EVENTSURBAN FUTURES

Orang Muda Bandung Menjawab Tantangan Pangan Kota Berkelanjutan melalui Lokakarya Simpang Belajar 

Orang Muda Bandung Menjawab Tantangan Pangan Kota Berkelanjutan melalui Lokakarya Simpang Belajar 
Peserta Simpang Belajar Bandung/Dokumentasi Simpang Belajar

Bandung, 12 Agustus 2025 – Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, generasi muda Bandung pun tak luput mewarisi persoalan sistem pangan perkotaan.

Sejumlah riset menyebut setidaknya tiga tantangan pangan yang harus dihadapi orang muda Bandung: (1) penumpukan limbah pangan rumah tangga di TPA Sari Mukti yang mencapai 1.500 ton setiap harinya, sehingga melebihi kapasitas1; (2) sedikitnya sepertiga orang muda di Bandung belum memahami pentingnya pangan yang sehat, bermutu, dan bersih, karena lebih mementingkan cita rasa makanan2; (3) ketergantungan pasokan pangan mencapai 96% yang diimpor dari luar wilayah Bandung dan Jawa Barat, untuk memenuhi kebutuhan pangan kota.3

Merespons kondisi tersebut, Konsorsium Simpul Pangan, yang dipimpin oleh Pamflet Generasi dan bekerja sama dengan Rombak Media, menyelenggarakan lokakarya Simpang Belajar: Sustainable Urban Food System & Co-Creation City Vision. Konsorsium memiliki peran sebagai sistem pendukung bagi orang muda dalam menyuarakan dan melakukan inisiatif aksi yang mendorong sistem pangan berkelanjutan di Kota Bandung.

Project Manager Simpul Pangan – Rombak Media Haykal Kamil Asmara, menyampaikan harapan besarnya pada dampak positif yang timbul dari lokakarya Simpang Belajar. “Harapannya, lokakarya ini menjadi ruang tumbuh kesadaran mendalam bagi orang muda tentang tantangan nyata sistem pangan Kota Bandung, pentingnya keterlibatan yang bermakna, serta dorongan untuk berjalan bersama berbagai pihak dalam mendorong solusi kolektif menuju sistem pangan yang lebih adil dan berkelanjutan.”

Tujuan pelaksanaan lokakarya antara lain menjadi ruang belajar bagi orang muda di Bandung untuk mengenal tentang sistem pangan yang berkelanjutan dan dapat berdampak kepada lingkungan serta kehidupan mereka sendiri. Selain itu, kegiatan ini mengajak orang muda untuk memetakan masalah dan potensi seputar sistem pangan di sekitarnya, membayangkan sistem pangan perkotaan yang mereka impikan, dan merencanakan inisiatif aksi untuk mencapai visi yang diimpikan tersebut. Harapannya, orang muda yang berpartisipasi dapat berkolaborasi dalam menemukan solusi atas masalah sistem pangan di wilayahnya masing-masing. 

Lokakarya Simpang Belajar: Sustainable Urban Food System & Co-creation City Vision digelar secara luring pada 31 Juli–6 Agustus 2025 di Kota Bandung, Jawa Barat. Kegiatan ini melibatkan 15 peserta dari orang muda Bandung (usia 18–35 tahun), yang aktif dan mewakili representasi pelajar atau mahasiswa, organisasi orang muda, komunitas lokal, organisasi perempuan, kelompok disabilitas, dan ragam gender yang tertarik dalam isu sistem pangan perkotaan.

Terdapat agenda-agenda penting yang diikuti seluruh peserta. Pertama, peningkatan kapasitas orang muda tentang sistem pangan yang adil dan berkelanjutan melalui Meaningful Inclusive Youth Participation (MIYP). Penyelenggaraan lokakarya ruang ini dipandu oleh Catharina Any Sulistyowati dan Michael Zakarias Santoso dari lembaga Kuncup Padang Ilalang (KAIL) Bandung sebagai fasilitator sepanjang kegiatan.

Orang Muda Bandung Menjawab Tantangan Pangan Kota Berkelanjutan melalui Lokakarya Simpang Belajar 
Fasilitator Mike (memegang kertas) menjelaskan pengerjaan lembar inisiatif peserta/Dokumentasi Simpang Belajar

Pada Jumat (1/8/2025), kedua fasilitator dan sejumlah mentor dari Konsorsium Simpul Pangan membuka sesi awal di hari pertama dengan mengajak 15 peserta orang muda dari berbagai latar belakang untuk berkenalan dan menceritakan latar belakang kegiatan terkini masing-masing. Para peserta selanjutnya terbagi menjadi tiga kelompok dengan nama yang unik, yaitu Farming Go, Aci Club, dan Ngoenyah.

Hari berikutnya (2/8/2025), dalam sesi Sustainable Urban Food System, fasilitator meminta peserta untuk menuliskan pengalaman dan hal-hal yang menyenangkan maupun sebaliknya mengenai pangan. Fasilitator juga mendorong peserta untuk meriset, mengeksplorasi, dan menganalisis sistem pangan Kota Bandung secara time frame, mulai dari era berburu dan meramu, era kerajaan, era kolonial, awal kemerdekaan, Orde Baru, Reformasi, sampai ke era digital dan bioteknologi.

Tidak hanya kegiatan di dalam ruangan, lokakarya ini juga membawa para peserta melakukan kunjungan lapangan ke beberapa inisiatif orang muda dalam sistem pangan lokal Kota Bandung. Pada hari Minggu (3/8/2025), ketiga kelompok peserta tersebut secara paralel mengunjungi tiga lokasi, yakni Komunitas Seni Tani, Plastavfall, dan Gelanggang Olah Rasa (GOR).

  • Orang Muda Bandung Menjawab Tantangan Pangan Kota Berkelanjutan melalui Lokakarya Simpang Belajar 
  • Orang Muda Bandung Menjawab Tantangan Pangan Kota Berkelanjutan melalui Lokakarya Simpang Belajar 

Di Seni Tani, kelompok Farming Go mempelajari konsep regenerative agriculture, sistem pertanian organik, pembuatan kompos, hingga praktik menanam bibit-bibit sayuran, seperti pakcoi, brokoli, seledri, terung, dan selada pada media pot. Kelompok Ngoenyah singgah di Plastavfall tidak hanya untuk mempelajari pengelolaan sampah organik dan bank sampah, tetapi juga praktik membuat kompos serta menanam bibit selada dan caisim dengan media egg tray (baki telur). Lalu kelompok Aci mengunjungi Gelanggang Olah Rasa (GOR) untuk menggali aksi kolektif para seniman dalam mendukung sistem pangan Kota Bandung, tur kebun singkat, serta praktik membuat menu makanan cincau, pepes ayam, dan nasi ulam bersama Lab Pangan.

Selanjutnya pada dua hari terakhir, sebagai rangkaian penutup lokakarya, para peserta diajak berdiskusi untuk memahami dan menganalisis perspektif serta kebijakan pangan perkotaan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. Di akhir sesi, usai menggali informasi dan mendapatkan hasil analisis dari kebijakan DKPP Kota Bandung—dan ini yang terpenting—peserta lokakarya akan menyusun visi kota dan rencana aksi untuk merumuskan visi kota yang adil dan berkelanjutan dalam sistem pangan di daerah asal mereka. Seluruh peserta bersepakat untuk saling membantu dalam mewujudkan inisiatif tersebut satu sama lain terkait pangan di Kota Bandung, sesuai dengan potensi yang mereka punya.

Orang Muda Bandung Menjawab Tantangan Pangan Kota Berkelanjutan melalui Lokakarya Simpang Belajar 
Sesi diskusi bersama DKPP Kota Bandung/Dokumentasi Simpang Belajar

Para peserta menyampaikan kesan positif setelah mengikuti lima hari kegiatan Simpang Belajar: Sustainable Urban Food System & Co-Creation City Vision. Satu di antaranya adalah Putri Nabila, anggota kelompok Aci Club. Mahasiswi semester akhir sarjana tersebut berujar, “Kegiatan kemarin menguatkan bahwa sistem pangan harus punya keberpihakan pada keadilan, inklusif, dan sensitif gender, sehingga semua orang dipandang sama berharganya dalam membangun sistem pangan kota.”

Senada dengan Putri, fasilitator Catharina Any Sulistyowati turut menitipkan harapan besarnya, “Semoga kegiatan lokakarya tersebut bisa memperkuat inisiatif pangan yang sudah dimulai oleh para peserta. Semoga mereka juga bisa saling memperkuat satu sama lain di masa depan.” (*)


Tentang Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis) – humanis.foundation

Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), berafiliasi dengan Hivos, adalah organisasi pembangunan yang berbasis di Jakarta dan bekerja meliputi wilayah Asia Tenggara. Humanis bekerja dengan kelompok marginal dan masyarakat paling terdampak untuk memastikan setiap orang mendapatkan hak-hak dasarnya, membuat perubahan, dan memengaruhi kebijakan. Seperti namanya, Humanis mencita-citakan masyarakat yang adil dan berkelanjutan di Asia Tenggara, di mana setiap individu terlindungi haknya dan saling menghormati perbedaan. Untuk mencapai ini, Humanis bekerja melalui tiga impact areas, yakni: Gender Equality, Diversity, dan Inclusion (GEDI), Civic Rights in Digital Age (CRIDA), dan Climate Justice.

Tentang Urban Futures

Urban Futures (UF) adalah program global berdurasi 5 tahun (2023–2027) yang memadukan sistem pangan perkotaan, kesejahteraan orang muda, dan aksi iklim. Program ini dikelola oleh Hivos, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), serta mitra, jejaring, dan pakar lokal. Urban Futures akan beroperasi di 10 kota di Kolombia (Cali dan Medellin), Ekuador (Manabi dan Quito), Indonesia (Bandung dan Manggarai Barat), Zambia (Chongwe dan Kitwe), dan Zimbabwe (Bulawayo dan Mutare). Kota-kota perantara ini memiliki ukuran yang bervariasi namun memiliki kesamaan, yaitu berkembang dengan pesat, menghubungkan wilayah metropolitan dan pedesaan atau kelompok kota yang berbeda di dalam suatu sistem perkotaan, dan mengelola arus orang, barang, modal, informasi, dan pengetahuan. Masing-masing kota ini memiliki tantangan dan peluang yang berbeda.

Dalam sistem pangan, orang muda adalah pemangku hak yang setara dengan generasi lainnya untuk menikmati pangan sehat dan bergizi. Sebagai kelompok dengan populasi terbesar di Indonesia, orang muda juga dapat menjadi kekuatan untuk mendorong sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan mewakili kepentingannya. Ketika mendorong keterlibatan aktif orang muda di sistem pangan, diperlukan kepekaan terhadap identitas berlapis orang muda seperti gender, kelas sosial, status ekonomi, dan lokasi geografis. Hal ini dikarenakan, identitas tersebut turut menentukan akses yang dimiliki orang muda terhadap platform pengambilan keputusan di wilayahnya (HLPE, 2021).

Tentang Mitra Implementasi Urban Futures di Indonesia (Manggarai Barat)

Konsorsium Simpul Pangan 

Simpul Muda untuk Pangan Berkelanjutan (Simpul Pangan) adalah konsorsium yang mendukung orang muda di Bandung dan Manggarai Barat untuk berkolaborasi dalam menyuarakan prioritasnya di sistem pangan berkelanjutan. Terdiri dari Pamflet Generasi dan Rombak Media, Simpul Pangan berperan sebagai sistem pendukung bagi orang muda untuk mempelajari, merefleksikan, menarasikan, dan mendorong sistem pangan kota yang ideal bagi mereka melalui aksi nyata. Dalam prosesnya, orang muda akan saling terhubung dan belajar dari jejaring pemangku kepentingan isu pangan, serta mengampanyekan solusi atas tantangan pangan berbasis lokal. 

Pamflet Generasi

Pamflet Generasi adalah organisasi nirlaba yang diprakarsai oleh dan untuk orang muda. Pamflet mengedepankan interseksionalitas, partisipasi orang muda yang bermakna dan inklusif, serta pemikiran kritis dalam kerja-kerja kami untuk mendorong dunia di mana orang muda dapat menikmati hak-hak asasi manusianya.

Pamflet merupakan ekosistem pendukung orang muda melalui kerja Terhubung, Aktivisme, dan Belajar. Sejak 2013, Pamflet telah bekerja dengan orang muda lintas isu dan identitas, melakukan pelatihan aktivis muda, menguatkan jaringan orang muda di gerakan sosial, memfasilitasi konsolidasi, dan mewadahi kolaborasi untuk produksi pengetahuan berperspektif orang muda. Aktivitas ini mendorong terbentuknya simpul-simpul orang muda di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan pengalaman 10 tahun, Pamflet telah menjangkau lebih dari 15.000 orang muda di seluruh Indonesia untuk menjadi penggerak sosial di isu HAM, gender, toleransi dan keberagaman, inklusivitas, pendidikan, disabilitas, hak kesehatan seksual dan reproduksi, kesehatan mental, krisis iklim dan sistem pangan berkelanjutan.

Instagram: www.instagram.com/pamfletgenerasi
Website: pamflet.or.id
Email: [email protected]

Rombak Media

Rombak Media adalah media digital yang menjangkau jutaan anak muda Indonesia (usia 18-34) dengan rekam jejak yang terbukti dalam berbagai proyek anak muda seperti “Creative Youth for Tolerance” dan “FAO Creators Challenge.” Keahlian mereka terletak pada pembuatan konten yang menarik dan pemberdayaan kreator edukator muda. Rombak Media digerakkan oleh orang muda (80% berusia di bawah 30 tahun!) dan bersemangat menggunakan platform digital mereka untuk memberikan dampak positif. 

Rombak Media memiliki sejarah kemitraan yang sukses dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah, organisasi orang muda muda, perusahaan, dan organisasi internasional. Saat ini, Rombak Media mengelola 4 media berbasis orang muda, termasuk Kok Bisa, TelusuRI, Marketin, dan Moco.Instagram: instagram.com/rombakmedia
Website: rombak.media
Email: [email protected]


  1. Gunawan, T., Prasetyo, P. S., Tapran, T. M., Wafiroh, S. F., Putri, B. N., Wati, V. O., Stevanus, R., Respati, S. F. S., Anqeligue, J., Faridz, M. G., Manik, R. H. E., Yusnikana, F., Bakti, L. A., Saphira, R. L. T., Amalia, Z., Perbatas, S. D. P., Yosefa, ., William, H., Alyssa, N., Simanjuntak, J. G. P., Mediatrix, Y. M., Subari, F. A., & Giaviany, J. N. (2022, September). Bandung kota cerdas pangan: Membangun sistem ketahanan pangan kota yang berkelanjutan. Universitas Katolik Parahyangan & Rikolto Indonesia. https://fisip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/sites/33/2022/09/Bandung-Kota-Cerdas-Pangan-Membangun-Sistem-Ketahanan-Pangan-Kota-yang-Berkelanjutan-Bilingual.pdf. ↩︎
  2. Ibid. ↩︎
  3. Prasatya, S. T. (2021, October 18). Wali Kota ajak warga Kota Bandung dukung pertanian terpadu. Kelurahan Kebon Pisang. https://multisite.bandung.go.id/kelurahan-kebon-pisang/wali-kota-ajak-warga-kota-bandung-dukung-pertanian-terpadu/. ↩︎

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Avatar photo

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Melirik Potensi Manggarai Barat sebagai Kota Gastronomi