ITINERARY

4 Jalur Pendakian Gunung Slamet yang Harus Kamu Coba

Seperti halnya sejumlah gunung favorit pendaki di Jawa Tengah, yakni Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan Gunung Prau, Gunung Slamet pun memiliki banyak jalur pendakian. Dari segala arah mata angin nyaris merata, puncak gunung berapi aktif tertinggi di Jawa Tengah itu bisa diakses dari lima kabupaten: Purbalingga, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Banyumas.

Beberapa tahun terakhir, puncak gunung dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu kian populer diserbu pendaki dari berbagai daerah. Puncak tertingginya ditandai tugu Soerono atau biasa disebut puncak Surono, yang diambil dari nama Jenderal TNI AD (Purn) Soerono Reksodimedjo dan dibangun pada November 1977. 

Salah satu ciri khas yang dicari di jalur pendakian Gunung Slamet adalah keberadaan hutan lumut khas pegunungan tropis. Vegetasi yang cukup rapat membuat jalur pendakian Gunung Slamet begitu teduh, lembap, dan sejuk. Salah satu dari sedikit gunung tersisa di Pulau Jawa yang ekosistem hutannya masih cukup terjaga. 

Namun, tantangannya juga tidak main-main. Gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Semeru (3.676 mdpl) tersebut dikenal kerap berselimut kabut. Kondisi ini perlu diwaspadai, terutama saat pendakian selepas batas vegetasi hutan menuju puncak dan sebaliknya, yang didominasi trek terjal penuh batuan lepas dan pasir yang mudah bikin merosot. Di sisi lain, tidak semua jalur tersedia fasilitas sumber air, sehingga beban para pendaki bertambah, harus membawa persediaan air yang cukup selama pendakian.

Dari sekitar 9 (sembilan) jalur pendakian resmi menuju puncak Slamet, empat jalur di antaranya terbilang populer dan perlu dicoba bagi pendaki yang menyukai tantangan. Masing-masing jalur memiliki karakteristik medan dan tantangan yang beragam, dari yang cukup bersahabat hingga ekstrem. Namun, semuanya tetap butuh persiapan dan perencanaan manajemen pendakian yang memadai, serta dianjurkan membawa partner pendakian yang berpengalaman.

4 Jalur Pendakian Gunung Slamet yang Harus Kamu Coba
Jalur Puncak Gunung Slamet via Bambangan/Rifqy Faiza Rahman

1. Bambangan (Purbalingga)

Jalur pendakian Gunung Slamet paling populer dan ramai. Sebab, meski hampir tidak ada akses moda transportasi umum langsung, basecamp Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga ini relatif bisa dijangkau dari pusat kota Purwokerto maupun Purbalingga. Selain itu, bagi pendaki yang ingin mengejar puncak, jalur Bambangan bisa dibilang salah satu yang tercepat karena memiliki jarak ke puncak yang lebih pendek selepas batas vegetasi dibandingkan jalur lainnya. 

Tantangan jalur ini adalah tidak tersedia sumber air yang mengalir sepanjang tahun. Air dari sungai kecil di bawah Pos 5 Samhyang Rangkah hanya mengalir saat musim hujan, itu pun cenderung agak keruh dan lebih baik direbus terlebih dahulu atau disaring. Jalur pendakian dari gerbang awal (jika tidak menggunakan jasa ojek) juga cukup panjang sampai batas vegetasi. Tantangan lainnya adalah lonjakan pendaki saat akhir pekan atau libur panjang, sehingga mengakibatkan jalur pendakian dan area camp menjadi penuh, padat, dan kurang nyaman karena tidak adanya pembatasan kuota oleh pengelola. 

Ada sembilan pos yang harus dilalui di jalur ini. Rekomendasi tempat berkemah (camp) ideal berada di Pos 5 Samhyang Rangkah:

Basecamp – Pos 1 Pondok Gembirung: 1,5–2 jam jalan kaki atau 20 menit ojek (2 km)
Pos 1 Pondok Gembirung – Pos 2 Pondok Walang: 1,5–2 jam (750 m)
Pos 2 Pondok Walang – Pos 3 Pondok Cemara: 2–3 jam (625 m)
Pos 3 Pondok Cemara – Pos 4 Pondok Samaranthu: 1–1,5 jam (600 m)
Pos 4 Samaranthu – Pos 5 Samhyang Rangkah: 30 menit–1 jam (325 m)
Pos 5 Samhyang Rangkah – Pos 6 Samhyang Ketebonan: 30 menit–1 jam (300 m)
Pos 6 Samhyang Ketebonan – Pos 7 Samhyang Kendit: 30 menit–1 jam (315 m)
Pos 7 Samhyang Kendit – Pos 8 Samhyang Jampang: 20–30 menit (80 m)
Pos 8 Samhyang Jampang: – Pos 9 Pelawangan: 30 menit (110 m)
Pos 9 Pelawangan – Puncak: 1–2 jam (500 m)

Peta jalur dan kontur: Gunung Slamet via Bambangan (Sumber: khairakameela)

Instagram basecamp: slametviabambangan_official

2. Dipajaya (Pemalang)

Jalur Dipajaya yang terletak di Desa Clekatakan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang ini bertetangga dengan jalur Bambangan. Jalur ini akan bertemu dengan jalur Bambangan setelah Pos 2, saat akan menuju Pos 3 Pondok Cemara. Titik pertemuan jalurnya berada di ketinggian sekitar 2.440 mdpl. 

Untuk menuju basecamp ini, transportasi umum bisa diakses paling dekat dari Purbalingga atau Pemalang. Namun, seperti halnya Bambangan maupun jalur-jalur pendakian lainnya, para pendaki dianjurkan menggunakan kendaraan pribadi atau sewa kendaraan agar lebih praktis dan fleksibel. 

Sama seperti Bambangan, jalur Dipajaya juga minim sumber air. Lebih baik membawa stok air lebih agar tidak terlalu mengandalkan ketersediaan air musiman di Pos 5 Samhyang Rangkah. 

Basecamp – Pos 1: 45 menit–1 jam
Pos 1 – Pos 2: 2 jam
Pos 2 – Pos 3 Pondok Cemara: 3 jam
(setelahnya menyatu dengan jalur Bambangan sampai puncak)

Instagram basecamp: slametvia_dipajaya

4 Jalur Pendakian Gunung Slamet yang Harus Kamu Coba
Hutan lumut Gunung Slamet via Permadi Guci/Rifqy Faiza Rahman

3. Permadi Guci (Tegal)

Tercatat ada tiga jalur pendakian Gunung Slamet di kompleks Objek Wisata Pemandian Air Panas Guci, Kabupaten Tegal. Letak basecamp-nya berdekatan, yaitu Gupala, Kompak, dan Permadi. Ketiga nama basecamp tersebut merupakan akronim kelompok pencinta alam setempat. 

Di segmen ini akan lebih membahas jalur Permadi Guci yang lebih banyak diminati pendaki. Sebab, tersedia fasilitas sumber air, toilet, dan musala di Pos 4 Ranu Amreta (2.448 mdpl), yang membedakan jalur Permadi dengan jalur lainnya di Guci. Meski jarak dari basecamp ke pintu rimba maupun Pos 1 Blakbak sangat jauh (3,5 km), tapi pendaki bisa memangkas waktu dan menghemat tenaga dengan menggunakan jasa ojek. Jalur pendakian menuju Pos 4 relatif dominan landai, kecuali dari Pos 1 ke Pos 2.

Tantangan utama jalur Permadi Guci adalah jarak dan durasi dari area camp Pos 4 menuju puncak yang lebih jauh dan lebih lama ketimbang jalur-jalur lainnya. Karakter trek batu dan pasirnya relatif mudah ambrol serta lebih terjal, sehingga perlu fokus dan kehati-hatian. Oleh karena itu, pengelola menyediakan tali tampar khusus di pertengahan jalur ke puncak. Disarankan memakai sarung tangan agar tidak melukai telapak tangan. Tantangan lainnya, karena posisi jalur berada di sisi barat lereng Gunung Slamet, membuat jalur ini terlambat hangat kena sinar matahari daripada jalur timur, seperti Bambangan atau DIpajaya. 

Terdapat 5 (lima) pos yang harus dilewati. Rekomendasi camp di Pos 4 Ranu Amreta yang cukup luas dan memadai sebagai area berkemah. Banyaknya pepohonan juga membuat pos ini relatif terlindung dari angin.

Basecamp – Pos 1 Blakbak: 2 jam jalan kaki atau 20 menit ojek (3,5 km)
Pos 1 Blakbak – Pos 2 Rimpakan: 1,5–2 jam (1,5 km)
Pos 2 Rimpakan – Pos 3 Selo Pethak: 1–1,5 jam (1,4 km)
Pos 3 Selo Pethak – Pos 4 Ranu Amreta: 45–60 menit (1,5 km)
Pos 4 Ranu Amreta – Batas Vegetasi: 1,5 jam (1,5 km)
Batas Vegetasi – Pos 5 Watu Ireng: 30 menit (500 m)
Pos 5 Watu Ireng – Puncak Salam Permadi: 2 jam (1 km)
Puncak Salam Permadi – Puncak Surono: 10–15 menit (300 m) 

Peta jalur dan kontur: Gunung Slamet via Permadi Guci (Sumber: Sofyan GAD via Wikiloc)

Instagram basecamp: slametviapermadiguci

4. Baturraden Lestari (Banyumas)

Jalur ini baru resmi dibuka pada 10 Mei 2025 lalu, oleh kelompok sadar wisata dan juga lembaga konservasi Wana Karya Lestari. Sehingga disebut pula jalur Baturraden Lestari. Jalur ini dulunya sudah pernah dirintis, dikenal dengan nama jalur Raden Pala. Basecamp Wana Karya Lestari berada di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Terletak di dekat kawasan wisata Baturaden.

Jalur Baturraden Lestari membutuhkan persiapan yang lebih matang dan waktu yang lebih lama karena jarak ke puncak yang lebih panjang. Sebab, titik nol pendakian masih relatif rendah, di ketinggian sekitar 800–900 mdpl. Pengelola menganjurkan program pendakian 3 hari 2 malam agar bisa lebih menikmati vegetasi rapat khas Gunung Slamet dan tidak tergesa-gesa. Cocok buat yang menyukai ketenangan, karena per harinya dibatasi maksimal 120 pendaki. 

Selain itu, kelebihan jalur ini adalah adanya perhatian pengelola terhadap program konservasi hutan dan satwa endemik Gunung Slamet, terutama burung. Pengelola juga menyediakan paket ekowisata birdwatching, yang jalur susurnya berbeda dengan jalur pendakian.

Terdapat 8 (delapan) pos yang harus dilewati. Rekomendasi camp di Pos 7 Simbar Angin (hari pertama) dengan sumber air musiman berupa genangan serta Pos 4 Katik (hari kedua setelah turun dari puncak) dengan sumber air yang aman dan mengalir sepanjang tahun. Sumber air lainnya berada di Pos 2 Sintok.

Basecamp – Titik Nol (gerbang pendakian): 45 menit jalan kaki atau 10 menit ojek (1,7 km)
Titik Nol (gerbang) Pendakian – Pos 1 Percit: 1,5 jam (1,8 km)
Pos 1 Percit – Pos 2 Sintok: 1 jam (700 m)
Pos 2 Sintok – Pos 3 Bongkrek: 2 jam (1,5 km)
Pos 3 Bongkrek – Pos 4 Katik: 1 jam (600 m)
Pos 4 Katik – Pos 5 Kantong Semar: 1 jam (1,2 km)
Pos 5 Kantong Semar – Pos 6 Kuda-Kuda: 45 menit (600 m)
Pos 6 Kuda-Kuda – Pos 7 Simbar Angin: 1,5 jam (900 m)
Pos 7 Simbar Angin – Pos 8 Cantigi: 45 menit (600 m)
Pos 8 Cantigi – Batas Vegetasi: 30 menit (200 m)
Batas Vegetasi – Puncak: 2 jam (700 meter)

Peta jalur dan kontur: Gunung Slamet via Baturraden Lestari (Sumber: Wana Karya Lestari)

Instagram basecamp: wanakaryalestari

4 Jalur Pendakian Gunung Slamet yang Harus Kamu Coba
Batas vegetasi Gunung Slamet via Permadi Guci/Rifqy Faiza Rahman

Menjadi pendaki bijak

Selain menyiapkan perbekalan dan manajemen pendakian yang baik, kamu juga harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjadi pendaki gunung yang baik. Apalagi jalur pendakian Gunung Slamet sebenarnya memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang menuntut kesiapan fisik, mental, dan perlengkapan maupun logistik pendakian yang memadai. TelusuRI punya sejumlah tips agar kamu bisa menjadi pendaki yang bijak:

  1. Menghormati adat istiadat di dusun setempat
  2. Mematuhi peraturan yang berlaku di kawasan rimba Gunung Slamet
  3. Melengkapi diri dengan peralatan pendakian standar dan menyiapkan logistik yang cukup selama pendakian, serta tetap waspada dan hati-hati dengan barang-barang bawaan pribadi dari potensi pencurian oleh sejumlah oknum di area berkemah
  4. Jangan mengikuti ego dan memaksakan diri, terutama ketika cuaca buruk atau kondisi tim tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian
  5. Sangat disarankan untuk tidak memaksakan diri melakukan pendakian tektok (pergi-pulang di hari yang sama) untuk meminimalisasi kecelakaan di gunung
  6. Meminimalisasi penggunaan plastik sekali pakai
  7. Gunakan botol minum yang bukan sekali pakai dan membawa jeriken portabel untuk isi ulang air
  8. Gunakan kotak makan untuk menyimpan bahan-bahan makanan kamu
  9. Memilih menu-menu makanan organik, seperti sayur, buah, dan bahan lainnya yang limbahnya bisa kamu timbun di dalam tanah saat pendakian (pastikan sudah seizin pengelola)
  10. Membawa pulang sampah anorganik yang kamu hasilkan
  11. Membawa kantung sampah secukupnya

Pemutakhiran terakhir pukul 16.00 WIB, 30/06/2025.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Avatar photo

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Bumi Perkemahan Kalipasang: Wisata Keluarga dan Camping di Kaki Gunung Merbabu