Events

Welora dalam Genggaman: Pariwisata Berkelanjutan dari Timur Indonesia

Desa Welora, yang terletak di sisi utara Pulau Dawera, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di area perairan Laut Banda dan Laut Timor. Terutama bagi pegiat aktivitas bawah laut. 

Pada 30 Mei–2 Juni lalu, Markus Laimera—salah seorang pengurus Desa Welora—ikut serta dalam rangkaian pameran Deep and Extreme Indonesia 2024. Sekadar informasi, Deep and Extreme Indonesia (DXI) merupakan pameran terbesar yang mengakomodasi gaya hidup petualangan dan industri pendukungnya. Seiring pertumbuhan industri, DXI terus berkembang mengikuti tren terkini. Penyelenggara tidak hanya menyediakan platform promosi lengkap untuk menyelam dan olahraga air, tetapi juga olahraga ekstrem dan petualangan luar ruangan untuk semua pencinta adrenalin di seluruh dunia.

Pada tahun ini, pameran olahraga ekstrem tahunan terbesar di Asia tersebut hadir dengan tema “Edge of Tomorrow: Dive Into the Depth of Extreme Sports”. Deep and Extreme Indonesia 2024 berlangsung di Hall A dan B Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat.

Welora dalam Genggaman: Pariwisata Berkelanjutan dari Timur Indonesia
Markus Laimera (baju putih) aktif untuk mempromosikan Desa Welora sebagai tujuan wisata bahari di pameran Deep and Extreme Indonesia 2024/WWF-Indonesia via M. Irsyad Saputra

Misi Promosi Welora

Sebagai representasi Desa Welora, Markus Laimera menjadi ujung tombak untuk mempresentasikan keberhasilan desanya dalam berproses menuju sebuah desa wisata yang berkelanjutan. Salah satu tahapan yang sedang dipersiapkan untuk menyambut kunjungan wisatawan adalah melakukan kajian daya dukung pariwisata. Tujuannya tak lain semata mendukung program pariwisata berkelanjutan di Desa Welora.

Dengan panorama alam bawah laut serta sejarahnya, Desa Welora secara perlahan mulai dikenal khalayak luas. Markus Laimera menunjukkan kepada semua pihak, mulai dari kalangan wisatawan hingga penyelenggara jasa wisata lainnya selama pameran, bahwa Welora sedang bertransformasi menjadi desa wisata berkelanjutan yang aktivitas pariwisatanya selaras dengan konservasi.

Dahulu, Desa Welora hanyalah sebuah desa yang berfokus pada penangkapan ikan. Markus merupakan salah satu inisiator dalam membuat rancangan sebuah desa wisata. Ia mengajak anak-anak muda desa untuk ikut berpartisipasi merancang tata kelola desa wisata, sebagai upaya menjadikan Welora dan segala potensinya lebih bernilai tambah. Maka dalam kurun beberapa tahun, Desa Welora pun disulap, dari desa nelayan menjadi sebuah desa wisata yang berhasil memenangkan penghargaan Anugerah Pesona Indonesia (API) Award sebagai juara pertama kategori destinasi baru pada tahun 2020.

  • Welora dalam Genggaman: Pariwisata Berkelanjutan dari Timur Indonesia
  • Welora dalam Genggaman: Pariwisata Berkelanjutan dari Timur Indonesia

Penerapan Aturan untuk Melindungi Alam

Menjadi desa wisata, tentu bak dua sisi mata pisau. Dapat membawa efek positif dan negatif di masa depan. Oleh karena itu siapa pun harus berpikir secara jangka panjang. Dimulai sejak hari ini, untuk masa depan yang lebih baik.

Pengelola Desa Welora telah memerhatikan potensi dampak pariwisata terhadap kampung halamannya. Mereka menerapkan sejumlah aturan desa untuk menjaga keanekaragaman laut yang dimiliki. Sebagai contoh, tidak menangkap biota laut yang dilindungi, membatasi penangkapan ikan hanya untuk konsumsi, dan juga senantiasa melakukan kontrol terhadap wilayah laut Welora. Hasilnya, desa yang termasuk ke dalam Kawasan Konservasi Kepulauan Babar ini menjadi minim gangguan dan kerusakan.

Memang jarak tempuh Welora jauh dan terpencil, serta perlu usaha lebih untuk ke sana. Namun, Markus menjamin, siapa pun yang berkunjung ke Welora akan terpesona keindahan lautnya.

“Saya berharap Desa Welora ke depannya semakin dikenal di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara. Kami ingin menunjukkan, meskipun letak kami terpencil dan jauh, pengelolaan yang kami canangkan untuk desa wisata berkelanjutan tidak kalah dengan desa-desa lainnya, terutama yang berada di Jawa,” ungkapnya.

Welora dalam Genggaman: Pariwisata Berkelanjutan dari Timur Indonesia
Salah seorang pengunjung stan yang tertarik untuk mengunjungi Desa Welor/WWF-Indonesia via M. Irsyad Saputra

Tanggapan Pengunjung

Keikutsertaan Desa Welora dalam pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 menarik perhatian pengunjung. Banyak orang menanyakan cara menuju Welora dan musim yang bagus untuk berkunjung. Semua orang menjadi penasaran bagaimana keindahan yang tersaji di Welora. Markus Laimera juga banyak berkenalan dengan operator live on board dan membincangkan ketersediaan kapal wisata untuk menyertakan Desa Welora ke dalam destinasi mereka.

“Saya sebelumnya sudah pernah ke Maluku, tepatnya Maluku Utara. Sekarang saya menjadi penasaran untuk mengunjungi Desa Welora,” ungkap salah seorang pengunjung stan WWF-Indonesia. Ketertarikannya bukan tanpa alasan. Pasalnya, semakin jauh sebuah tempat wisata maka akan semakin bagus pula alamnya. Setidaknya jauh dari overtourism yang menghantui banyak tempat wisata arus utama di Indonesia.

WWF-Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong Desa Welora untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Mulai dari segi tata kelola, ketersediaan data, dan juga sumber daya manusia untuk mencapai desa wisata yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga alam sekitar. Harapannya, dengan mengikuti rangkaian kegiatan Deep and Extreme Indonesia 2024, Desa Welora menjadi semakin dikenal banyak orang sebagai salah satu destinasi wisata bahari berkelanjutan yang ada di Indonesia.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

TelusuRI

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Ekspedisi Maluku Barat Daya 2024: Mencari yang Hilang, Menemukan yang Baru