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.