Ubay unjuk kebolehan salto. Mengitari lapangan sekolah. Dia tampak riang, tidak canggung sama sekali. Padahal sekelilingnya ramai pelajar perempuan dari SMPN 1 (Spensa) Kota Cirebon.
Siang itu (22/1/2025), sebanyak 46 murid kelas 8 Spensa berlatih memainkan liong dan barongsai di lapangan Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Budi Utama, Kesambi, Kota Cirebon. Mereka tak sungkan belajar pada anak-anak berkebutuhan khusus. Ada yang autis, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita; termasuk Ubay yang mengidap down syndrome.
Tapi jangan salah, pelajar SLBN Budi Utama sejak lama menguasai atraksi liong dan barongsai. Di tengah keterbatasan fisik, mereka lihai memainkan topeng besar simbol naga dan singa dalam budaya Tiongkok. Wajar saja siswa-siswi Spensa yang dikenal sebagai pelajar sekolah unggulan, mau berguru pada para penyandang disabilitas itu.

“Kami ingin menyuguhkan sesuatu yang spesial pada acara Spectrum nanti, jadi berlatih kemari,” kata Susan, wali murid Spensa yang bertugas sebagai pendamping.
Spectrum merupakan akronim Spensa Creatix Artes Fastum. Pentas seni tahunan yang mewadahi kreativitas pelajar. Bila sebelumnya cenderung menampilkan kreasi kesenian Nusantara, Susan ingin tahun ini agak berbeda: mengangkat akulturasi budaya di wilayah pesisir utara.
“Tema besarnya tentang kedatangan Laksamana Cheng Ho dan Putri Ong Tien ke Cirebon,” tutur Susan.
Karena keduanya berasal dari Tiongkok, lanjut dia, unsur pemain pedang dengan gerakan wushu, kemudian kemunculan barongsai dan liong, diselingi tari kipas merah, menjadi perwujudan kehadiran Cheng Ho dan Ong Tien ke tanah leluhur Sunan Gunung Jati. “Pelajar Spensa coba mengingatkan publik. Khazanah budaya lokal tak bisa lepas dari tradisi orang luar,” ujar wanita berkerudung merah muda itu.
Anak-anak Spensa berlatih sepekan tiga kali. Targetnya dalam 15 kali pertemuan, bisa memaksimalkan penampilan di acara Spectrum yang dihelat 17 Februari 2025. “Ini latihan keenam, gimana, sudah lumayankah?” tanya Susan. “Kelihatan bagus,” jawab saya.
Persiapan pelajar SMPN 1 Cirebon menuju Spectrum 2025/Mochamad Rona Anggie
Ekstrakurikuler Sejak 2007
Bagi murid SLBN Budi Utama, latihan bersama pelajar Spensa merupakan pemanasan sebelum tampil di acara Tahun Baru Cina (Imlek) dan Cap Go Meh (hari ke-15 Imlek). Ini kegiatan rutin tahunan sejak 2007, ketika pertama kali atraksi barongsai dan liong diperkenalkan kepada siswa-siswi berkebutuhan khusus di sana.
“Hampir 18 tahun kami mengakrabi barongsai. Ekstrakurikuler (ekskul) paling diminati,” kata Dodo Darmawan, guru pendamping ekskul.
Selama itu, lanjut dia, Perguruan Seni Bela Diri (PSBD) Kelabang di bawah asuhan Shandy Bernard Sianto, setia melatih Ubay dan kakak-kakak kelasnya terdahulu dalam mengembangkan minat-bakat mereka. “Pak Shandy kini staf pengajar kami. Beliau berhasil menumbuhkan kepercayaan diri murid-murid,” ungkap Dodo.

Bukan kehidupan jika tanpa aral melintang. Dodo membeberkan, sepanjang 2007-2024, ekskul barongsai sempat vakum di dua kepemimpinan kepala sekolah (kepsek). Baru pada 2021 aktif kembali hingga sekarang, di bawah arahan kepsek Dadan Dani Kustanto.
Padahal, menurut Dodo, para guru mengapresiasi kehadiran ekskul barongsai, karena dirasakan mampu meningkatkan kepercayaan diri murid dan melatih kekompakannya. Kini, dalam beberapa kesempatan malam minggu, barongsai SLBN Budi Utama kerap diundang tampil di balai kota, difasilitasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon. “Anak-anak senang, selain bisa unjuk kebolehan, juga diberi uang saku,” ujarnya.
Tak hanya jago kandang, tim barongsai SLBN Budi Utama juga pernah menghibur penonton di acara Jabar Masagi tahun 2023. “Saat itu kami diminta tampil oleh Gubernur Ridwan Kamil,” kata Dodo. Kemudian pernah pula memeriahkan acara pembukaan Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat, peresmian Stadion Jalak Harupat, sampai diundang dalam aktivitas kesenian di pondok pesantren.

Tantangan Komunikasi dan Suka Berkelahi
Pelatih PSBD Kelabang, Shandy Bernard Sianto mengungkapkan, dirinya antusias mendampingi murid SLBN Budi Utama menekuni barongsai sejak 18 tahun lalu. Sebab, ia yakin, keterbatasan pada seorang manusia bukan berarti mematikan kreativitasnya. “Alhamdulillah, siswa semangat berlatih. Mau terus belajar. Tak kenal putus asa,” tegasnya.
Sejauh ini ada 20 murid SLBN Budi Utama aktif berlatih bersama Shandy. Mulai kelas 3 SD sampai tingkat SMA. Tantangan apa yang dihadapinya, ketika awal berkenalan dengan para penyandang disabilitas itu? Shandy mengakui soal komunikasi jadi kendala utama, karena memang mayoritas pelajar SLB memiliki kekurangan demikian.
Belum lagi, kata Shandy, tahun-tahun pertama melatih banyak siswa suka berkelahi. “Saya sampai kewalahan,” kenangnya. Hal itu terjadi karena antarmurid cenderung tak mau diam, hingga tidak sengaja menyenggol temannya, lalu berlanjut pertengkaran. Sementara untuk mengatasi kesulitan komunikasi, Shandy mengakalinya dengan langsung memberi contoh gerakan fisik, yang segera diikuti para siswa.
Shandy menjelaskan dalam setiap tahunnya, total latihan efektif personel barongsai Budi Utama adalah enam bulan. Mengintensifkan latihan akrobat (salto depan dan belakang) serta wushu. Seiring waktu secara teknikal kemampuan anak-anak itu menunjukan hasil positif. “Mereka telah menguasai beberapa poin atraksi barongsai, sehingga bisa berbagi pengalaman kepada pelajar Spensa,” terang lelaki 43 tahun itu.
Soal disiplin latihan, sambung Shandy, murid SLBN Budi Utama juga patut diberi acungan jempol. Bagaimana tidak, ketika dulu latihan mulai pukul empat sore, anak-anak itu sudah datang dua jam sebelumnya. “Saya sampai ditelepon untuk segera datang,” ucapnya terkekeh. Sekarang jadwal latihan setiap Rabu dan Kamis, pukul 14.00–16.00.
Tak sekadar melatih fisik dan kepiawaian teknis murid-muridnya, Shandy juga memotivasi kepercayaan diri mereka. Ia mengingatkan anak-anak untuk selalu disiplin berlatih, demi memberi penampilan terbaik. Jangan melulu melihat keterbatasan diri, tetapi tunjukkan semangat profesionalitas. “Saya tekankan kepada mereka, setiap manusia punya kelebihan. Jangan malu dan segan kepada orang lain,” pesan ayah tiga anak itu.
Agar tak monoton menampilkan barongsai saja, Shandy mengajarkan pula atraksi liong. Perlu kerja sama yang baik ketika meliuk-liukkan kepala, badan, dan buntut naga. Kekompakan tim menjadi kunci gerak liong terlihat “hidup”. Perayaan Imlek yang identik dengan hiburan barongsai dan liong, menjadi panggung pembuktian murid-murid SLBN Budi Utama setelah sekian lama menempa diri. Di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning), klub barongsai dengan personel disabilitas itu sudah cukup dikenal.
Tahun ini, mereka juga berpartisipasi memeriahkan Imlek dan pawai Cap Go Meh. Biasanya unjuk kebolehan di sekolah-sekolah, pusat perbelanjaan hingga restoran. Sementara tim inti barongsai PSBD Kelabang, pernah pentas di Korea Selatan dan Australia. Mengharumkan nama Kota Cirebon dan Indonesia di kancah internasional. Lebih dari itu, kolaborasi antara murid SLBN Budi Utama dan pelajar Spensa, menunjukkan harmoni persahabatan yang indah antarsesama anak bangsa.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.