1. Hajjah Assabariah
Jalan-jalan dengan mencegat truk di pinggir jalan atau naik bis dari terminal ke terminal sudah biasa. Naik sepeda juga sudah biasa. Apalagi naik motor atau mobil pribadi. Hajjah Assabariah jalan-jalan dengan cara yang tidak biasa. Ia benar-benar jalan—jalan kaki.
Tak main-main, sebagai wanita petualang ia jalan selama sekitar 16 tahun dari Sabang sampai Merauke, di umur 49 tahun ketika anak-anaknya sudah besar dan bisa mengurus diri sendiri. Berjalan keliling nusantara adalah obsesinya dari muda yang baru terwujud ketika sudah beranjak tua.
Tapi sayang sekali hanya sedikit dokumentasi tentang dirinya. Satu buku tentangnya terbit pada 1989. Namun buku yang berjudul Mutiara Nusantara Hajjah Assabariah itu tidak ditulis langsung oleh sang pejalan, melainkan oleh Sugiono MP, berdasarkan penuturan dari Hajjah Assabariah sendiri.
2. Clara Sumarwati
Ia mendaki gunung jauh sebelum “nanjak” populer seperti sekarang. Tahun 1990 ia ikut dalam ekspedisi ke Puncak Annapurna IV (7545 mdpl) di Nepal. Tidak berhenti di situ, pada 1993 ia bersama tiga rekan putri lain sampai ke Puncak Aconcagua (6961 mdpl) di Argentina. Puncak pencapaiannya adalah tahun 1996 saat ia menginjakkan kaki di titik tertinggi di bumi, yakni Puncak Everest (8848 mdpl), bersama Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat (PPGAD), setelah gagal pada 1994.
Namun, satu tahun setelah kepulangannya dari Puncak Everest, Clara masuk Rumah Sakit Jiwa Profesor Dokter Soeroyo Magelang (RSSM). Diduga penyebabnya adalah kurangnya apresiasi baik moril maupun materil atas prestasi yang pernah dicapainya itu. Apalagi kisah-kisahnya tentang pendakian Everest seringkali dianggap khayalan belaka oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, bagaimanapun, Clara Sumarwati sudah mencatatkan diri dalam sejarah sebagai wanita Indonesia pertama yang menginjakkan kaki di Puncak Himalaya.
3. Riyanni Djangkaru
Popularitas Riyanni Djangkaru sebagai wanita petualang melambung ketika ia menjadi host Jejak Petualang. Di program itu, ia menjelajah ke puncak-puncak tertinggi dan lautan segar penuh terumbu karang. Riyanni Djangkaru adalah antonim dari stereotip yang kerap ditempelkan pada wanita, yakni manja dan cengeng. Ia mungkin lebih tangguh darimu, para cowok.
Pensiun dari Jejak Petualang, Riyanni Djangkaru melanjutkan sepak terjangnya dengan meluncurkan Divemag Indonesia, majalah tentang selam yang juga mendukung konservasi terumbu karang, perlidungan hewan-hewan laut terancam—seperti hiu—dan hewan-hewan langka, dan juga kelestarian lingkungan secara umum. Ia juga aktif di gerakan #SaveShark.
4. Gemala Hanafiah
Semula Gemala Hanafiah bekerja sebagai desainer grafis di perusahaan alat surfing. Namun laut memanggilnya. Lalu ia meminta ke bosnya agar diizinkan bekerja di luar, dengan cara berselancar sambil membawa nama perusahaannya itu. Jadilah Gemala Hanafiah seorang yang bekerja di atas ombak bersama ikan-ikan badut dan barakuda.
Al, sapaan akrab Gemala, pernah menjadi pembawa acara Mutu Manikam. Namun namanya sepertinya lebih terkenal sebagai pegiat selancar dan longboard. Sesekali dia juga menyelam. Ia aktif menuliskan perjalanannya di blognya dan sering juga menulis untuk Divemag-nya Riyanni Djangkaru.
5. Trinity “The Naked Traveler”
Kisah-kisah petualangan dalam buku Trinity, The Naked Traveler, sudah beredar luas di Indonesia dan mempengaruhi jutaan pejalan—sekaligus menginspirasi orang-orang untuk melakukan perjalanan. Bahkan film tentangnya juga sudah beredar, meskipun diplesetkan menjadi The Nekad Traveler karena “naked” dinilai terlalu vulgar.
Sebelum dibukukan, Trinity menuliskan kisah-kisah perjalanannya di blog. Tulisan-tulisannya yang ringan serta penuh komedi dan ironi itu kemudian diikuti oleh banyak travel blogger Indonesia.
6. Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari
Dua nama di atas barangkali kurang familiar di telinga kamu. Mereka bukan seleb blog atau selebgram. Tapi kamu pasti terkejut mendengar bahwa kedua anggota Mahitala Universitas Parahyangan ini sudah menginjakkan kaki di 5 puncak tertinggi di dunia, yakni Carstensz Pyramid Indonesia, Elbrus Rusia, Kilimanjaro Tanzania, Aconcagua Argentina, dan Vinson Massif Antartika.
Jika tak ada aral melintang, pada April dan Juni ini mereka akan mendaki Gunung Everest di Nepal dan Denali di Alaska dan menjadi Wanita-Wanita Indonesia pertama yang sampai di tujuh puncak tertinggi dunia alias Seven Summits.