Keindahan bumi dapat kita nikmati dengan berbagai cara. Jika kamu senang menikmati alam dari ketinggian, maka kamu bisa naik gunung atau melakukan panjat tebing. Kalau tertarik pada sensasi kedalaman bawah air, kamu bisa menyelam. Mau menikmati keindahan alam di atas permukaan air, tersedia olahraga arung jeram. Dan apabila kamu lebih suka menikmati keindahan di bawah permukaan tanah, maka kegiatan menelusuri gua (caving) adalah pilihannya.
Bagi kamu penyuka kegiatan caving, saya memiliki referensi tempat yang menyimpan banyak keindahan di perut bumi. Namanya Gua Sibodak, salah satu gua di kawasan karst Pegunungan Menoreh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Gua ini terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing.
Selain Sibodak, di kawasan karst tersebut juga ada gua-gua lain seperti Gua Seplawan, Gua Temanten, Gua Sekantong, Gua Gong, Gua Nguwik, dan masih banyak lagi. Untuk menuju Gua Sibodak diperlukan waktu tempuh selama tiga jam dari Kota Semarang.
Perjalanan ke Desa Donorejo
Kali ini saya bersama teman-teman berkesempatan menjelajahi dan memetakan gua tersebut. Pemetaan ini kami lakukan sebanyak enam orang yang terdiri dari empat perempuan (saya, Mula, Yulyas, dan Ika) serta dua laki-laki (Ferdian dan Andi).
Perjalanan ke Purworejo kami tempuh dengan mobil pick up dan satu sepeda motor. Kami menggunakan mobil untuk memuat berbagai peralatan yang bisa saya bilang cukup banyak, karena mengingat penelusuran kali ini berupa gua vertikal. Logam-logam pengaman mendominasi peralatan dan juga berbagai tali, seperti karmantel, prusik, dan webbing. Tidak lupa pula peralatan pemetaan, yaitu kompas, laser distance, dan alat tulis.
Jalan menuju Desa Donorejo cukup sempit meskipun sudah beraspal, sehingga kami harus hati-hati. Apalagi jalanan basah akibat hujan yang mengiringi perjalanan kami.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, kami akhirnya sampai di basecamp Mbah Cokro. Mbah Cokro merupakan seorang juru kunci yang rumahnya tidak jauh dari Gua Sibodak. Biasanya rumah beliau sering dipakai menginap oleh orang-orang yang ingin berkegiatan di Gua Sibodak ataupun Gua Temanten.
Pada hari itu kebetulan ada dua organisasi mahasiswa pencinta alam (mapala) yang juga melakukan kegiatan serupa dan menginap di rumah Mbah Cokro. Oleh karena itu kami direkomendasikan menginap di rumah anaknya Mbah Cokro. Setibanya di sana, kami langsung menurunkan alat-alat dari pick up dan menatanya. Tak membutuhkan waktu lama, kami melanjutkan makan malam bersama.
Seusai makan malam kami melakukan briefing untuk kegiatan pemetaan keesokan harinya. Kami menyusun beberapa rencana mengenai cara dan teknik-teknik dalam pemetaan. Meskipun sebelumnya kami telah melakukan survei lapangan dan juga survei dari beberapa orang yang pernah ke Gua Sibodak, kami tetap mempertimbangkan berbagai kemungkinan jalur yang bisa kami buat. Tak lupa, kami juga melakukan penggambaran skema rigging yang akan kami lakukan. Rigging adalah kegiatan membuat lintasan menggunakan tali untuk menuruni gua vertikal.
Keanekaragaman Hayati di Gua Sibodak
Keesokan harinya, sekitar pukul 07.00 WIB, kami menuju ke Gua Sibodak untuk melakukan pemetaan. Keinginan kami melakukan pemetaan pagi hari agar selesai lebih awal gagal, karena masih ada mapala lain yang belum selesai melakukan penelusuran. Cukup lama kami menunggu mereka selesai, hingga akhirnya pukul 10.30 kami baru bisa menggunakan gua tersebut.
Tak berlama-lama kami segera melakukan rigging untuk turun ke dasar gua. Meskipun sempat terjadi hujan, kami tetap melakukan pemetaan secara perlahan. Gua ini tergolong aman ketika terjadi hujan dan tidak pernah banjir, sehingga kami tidak terlalu khawatir.
Di mulut gua, kami sudah disuguhi keindahan lubang seperti sumur yang dirambati tanaman hijau. Setelah menuruni gua dan menelusuri bagian horizontal di dalamnya, kami semakin terkagum-kagum pada ornamen-ornamen gua yang autentik.
Setelah semua personel tim turun, kami segera melaksanakan pemetaan. Kami memetakan Gua Sibodak dengan teknik bottom to top, yaitu teknik pemetaan gua vertikal yang kami lakukan dari bawah atau dasar gua menuju ke atas gua. Kami memetakan bagian horizontal terlebih dahulu.
Beberapa bagian Gua Sibodak ini terdiri dari beberapa chamber besar yang di atasnya terdapat kelelawar dalam jumlah yang tidak sedikit. Gua ini memiliki banyak stalaktit yang masih hidup. Ada juga rembesan air, asalnya dari air hujan yang masuk melalui mulut gua.
Di dalam Gua Sibodak juga terdapat satu percabangan lorong ke bagian kanan gua. Di sana kami menemukan flow stone yang memukau. Tidak lupa, selain pemetaan kami juga mengambil dokumentasi ornamen-ornamen Gua Sibodak dan beberapa biota yang ada, seperti kelelawar, katak, dan beberapa jenis serangga.
Pemetaan dapat terlaksana lumayan mudah dengan menggunakan peralatan laser distance, karena kami tidak harus mengukur secara manual. Tidak terbayang jika harus mengukur dengan cara manual, pastinya pemetaan akan terasa lebih lama. Berdasarkan pemetaan yang kami lakukan dengan 14 stasiun, kami memperoleh data bahwa panjang lorong horizontal gua sebesar 52,7 meter dan panjang bagian vertikal setinggi 28 meter.
Potensi Kegiatan Minat Khusus di Gua Sibodak
Gua Sibodak di Purworejo tergolong sebagai gua yang cukup aman bagi pemula. Meskipun begitu, kegiatan penelusuran gua vertikal tetaplah berbahaya. Para penggiat susur gua harus mengikuti prosedur dan membawa peralatan yang benar untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Kami berharap hasil dari kegiatan pemetaan Gua Sibodak ini bisa bermanfaat. Selain itu data yang kami himpun juga menjadi referensi bagi masyarakat sekitar dan para penikmat caving yang akan melakukan kegiatan di Gua Sibodak ini.
Selalu ada cara untuk menikmati keindahan bumi, jika kita mau mensyukuri dan memelihara keindahan tersebut. Termasuk di dalam kegelapan sekalipun, kita masih bisa melihat keindahan yang tersembunyi di bawah perut bumi.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.