Itinerary

Baca Ini Dulu sebelum 17-an di Gunung

1. Nggak cuma kamu yang nganggap 17-an di gunung itu keren… ribuan orang lainnya juga

Hal pertama yang mesti kamu tahu adalah kamu bukanlah satu-satunya yang mikir kalau ngerayain HUT RI di gunung itu keren. Selain kamu ada ribuan pendaki lain yang punya pikiran sama. Artinya, gunung bakalan rame. Kalau nggak percaya, pergi aja ke terminal atau stasiun tanggal 16 Agustus pagi. Pasti kamu bakal lihat banyak orang menggendong keril. Mereka mau naik gunung, bukan pindahan.

2. Nggak semua gunung menyelenggarakan upacara bendera

Di gunung-gunung yang ramai, menjelang detik-detik proklamasi para pendaki bakal berkumpul mengelilingi tiang bendera. Bendera dikibarkan oleh relawan atau polhut, lalu semuanya akan hormat pada bendera sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera berkibar, semua terharu.

Tapi nggak semua gunung juga yang ngadain upacara 17-an. Di gunung-gunung sepi yang jauh dari ibukota, suasana pendakian tanggal 17 Agustus nggak bakal ada bedanya sama hari-hari lain. Jadi kamu riset dulu lah sebelum nanjak. Cari tahu apakah gunung yang mau kamu daki biasanya ada upacara atau enggak.

3. 17-an di gunung kurang pas buat pendaki perdana

Pendaki perdana butuh suasana yang nyaman supaya bisa merasakan enaknya mendaki gunung, dan suasana 17-an nggak mendukung buat itu. Kalau jauh-jauh dan capek-capek naik gunung cuma buat lihat lautan manusia, tentu si pendaki perdana bakal mikir: “Mending gua ke mall aja kalo ramenya kayak gini.”

Gunung Prau/Fuji Adriza

4. Trek bakal penuh manusia…. dan mungkin tahi

Mungkin akan terjadi kemacetan di gunung (dan nggak ada polantas buat ngatur lalu lintas). Jalur-jalur air yang biasa jadi jalan setapak buatmu mendaki akan jadi tempat duduk pendaki lain. Kamu nggak bakal berhenti ngomong permisi karena setiap beberapa meter ada saja yang selonjoran sambil mijitin lutut—atau tidur sambil mangap.

Melipir sedikit dari jalur akan tercium bau tidak sedap yang berasal dari kotoran manusia yang buang hajat di alam bebas. Kalau beruntung, mungkin kamu akan melihat leleran feses di jalur pendakian. Ya.. dari sekian banyak orang yang naik gunung 17-an, nggak mungkin semuanya nahan boker ‘kan?

5. Kamu bakal rebutan lahan kemping

“Ntar kita kemping di Pasar Bubrah aja, gaes,” kamu bilang begitu ke kawan-kawan di New Selo, kaki Gunung Merapi. Kamu terlalu optimis. Semakin banyak orang yang naik, semakin banyak pula tempat yang habis untuk kemping. “Tenda gue kecil. Pasti dapet tempat,” kamu masih ngotot.

Tanggal 16 malam, lahan kemping di gunung fully booked. Kalau mau tetap dapat tempat, kamu harus jeli mencari lokasi kemping—atau mendaki lebih awal. Pendaki-pendaki yang sudah putus asa biasanya akhirnya menggelar matras atau mantel di pinggir jalur pendakian supaya bisa ngorok selama beberapa jam sebelum melanjutkan pendakian ke puncak.

Kemping di Gunung

Kemping di Gunung/Fuji Adriza

6. Kalau tetap mau merayakan HUT RI di gunung, cari gunung yang jauh dan sepi

Kalau keinginanmu buat merayakan HUT RI di gunung sudah nggak tergoyahkan, kamu bisa cari gunung yang jauh dan sepi (atau gunung yang nggak terlalu populer). Tapi ya itu tadi, biasanya di gunung yang jauh dan sepi nggak ada upacara 17-an. Jadi kamu harus mandiri; bikin upacara sendiri.

Merayakan 17 Agustus di gunung yang sepi akan terasa jauh lebih mengharukan ketimbang di gunung-gunung yang rame. Tapi hari gini apa masih ada gunung yang sepi?

7. Atau cari tempat lain

Masih ada tempat lain di mana kamu bisa 17-an, misalnya pantai, pulau, gua, atau lapangan upacara.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *